Wednesday, October 14, 2009

Kindly Killer

Hari Sabat 10 Oktober 2009, cuaca di luar gereja Kemang Pratama cukup sejuk. Jemaat telah usai mengikuti kebaktian sekolah sabat dan bersiap memasuki kebaktian khotbah. Ibu Naomi Tobing membawakan cerita anak, yang diikuti dengan seksama dan penuh minat oleh semua anak-anak di depan. Usai cerita anak, semua kembali ke tempat duduk orang tua mereka. Jamesson dan Leny Silitonga menyanyikan lagu pujian yang merdu “How Could You Say No”. Pengorbanan Yesus yang begitu besar, sepatutnya disambut dengan kasih kita kepadaNya. Lagu ini mempersiapkan jemaat untuk mendengarkan khotbah berjudul “Kindly Killer”, yang dibawakan oleh Bapak Wilson Tobing, salah satu ketua jemaat.

Mengambil latar belakang peristiwa yang terjadi saat Musa bertemu dengan Tuhan untuk menerima loh batu yang berisi 10 perintah Tuhan. Ketika itu Harun dan bangsa Israel mengadakan acara penyembahan kepada berhala, yaitu patung yang mereka buat. Ketika Musa kembali dan melihat peristiwa ini, dia menghancurkan patung emas, debunya dicampakkan ke aliran air, dan bangsa Israel harus meminum dari air yang telah bercampur debu dari patung emas tersebut. Bukan hanya itu, Musa memerintahkan agar mereka yang melanggar perintah Allah untuk dibunuh dengan pedang. “Harun mau mendapatkan popularitas dengan menuruti kemauan bangsa Israel. Harun adalah pemimpin yang lemah. Harun adalah kindly killer. Di mata bangsa Israel, Harun terlihat baik, namun sesungguhnya Harun membawa orang Israel kepada kebinasaan ! Sementara Musa, terlihat kejam dengan apa yang dia buat. Namun, sesungguhnya dia adalah pemimpin yang ingin agar bangsa ini bisa tiba di negeri Kanaan yang dijanjikan. Dosa yang mereka buat menjadi penghalang untuk mereka tiba di Kanaan. Karena itu, Musa mengambil tindakan membunuh ribuan orang Israel itu agar mereka tidak menjadi penghalang bagi bangsa Israel secara keseluruhan, dalam menerima janji Allah untuk tiba di Kanaan.”, urai Bapak Wilson tentang perbedaan sikap dari dua orang pemimpin bangsa Israel ini.

“Ketika Harun ditanya oleh Musa, maka Harun menyalahkan sikap bangsa Israel. Harun bersikap seperti Adam dan Hawa, yang tidak mau mengakui kesalahannya. Gantinya, Harun menyalahkan orang lain. Harun bukanlah pemimpin yang sejati.”, lanjut Bapak Wilson. “Sebaliknya, Musa menyampaikan kepada Tuhan permohonan yang tercatat dalam Keluaran 32 ayat 32. Dia meminta agar Tuhan mengampuni kesalahan bangsa Israel. Jika Tuhan tidak mengampuni mereka, Musa minta agar namanya dihapuskan dari kitab kehidupan surga. Luar biasa ! Musa menunjukkan tanggung jawabnya sebagai pemimpin yang sejati. Dia tidak menyalahkan bangsa Israel seperti Harun. Dia bahkan mempertaruhkan kehidupannya di negeri yang kekal, demi bangsa Israel, agar Tuhan berbelas kasihan mengampuni mereka.”, kata Bapak Wilson menegaskan lebih lanjut kepemimpinan Musa yang patut ditiru oleh semua orang. "Banyak orang tua yang meniru sikap seperti Harun, menjadi kindly killer. Membiarkan anak mereka tidak mendapat disiplin. Anak-anak yang tidak dididik dalam disiplin kekristenan, mereka akan menuju kepada kebinasaan seperti anak-anak Harun.", jelasBapak Wilson tentang konsekwensi dari meniru sikap seperti Harun. Bapak Wilson mengajak setiap orang tua untuk mencontoh Musa, memiliki sikap tegas dan kasih demi mempersiapkan anak-anak semua untuk menjadi pewaris kerajaan surga. “Ketika itu Joseph Strauss, orang yang mendesain dan membangun jembatan yang indah Golden Gate di San Fransisco, ditanya oleh seseorang berapa lama Golden Gate akan bertahan. Dengan tenang Joseph Strauss mengatakan, ‘Forever!’. Jika kepada kita ditanyakan berapa lama kita akan bertahan sebagai pengikut Kristus, hendaklah kita juga menjawab ‘Selamanya !’. Kita patut setia sampai mati, seperti Musa yang setia kepada Tuhan Allah hingga akhir kehidupannya.”, kata Bapak Wilson menyimpulkan khotbah Sabat ini. Puji Tuhan untuk firman Tuhan di Sabat indah ini !