Monday, April 11, 2011

Seruan Setiap Saat


Matius 14:30, “Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam, lalu berteriak : 'Tuhan, tolonglah aku!' ”




Ada peristiwa yang begitu kurasakan sangat menakutkan pada saat menuruni tebing Ciampea dan berenang di arus deras sungai. Pertama, turun tebing dengan ketinggian yang cukup tinggi dan curam dengan menggunakan harnes yang kubikin sendiri dari webbing, rasa kuatir terasa di pikiranku pada waktu melihat kebawah. “Ya Tuhan, bisakah aku ini, kalau sampai jatuh bagaimana dengan anak-anakku di rumah?”, seruku dalam hati. Kakak instruktur berteriak, “Ayo cepat!” Kulihat ke bawah lagi. Woow! Sangat menyeramkan ! Kulihat lagi .... kulihat lagi ... belum juga aku melangkahkan kaki. “Berani tidak? Kalau nggak berani, out!”, teriak kakak instruktur. “Berani kak!”, jawabku lantang dan spontan sambil menggeserkan kaki perlahan-lahan turun. Sampai di pertengahan tebing tidak ada lagi batu yang dapat dipijak dan aku harus merosot bergelantungan meluncur ke bawah. Secara spontan kuteriak “Yesus selamatkan aku!” Kulepas pijakanku sambil berteriak-teriak ,“Horee ... horee!!!!”. Hatiku lega karna akhirnya aku tiba juga di bawah dan masih bisa menapakkan kaki dengan selamat. Benar-benar sebuah uji nyali.

Kedua, setelah melakukan ORAD (olahraga arus deras), kami harus berenang di sungai deras tersebut. Kami menyusuri pinggiran sungai berjalan perlahan-lahan dengan sepatu gunung yang berat. Batu besar-besar kami pijak satu demi satu sampai akhirnya di tengah sungai dengan suara air yang memekakkan telinga. “Hitungan tiga, terjun!”, instruksi kakak pembina. Aku hanya diam memandang arus air yang deras dengan pandangan takut. “Satu....dua....”, jantungku berdebar kencang mendengar aba-aba. Aku berkata dalam hati, “Tuhan tolong aku, pasti aku bisa”. "...Tiga !”, seru kakak pembina. Aku melompat dan terbawa arus deras, sampai di satu tempat ditangkap oleh kakak pembina lainnya. Selama terbawa arus itu, aku terus berseru, “Tolong aku Tuhan, tolong aku Tuhan”. Itulah uji nyali kedua.

Saudara-saudaraku perjalanan hidup kita tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Apa yang akan kita lakukan saat kita takut menghadapi kehidupan, saat kita takut menghadapi sesuatu peristiwa? Anak kecil saat ketakutan selalu berseru kepada mamanya atau papanya. Mereka sangat yakin dengan keberadaan mama dan papa akan membawa kenyamanan dalam hidupnya. Petrus ingin mencoba mendatangi Yesus dengan berjalan di atas air, namun tiba-tiba angin berhembus dan ketakutan yang amat sangat ada padanya. Secara spontan Petrus berseru “Tuhan, tolonglah aku!”. Dengan seruan itu berarti Petrus percaya bahwa Tuhan mampu menolongnya. Tuhan memang sanggup menolong kita dalam keadaan apapun yang kita alami. Ketakutan yang kuhadapi saat itu bisa kuatasi dengan seruan “Tolong aku Tuhan”, hati rasa damai dan tenang. Berserulah kepada-Nya, serahkanlah segala hidupmu kepada Tuhan dan Ia akan memelihara kita. Selamat memulai aktifitas yang baru pagi ini, Allah berada disamping saudara dan saya, siap memberi pertolongan, berserulah kepada-Nya setiap saat, maka Ia akan membimbing kita.


Mari kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.