“Pesawat jam berapa menuju ke Jakarta?” tanyaku kepada ipar saya. “Oke, kalau begitu nanti saya saja yang jemput. Kalau mau lebih ringkas, Ipar nanti naik bis Damri saja, lalu saya jemput di terminal Damri”, usulku kepada ipar saya yang hendak mengunjungi kami. Jadwal kedatangan itu jatuh pada hari Jumat di malam hari, “Semoga tidak macet, saya akan berada di terminal bis Damri sekitar pukul Sembilan malam ini, sampai ketemu ntar malam”, aku pun mengkonfirmasikan kepastian untuk menjemputnya.
Waktu telah menunjukkan pukul Sembilan malam namun saya belum beranjak juga dari rumah. Eeh … tiba-tiba saya mendapatkan sms, “Saya baru tiba di bandara, sedang menuju ke loket Damri.” Sms itu datang dari ipar saya. “Wah syukur deh” pikir saya dalam hati sebab saya sedang mengerjakan sesuatu di depan laptop. Satu jam kemudian saya pun meluncur menuju ke terminal Damri. Banyak kendaraan pribadi yang parkir di terminal, saya pun turut memarkirkan mobil di antara banyaknya kendaraan pribadi tersebut. Satu per satu bis damri berdatangan dalam jarak waktu yang tidak terlalu lama. Saya pun segera mendekat ke bis tiap kali ada bis damri yang masuk ke terminal untuk memastikan ipar saya ada di antara penumpang yang turun dari bis.
Telah melewati satu jam menunggu, bahkan satu demi satu bis yang masuk ke terminal namun saya belum juga ketemu dengan ipar saya hingga tiba pada bis yang terakhir, saya pun bertemu dengan ipar saya. Waktu pertemuan malam itu pun sudah menunjukkan pukul setengah dua belas di malam hari. Sepintas terasa lelah menunggu, namun kerinduan untuk bertemu dengan kakak ipar menghilangkan segala rasa lelah. Indah janji Tuhan pada pagi ini bagi orang-orang yang setia menantikan Dia, Ia menjanjikan kekuatan baru seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya, berlari tidak menjadi lesu dan berjalan tidak menjadi lelah. Adakah saudara dan saya akan tetap setia menantikan kedatangan-Nya?
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: