Yesaya 32:18, “Bangsaku akan diam di tempat yang damai, di tempat tinggal yang tenteram, di tempat peristirahatan yang aman.”
Sore itu saya pun beranjak dari kantor pukul lima lewat tiga puluh menit. Kendaraan melaju dengan lancar menuju ke daerah Bekasi. Saya telah berjanji untuk menjemput salah seorang tamu yang selama ini bermukim di luar negeri yang saat itu sedang berlibur dan bermukim di rumah orang tua mereka, yakni salah satu kakak kelas saya pada saat di bangku kuliah. “Sore kak, senang kita bertemu kembali”, sapaku sambil berjabatan tangan sesaat setelah saya tiba di lokasi dan kami pun memasuki mobil untuk melanjutkan perjalanan kami. Ada banyak cerita dan obrolan sepanjang pertemuan kami sore itu. “Kak, kita masih punya waktu sebelum jam pertemuan itu diadakan. Kita makan dulu yuk, di restoran yang tidak ada di tempat lain kecuali hanya di kota Metropolitan ini”, demikian aku menawarkan kepadanya untuk makan malam bersama.
Kami cukup dikagetkan ketika terdengar seseorang memanggil nama tamu saya ini, tepat ketika kami hendak menaiki escalator di mal yang kerap ramai dikunjungi orang dan dapat digolongkan salah satu mal terbesar di kota yang berbatasan dengan wilayah timur kota Jakarta. Kami pun menoleh ke belakang dan saya pun berkomentar, “Eh, kirain siapa yang manggil ternyata abang dan kakak. Apa kabar nih? Kok kita bisa ketemu di sini”, demikian kami saling tegur sapa dan bersalaman sambil berpelukan, karena suara yang memanggil itu ternyata suara abang sepupu dan kakak ipar saya yang selama ini bekerja dan bermukim di luar wilayah Indonesia kurang lebih lima tahun lamanya. “Dari pada kita ngobrol disini, bagaimana kalau kita ngobrol di lantai atas saja sambil kita menikmati makan malam bersama”, ajakku kepada kedua abang sepupu dan istrinya sambil menarik tangan mereka menuntun menaiki escalator. Makan malam berlangsung sangat nikmat dan menyenangkan, obrolan dan canda tawa sambil berkelakar membuat suasana malam itu terasa lebih indah karena kami dapat mengadakan reuni tanpa disengaja dengan keluarga abang sepupu saya yang saat ini telah kembali bertugas di Jakarta
Terbayang di dalam benak saya, betapa indahnya kelak reuni akbar di surga, Yerusalem Baru kota pengharapan itu yakni ketika Yesus datang kedua kali nanti. Kita akan bertemu muka dengan muka dengan orang-orang yang kita kasihi, mereka yang telah meninggal namun setia di dalam kebenaran Kristus semasa hidupnya dan yang secara pasti akan dibangkitkan oleh-Nya saat Ia datang. Bertemu di dalam pesta kemenangan akbar, saling mengenal satu dengan yang lain yakni setiap orang yang telah mengalahkan dirinya sendiri demi memenangkan iman kepada Kristus, tidak saja akan bertemu namun lebih dari itu, kita akan bernyanyi bersama-sama menyanyikan lagu kemenangan dengan seluruh anggota paduan suara surga. Lebih dahsyat dari semua pertemuan itu, yakni kita akan bertemu muka dengan muka dengan Yesus, Raja Damai dan Juruselamat dunia ini. Oh, betapa indahnya hari itu, hari dimana saudara dan saya akan menikmati kehidupan yang kekal selama-lamanya, tiada sakit atau pun penyakit, tiada lagi tangis, air mata dan dukacita. Tiada lagi kemiskinan, kemelaratan, penderitaan dan kematian. Kiranya Allah dalam kasih-Nya memotivasi kita setiap hari untuk tetap fokus kepada tujuan hidup kita yang terbesar yakni menjadi pewaris kerajaan surga, rumah besar dan nyaman bagi setiap orang yang beriman kepada Yesus. Sampai bertemu di surga dalam pesta reuni akbar kelak. Amin.