Thursday, April 19, 2012

Salep Mata

Kebaktian Khotbah, Sabat 14 April 2012

Pada perbaktian jam khotbah dimulai dengan menyanyikan lagu-lagu pujian yang dipimpin oleh bapak Erhart Tobing dan diiringi musik oleh Felicia Tambunan, Dodi Manurung, dan Rerin Tampubolon. Selanjutnya bacaan Alkitab bersahutan dipimpin oleh bapak Ramlan Sormin dari Wahyu 3:17-19 dan dilanjutkan dengan nyanyian pembukaan khotbah dari lagu sion nomor 288 “Buka Mataku Ya Tuhan.” Doa syafaat dipimpin oleh bapak Munas Tambunan kemudian dilanjutkan dengan bacaan persembahan yang dibawakan oleh bapak Doni Ham dengan respon jemaat melalui pemberian persembahan oleh diakon. Cerita anak-anak penghantar khotbah dibawakan oleh ibu Sitimey Kapitan dengan judul “Persembahan Kain Dan Habel” yang menghimbau anak-anak untuk hidup dengan penurutan dan anak-anak diundang untuk datang duduk didepan untuk mendengarkan cerita yang menarik. Selanjutnya sebuah lagu pujian penghantar khotbah dibawakan oleh VG Pemuda.

“Salep Mata”

Pengkhotbah Gembala Jemaat : Pdt. Sonny Kapitan

Firman Tuhan pada sabat ini mengambil ayat inti dari Inti Wahyu 3:18, “maka Aku menasihatkan engkau, …. dan lagi minyak pelumas matamu, supaya engkau dapat melihat.” Dimana Firman Tuhan memberikan pelajaran yang diambil dari kisah kehidupan orang-orang di kota Laodekia. Dimana Kota Laodekia terkenal dengan, pusat perbankan dan keuangan terbesar, penghasil wol hitam yang bagus & mahal, dan memiliki sekolah kedokteran serta pabrik obat-obatan. Bubuk Phrygia adalah Produk kesehatan terkenal dari Laodekia adalah salep mata yang terbuat dari bubuk phrygia di campur dengan minyak. Salep ini memiliki bentuk unik , seperti kue kecil dan berfungsi untuk obat sakit mata maupun untuk menjernihkan penglihatan. Wahyu 3:18= kata minyak diterjemahkan dari kata Yunani “kollourion”—menunjuk pada salep mata yang merupakan produk terkenal kota Laodekia. Karena latar belakang kota yang kaya dan mampu, orang-orang Laodekia menganggap diri hebat serta merasa tidak membutuhkan siapapun. Namun pada tahun 61 M kota tersebut dihancurkan oleh gempa bumi, tetapi mereka tetap menolak bantuan dari Roma karena menganggap diri mampu dari segi keuangan untuk membangun kembali kotanya. Suatu pelajaran dari buku renungan pagi dengan judul “sudahkah engkau berikan minyak pada lampumu? mengingatkan umat-umat Tuhan bahwa banyak orang yang sudah menerima kebenaran, tetapi gagal mencerna kebenaran & pengaruhnya tidak melekat”—Review and Herald, 17 Sept. 1895. Dan sebuah kutipan didalam Review and Herald, 6 Agust.1895 menyatakan ‘karena agama sejati memantulkan roh dan kebiasaan mereka’. Kemudian sebuah kutipan Roh Nubuat yang menyatakan bahwa, “Beragama yang benar ialah melaksanakan firman dalam praktik kehidupanmu. Pengakuanmu tidak akan bernilai apapun tanpa mempraktikkan firman itu.”-- Testimonies to Ministers, p. 127.

Selanjutnya sebuah lagu pujian solo disampaikan oleh Rerin Tampubolon ditengah tengah khotbah.

Himbauan, “Adalah hal yang serius untuk mati, tetapi jauh lebih serius untuk hidup. Setiap pikiran dan perkataan dan perbuatan dalam hidup kita akan bertemu lagi dengan kita . Apa yang kita hidupkan dalam diri kita pada masa percobaan, begitulah keadaan kita selama kekekalan. Kita harus memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan kita sekarang ini. Inilah kesempatan kita yang terakhir dan satu-satunya membentuk tabiat yang akan melayakkan kita ke surga. Tidak akan ada lagi pintu kasihan sesudah kedatangan Tuhan, setiap orang sudah membuat keputusannya saat masa percobaan hidup ini.”—surat 45 1891

Firman Tuhan yang baru disampaikan ditutup dengan menyanyikan lagu sion nomor 208 “Jaga Sedia“ sebagai lagu penutup dan dilanjutkan dengan doa berkat oleh Pdt. Sonny Kapitan. Selesai acara perbaktian, jemaat dan para tamu yang hadir diundang untuk potlak bersama dan mengikuti acara Baby Shower di keluarga bapak Michael Raintung dan dilanjutkan dengan acara PA.

-Mei-