Tuesday, April 12, 2011

Latihan Ketahanan Hidup


Yesaya 54:7, “Hanya sesaat Aku meninggalkan engkau, tetapi karena kasih sayang yang besar Aku mengambil engkau kembali.”


Anak sulungku saat itu sudah berusia 9 tahun, namun belum juga bisa naik sepeda, Padahal adiknya yang 3 tahun lebih muda darinya, sudah bisa keliling kompleks perumahan tempat kami tinggal. Memang si kakak, panggilan kepada anak sulung kami, sangat takut berlatih sepeda. Mengisi waktu senggangnya dengan membaca buku dan majalah bobo adalah kesukaannya. Suatu sore sewaktu aku pulang kantor, ku lihat si adek bersepeda ditarik pengasuhnya, si abang dengan sepedanya pelan-pelan mengikuti adek. Sungguh enak kalau anak-anakku nantinya bisa naik sepeda semua, kami bisa bersepeda bersama. “Kak, belajar sepeda sana! biar diajarin papa, mumpung papa ada di rumah. Mama akan hentikan langganan majalah bobo kalau nggak bisa”, kataku suatu minggu pagi. Mendengar hal itu suamiku malah mengiming-iming hadiah buku cerita. Dengan semangat, abang yang mendengar hal itu langsung mengeluarkan sepeda untuk kakaknya berlatih. “Ayo naik! Papa pegang sadelnya”, kata suamiku. “Bener ya pa? Aku takut jatuh”, jawab anakku.

Timbul kasihan di hatiku melihat wajah ketakutan anakku. Satu dayungan... dua... tiga .... genjot terus, beberapa menit kemudian suamiku melepaskan. Ketika mulai oleng, suamiku siap memegangnya lagi. Dan ketika anakku jatuh, segera dengan sigap, suamiku menangkapnya sehingga dia tidak terjatuh. Suamiku berkata "Kalau jatuh pun tidak masalah, toh ini namanya latihan. Kita harus biarkan sekali-kali. “Udah pa! udah pa! kakak takut!”, kata anakku sampai mengeluarkan air mata. “Kamu harus bisa! Mau hadiah dan tetap berlangganan bobo?”, tantangku. Beberapa kali papa melepaskan pegangan sadel dan membiarkan anakku oleng-oleng dengan wajah ketakutan. Usaha tidak sia-sia. Dalam waktu 2 hari anakku sudah canggih bersepeda dan keliling kompleks bersama si abang, bahkan sudah berani ke jalan raya.

Demikian juga Tuhan saat hendak mengajar kita menghadapi ketakutan dalam hidup kita. Ia melatih kita untuk belajar bertahan dan kuat menghadapi segala persoalan hidup. Sepertinya Tuhan tidak peduli dan membiarkan kita dalam kesusahan, namun sebenarnya, Ia tetap berdiri dekat kita dan tangan-Nya siap menolong dan menopang hidup kita. Jadi saudaraku, Tuhan itu begitu baik, jalanilah hari ini dengan latihan yang indah dan kita akan mendapat hadiah dari Nya. Amien.



Mari kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.