Amsal 26:20, “Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran.”
“Saya ke bank sebentar ya, kalau bos cariin tolong infoin ke beliau ya”, demikian aku minta tolong kepada salah seorang rekan kerja. Hal itu saya lakukan beberapa menit sebelum jam istirahat siang tiba. Waktu yang ada saya gunakan untuk mengurus beberapa keperluan ke bank karna cukup sulit mengatur waktu. Menit demi menit berlalu namun antrian masih panjang, tiba-tiba handphone berdering, “Kamu di mana? Saya sudah di restoran sebelah ya?” sang pimpinan puncak perusahaan kami menelepon saya.
Beberapa menit kemudian saya pun bergabung makan siang dengannya. Hari itu merupakan waktu eksekusi yang harus kami kerjakan bagi salah seorang karyawan di perusahaan. “Kalau masalah pengetahuan dan kualitas kerjanya sih, aku ‘no doubt’. Kualitas kerjanya bagus dan teliti. Tapi kelakuannya yang gak nahanin, diam-diam nusuk dari belakang. Mending apa yang dia omongin bener, ternyata gak”, demikian kami berdiskusi. Hari itu, kami pun berhasil mengeksekusi sang karyawan yang pintar tapi berbahaya.
Kiranya kita menjadi orang yang tulus dalam perbuatan, tidak menjadi pemfitnah yang berkata berbeda di depan dan di belakang orangnya. Biarlah kita menjadi orang yang meredakan pertengkaran, bukan menjadi penyebab pertengkaran karena kelakuan kita. Apalah gunanya kita dikenal pintar oleh orang lain, namun dianggap berbahaya dalam kelakuan. Hendaklah kita menjadi pemersatu di dalam keluarga, gereja dan masyarakat sehingga kehadiran kita menjadi sukacita bagi setiap orang. Allah menolong kita setiap hari agar kita menjadi orang yang meredakan suasana.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: