Pengkhotbah 3:1, 2, “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam.”
Waktu menunjukkan lima belas menit sebelum pukul tujuh di pagi hari. Hari itu berketepatan dengan hari libur nasional Saya berjalan keluar gedung rumah sakit yang terletak tidak jauh dari salah satu pusat perbelanjaan di kota Bekasi menuju ke parkir mobil sekaligus memanaskan mobil. Mata saya tertuju kepada seorang bapa yang sedang menangis sambil berusaha ditenangkan oleh anak lelakinya sementara pria yang satu lagi asyik menuliskan sesuatu lewat telepon genggam. Saya pun keluar dari mobil dan menemui sang anak lelaki yang asyik dengan telepon genggamnya sambil bertanya, “Dek, ada apa kok bapak itu menangis?” “Oh, itu Om saya bang, kakak dari papa saya. Papa saya terkena serangan jantung tadi pagi”, jawab sang anak lelaki menjelaskan duduk persoalan yang sesungguhnya.
Baru beberepa menit berlalu kami terlibat dalam perbincangan dengan anak lelaki itu, tiba-tiba saya melihat dua orang ibu bersama dengan seorang anak gadis menuju ke tempat dimana sang bapa dan anak berada sementara salah seorang ibu tiba-tiba berteriak sambil berkata, “Dia sudah pergi” lalu pingsan seketika. Jerit tangis terdengar di halaman parkir rumah sakit pada pagi hari yang masih hening itu, sambil saya terus memperhatikan kejadian itu. Ternyata sang ibu yang pingsan itu adalah istri dari bapak yang menderita serangan jantung tersebut yakni ibu anak lelaki lawan bicara saya. Rupanya sang suami telah menghembuskan nafas yang terakhir tanpa sebuah pesan bagi istri dan anak-anak. Saya memberanikan diri untuk terlibat sambil mencoba menenangkan hati anggota keluarga itu. Sang ibu, yakni kakak ipar almarhum berkata kepada anaknya sambil dalam keadaan bingung, “Mama mau minum tapi mama gak pegang duit, coba minta duitmu dulu supaya mama beli air minum!” Sang anak membuka dompet hendak mengambil uang. Namun niat itu diurungkan karna saya menawarkan air minum kepada mereka dengan berkata, “Ibu, biar saya ambil aqua di mobil saya. Ibu tunggu saja sebentar”, saya pun mengambil satu dus aqua gelas yang memang saya sediakan di dalam mobil saya. Tidak lama berselang, anggota keluarga mereka pun berdatangan dan suasana hiruk pikuk terjadi di ruang gawat darurat rumah sakit itu. Jerit tangis dimana-mana sementara saya berusaha membagi-bagikan air minum kepada keluarga yang telah berada di lokasi sejak pukul 5.30 pagi.
Betapa tak seorang pun mengetahui secara pasti berapa lama ia akan hidup dan kapan hidup seseorang itu akan berakhir. Ayat pagi ini menandaskan bahwa segala sesuatu ada waktunya, namun kapan masing-masing waktu itu akan terjadi tak seorang pun dapat mengetahuinya kecuali Allah. Kepastian itu tidak pasti namun ketidakpastian itu pasti adanya bagi hidup kita. Itulah sebabnya kita perlu menjaga kualitas hidup kita selagi kita masih hidup baik kerohanian, hubungan terhadap anggota keluarga, masyarakat dan sesama manusia, apakah kita didapati sebagai orang yang rendah hati, jujur, suka bersahabat, pendamai, bertutur kata lemah lembut dan banyak perkara-perkara kebajikan lainnya yang pantas kita hidupkan agar Kristus dipermuliakan melalui kehidupan kita selama kita hidup dan jikalau ajal pun menanti kita didapati siap sedia dipertemukan dengan Kristus, yang telah menaklukkan kematian itu. Amin.
Mari kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.