Sunday, April 08, 2012

Terlambat?

Lukas 1:37, “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.”

Bulan Desember sudah tiba, saya dan kakak saya berencana untuk pulang ke rumah pada saat liburan. Segala sesuatu sudah dipersiapkan, khususnya tiket keberangkatan sudah dibeli jauh sebelumnya. Semakin dekat hari keberangkatan, pikiran sudah terbagi antara mengikuti kelas-kelas terakhir dan kerinduan untuk pulang agar bisa bertemu dengan keluarga.

Akhirnya hari keberangkatan tibalah. “Ding!” Terdengar suara di komputerku. “Sudah siap-siap nak, jam berapa berangkat ke airport?” adalah berita yang muncul di layar komputerku, dari mama. Segera ku ketik jawaban ke mama mengenai rencana jam keberangkatanku dan kakakku menuju ke airport. “Jangan sampai terlambat ya.” Pesan mama kembali muncul di layar komputer. Biasanya, banyak taksi yang lewat di depan tempat tinggal kami, sehingga aku dan kakakku tidak terlalu khawatir, dan kami pun sudah memperhitungkan waktu tempuh serta waktu lapor di airport yang lebih dari cukup agar tidak terlambat. Namun apa yang terjadi, satu-satu taksi yang kami stop melaju tanpa mau berhenti, sementara taksi yang berhenti menolak untuk menuju jurusan airport. Waktu terus berjalan. “De, bagaimana ini? Kita bisa terlambat kalau begini terus”, kata kakakku mulai menangis karena panik. Terus terang aku juga sudah mulai panik, namun aku berusaha tidak menunjukkannya, agar tidak menambah kepanikan kakakku. Sambil terus berdoa kami tak henti-hentinya menghentikan taksi yang lewat. Menit demi menit berlalu, bahkan jam demi jam. Matahari telah terbenam, jalan semakin padat oleh para pekerja yang pulang kantor, semuanya menambah kekalutan kami. “Pa, kita belum dapat taksi ke airport”, kuberi kabar orang tuaku. “Hah, kok bisa? Aduh ini sudah jam berapa? Bisa-bisa terlambat”, ku dengar pertanyaan bertubi-tubi dari orang tuaku sambil memberi saran-saran yang intinya agar kami bisa sampai di airport tepat waktu. Kakakku semakin menangis, ketika orang tuaku menelepon menanyakan keadaan kami. Dia tak sanggup lagi berbicara. “Mama, papa doakan ya nak, semoga Tuhan melancarkan perjalanan kalian”, kata papa. Beberapa saat kemudian, “Kriiiing...” ku angkat teleponku. “Bagaimana nak, sudah dapat taksi?” “Sudah, sudah ma, ini kami sementara memasukkan koper ke dalam taksi.” “Syukurlah, mama papa baru selesai mendoakan kalian.” Sepertinya masalah belum selesai, sebab waktu sudah tinggal setengah jam sebelum counter di tutup. Dalam keadaan lalu lintas padat, rasanya mustahil bisa tiba di airport tepat waktu. Sambil masih terisak, di dalam taksi kakakku menerangkan ke pak supir apa yang kami alami dan pak supir membawa kami melalui jalan-jalan yang asing bagi kami, namun kami yakini Tuhan yang sudah menuntun dia. Kami tiba di counter check in hanya sesaat sebelum counter tersebut di tutup. Kami adalah penumpang terakhir yang check in dan kami pun bisa berangkat dan akhirnya bertemu dengan keluarga setelah melalui pengalaman perjalanan yang hanya oleh kasih Tuhan menjadi mungkin.

Kadang-kadang kita menghadapi satu situasi yang menempatkan kita pada satu keadaan dimana kita bisa saja tergoda untuk putus asa atau menyalahkan apa yang terjadi terhadap diri kita. Sebaliknya, keadaan yang sama bisa juga membuat kita melihat Tangan Tuhan yang penuh kuasa bekerja secara ajaib. Ayat kita pagi ini mengatakan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Apapun situasi atau masalah yang kita hadapi, mari kita memilih untuk mengijinkan mujizat Tuhan terjadi dalam hidup kita. Amin.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: