Pada saat usiaku masih relatif muda, aku sudah merantau untuk menuntut ilmu di negeri seberang, di sebuah sekolah berasrama. Di sana aku memutuskan bergabung dengan sebuah grup paduan suara, di antara sekian banyak grup paduan suara yang ada di sekolah itu. Grup-grup paduan suara ini secara bergiliran mengambil bagian dalam jadwal pelayanan di jemaat sekolah. Ketika menyanyi, biasanya setiap grup nyanyi akan mengenakan seragam dengan ciri-ciri khas sesuai dengan latar belakang masing-masing grup.
Pada suatu hari grup nyanyiku mengadakan rapat untuk memperbincangkan mengenai rencana untuk membuat jubah koor. Selama ini seragam yang ada bukanlah berbentuk jubah. “Teman-teman aku sudah mencetak contoh-contoh jubah koor, coba lihat nich”, kata seorang teman sambil mengedarkan gambar contoh jubah koor. “Warnanya koq terlalu pucat ya, bagaimana kalau kita cari yang lebih terang?” “Harus warna yang tahan kotor, sebab kita belum tentu bisa langsung cuci setelah pakai”, seseorang menimpali. “Bahannya jangan yang mahal ya, aku nggak punya duit, hehe”, kata yang lainnya. Perbincangan terus berlanjut mengenai model, bahan, warna dan harga untuk membuat jubah koor yang pertama ini. Rapat pertama belum bisa memutuskan. Maklum, tidaklah mudah untuk dapat memadukan ide semua anggota koor. Pada rapat berikutnya: “Teman-teman, hari ini kita akan memutuskan warna, model dan bahan untuk jubah koor pertama kita. Mari kita ingat bahwa Tuhan melihat apa yang ada dalam hati kita, bukan apa yang nampak dari luar. Biarlah segala yang kita putuskan bukan agar indah dilihat oleh orang, tapi yang terbaik untuk Tuhan.” Bagian perlengkapan koor mengakhiri renungannya dan sekaligus membuka rapat. Rapat tidak berjalan lama, ketika hati disadarkan bahwa segala yang dilakukan haruslah Tuhan yang menjadi pusat. Model, warna, dan bahan diputuskan secara aklamasi, biaya pun tidaklah menjadi kendala, sebab setiap anggota siap mengorbankan uang jajannya. Kami akhirnya memiliki jubah yang juga menjadi pencetus ide di jemaat sekolah, untuk memiliki jubah koor yang harus dikenakan oleh setiap grup nyanyi yang akan mengambil dalam kebaktian, sehingga ketika memuji Tuhan di dalam pelayanan dalam lagu di acara khotbah, tidak ada lagi identitas grup yang muncul. Tidak ada lagi wajah-wajah yang difokus di layar LCD, melainkan hanya kata-kata dalam lagu yang ditampilkan agar jemaat mengerti pekabaran yang disampaikan dalam setiap lagu yang dikumandangkan.
Ayat kita pada pagi ini mengingatkan kepada kita bahwa Tuhan tidak melihat apa yang nampak dari luar, melainkan apa yang ada dalam hati kita. Di dalam surga tidak ada grup-grup nyanyi dengan seragam yang berbeda-beda, tetapi kita semua akan bersama-sama memuji Tuhan dengan mengenakan jubah kemuliaan. Mari kita belajar memuji Tuhan dengan cara dan motif yang benar di dunia ini sebagai persiapan bagi kita untuk bergabung dengan paduan suara surgawi di dalam kerajaan Surga nanti.Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: