Ibrani 13 : 6 a “Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: ‘Tuhan adalah Penolongku. Aku Tidak akan takut.”
Kami bersyukur karena Tuhan memberikan berkat yang begitu banyak dalam kehidupan rumah tangga kami. Setelah kehadiran putra kami yang pertama, Tuhan kembali mempercayakan kami dengan seorang putra kedua. Melalui bulan pertama, sama seperti bayi yang baru, terkadang kesehatannya terganggu selama beberapa hari, setelah itu semua bisa teratasi. Tetapi tidak untuk kali ini. “Papa, sudah tiga hari si adek batuknya tidak sembuh juga. Sepertinya kita harus pergi lagi ke dokter. Mama lihat dia seperti kesulitan bernafas kalau batuk…”, kata istri saya khawatir. “Kita coba lihat hingga besok. Kalau semakin tidak baik kita pergi saja ke rumah sakit”, jawab saya menenangkan istri saya. Pagi hari ketika kami bangun, saya melihat si bungsung menderita sekali. Ketika batuk, terlihat nafasnya sesak. “Ayo ma…, kebetulan baru jam 7 pagi jalan belum macet. Kita segera berangkat saja ke rumah sakit!”, ajak saya kepada istri. Alangkah terkejutnya kami ketika keluar dari kompleks perumahan jalan sudah macet panjang sekali !
“Aduh bagaimana ini pa, kok adek semakin sesak nafasnya…’, suara istri saya terdengar ketakutan, “Mama tenang…, jangan menangis…nanti adek semakin sesak. Kita harus bisa menenangkan dia, kita berdoa agar Tuhan mengasihani keluarga kita.”, kata saya yang jadi gugup melihat keadaan ini. Saat itu saya dan istri berdoa sambil menangis, “Ya Tuhan, tolonglah kami, kami sangat takut sekali! Kasihanilah anak kami ya Tuhan…”, ucap kami kepada Tuhan. Saya dan istri bergantian bernyayi lagu rohani sambil terus mencucurkan air mata karena anak kami semakin lama semakin sulit utk bernafas. Sampai sekitar dua jam mobil-mobil tidak bergerak sama sekali, akhirnya perlahan-lahan mulai bergerak. Yang biasanya jarak dari rumah kami ke rumah sakit hanya 15-20 menit, kali ini kami capai selama 2 ½ jam ! Betul-betul hari yang menegangkan buat kami sekeluarga. ”Ibu mendaftar dulu saja!”, kata suster di rumah sakit ketika kami minta anak kami agar ditangani segera. “Suami saya sudah mendaftar, tetapi tolong agar anak saya diperiksa dulu suster. Dia sudah semakin sesak nafasnya”, jawab istri saya meminta perhatian suster. Dokter segera memeriksa putra kami. “Wahh.., obat pengencer dahak yang diminum anak ibu terlalu keras, tidak cocok untuk bayi. Saya ganti saja dengan yang lebih ringan”, kata dokter dengan tenang. “Baik dok, terima kasih untuk anjurannya.”, jawab saya sudah lebih tenang. Setelah diberikan obat dan dilakukan tindakan inhalasi anak kami sudah tidak sesak lagi dan kami diperbolehkan pulang.
Ayat renungan pagi ini mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah penolong kita, dan kita tidak perlu takut. Manusia memiliki keterbatasan dalam pikiran dan kemampuan. Di saat kita menghadapi situasi kritis, kita menjadi kalut dan gentar. Kita tahu bahwa kesanggupan kita amat terbatas, tapi terkadang kita menanggung beban itu sendirian. Kita mencoba mengatasi dengan pikiran dan kemampuan kita. Bila itu kita lakukan, maka kita akan semakin terperosok dalam kekalutan dan kecemasan. Kita memiliki Allah yang siap untuk menolong kita. Kita perlu meletakkan percaya kita sepenuhnya kepada Tuhan. Allah penuh dengan keajaiban, penuh dengan mujizat, penuh dengan hal-hal yang tidak bisa kita duga dan selami. Kuasa Allah sungguh tidak terbatas. Bila kerisauan melanda hati kita, bila kegentaran mengiringi langkah kehidupan kita, marilah kita datang kepada Tuhan. Kita jadikan Yesus sebagai penolong kita setiap saat.