Friday, April 22, 2011

Membenci Teguran

2 Tawarikh 18:7, Jawab raja Israel kepada raja Yosafat: “Masih ada seorang lagi dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan segala malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla. Kata Yosafat: Janganlah raja berkata demikian.”


Hari itu saya, istri dan anak-anak mengambil waktu berkunjung ke kampus almamaterku setelah kami beberapa hari berlibur di kota Kembang, Bandung. Kampus yang bagiku secara pribadi memiliki banyak cerita dan kenangan atas perjuanganku saat berkuliah hingga menyelesaikan perkuliahan. Dan tentunya kampus dimana saya menemukan tambatan hati yaitu mantan pacar yang akhirnya ku persunting menjadi istriku yang tercinta saat ini.

Ketika saya hendak parkir mobil, kira-kira 5 meter di hadapan kami ada dua orang mahasiswa yang sedang terlibat percakapan serius bahkan saling berargumentasi. Seorang mahasiswa berkata pada rekannya, “Kamu kok marah sama saya, saya kan hanya menyampaikan pesan ini dari bapak dosen.” “Ya, tetapi kamu kan harusnya bisa membela saya. Sudahlah saya benci kamu dan juga dosen itu,” jawab mahasiswa tersebut sambil ngeloyor pergi dengan membawa surat peringatan dari dosennya. Rupanya mahasiswa ini tidak lulus atas mata kuliah yang diajar oleh seseorang dosen yang telah menerbitkan surat peringatan kepadanya.

Saudara yang diberkati dan dipeliharakan Allah, ayat renungan pada pagi ini berkata, “…tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku…” Betapa mudahnya orang membenci hanya karena teguran yang didengarnya. Hal yang sama juga terjadi dalam diri raja Ahab. Padahal, apa yang disampaikan Mikha, yang dianggap teguran yang tidak menyenangkan hati, itu benar adanya. Ahab pun akhirnya mangkat di medan pertempuran, akibat kekerasan hati dan kebenciannya atas nasihat dan petunjuk Allah melalui Abdi-Nya itu. Kalau kita mau melihat lebih jauh, sesungguhnya orang yang menegur kita itu hanya sebagai penyampai berita saja, ketika kita melakukan kesalahan. Teguran yang disampaikan baik secara langsung maupun melalui khotbah para hamba-Nya adalah alat peringatan dari TUHAN. Rekan kerja atau pimpinan yang menegur kita juga merupakan alat peringatan dari TUHAN. Bahkan seseorang yang menegur kita, dia hanya alat saja. Teguran yang kita anggap tidak menyenangkan itu sebenarnya merupakan cara TUHAN mengasihi kita. TUHAN menginginkan kita bertobat, berobah dari sikap hidup yang salah menjadi benar. Membenci orang lain yang menjadi alat untuk menyampaikan teguran sama sekali tidak benar bahkan juga tidak bermanfaat. Selain menambah ‘musuh’, kita juga tidak pernah akan bertumbuh, baik di dalam kerohanian maupun karakter. Doaku: “TUHAN, lembutkanlah hatiku untuk dapat menerima teguran dari siapa pun. Saya yakin itu datangnya dari padaMu. Dalam nama Yesus saya berdoa. Amin.”



Mari kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.