Amsal 14:12 “Ada jalan yang disangka orang lurus tapi ujungnya menuju maut.”
Saat itu saya ikut bergabung dalam satu kelompok menyanyi. Kami mengadakan pelayanan menyanyi di satu daerah di Sumatera Selatan. Kami senang dengan pelayanan yang diadakan di sana. Walaupun terasa cukup melelahkan, tapi kami semua merasa gembira dengan pengalaman ini. ”Ayo kita berangkat kembali ke kota sekarang !”, kata pemimpin rombongan pada kami sebelum berangkat. Siang itu mobil kami beriringan kembali ke kota. Jalan yang kami tempuh cukup panjang, tidak beraspal dan sangat berdebu. Karena agak lelah, saya mengemudikan kendaraan tidak terlalu cepat. Tidak terasa kami terpisah dari rombongan besar. ”Loh.., loh..! Kemana teman kita yang lain ya...?”, teman di sebelah menegur saya. ”Wah..., kalau begitu telepon saja teman kita ! Tanyakan mereka sudah sampai dimana.”, jawab saya terkejut karena tidak menyadari sudah terpisah dari mereka. Dengan cepat seorang teman menghubungi lewat telepon. ”Waduh.., tidak bisa dihubungi ! Tidak ada sinyal nih ! Lupa ya kalau kita di daerah pedalaman?”, jawabnya. ”Kita coba ikuti saja petunjuk jalan di sana itu ! Kita ambil saja jalan yang lurus ke depan itu. Sudah pasti ini jalannya !”, seru teman saya sambil menunjuk ke arah depan. Kami mencoba mengikuti petunjuk jalan sambil mengingat ke arah mana kami harus tuju,
”Sepertinya kita salah jalan nih ! Ini kan bukan jalan yang kita lalui saat kita ke sini...!”, salah seorang mengingatkan. ”Kita sabar dulu, pasti kita bisa temukan jalannya. Kita terus ikuti dulu jalan ini.”, jawab saya menenangkan yang lain. Sudah lama kami menempuh perjalanan, sampai akhirnya kami tiba di jalan Lintas Sumatera. Ternyata kami sudah melenceng sekitar 2 jam perjalanan! Kami meneruskan perjalanan menuju tempat rombongan kami menginap. ”Kalian pasti jalan-jalan dulu ya keliling kota...!”, sambut teman-teman melihat kami datang terlambat. ”Kami tadi tersesat! Habis ketinggalan kalian sih!’, jawab saya sambil duduk kelelahan. ”Loh, memang kalian lewat jalur mana?”, tanya salah satu teman ingin tahu. ”Saya juga tidak tahu persis. Sepertinya sih sudah pilih jalan yang benar, ternyata malah tersesat!”, jawab saya cepat. ”Oooh..., di satu persimpangan tadi kalian pasti pilih jalan yang lurus ke depan ya ?”, tanya pemimpin rombongan. ”Memang ada dua pilihan jalan tadi. Yang lurus ke depan, atau ambil jalan ke kiri. Memang lebih sempit, tapi itulah jalan yang benar!”, lanjutnya lagi. ”Iya, memang tadi kami pilih jalan yang lurus saja ke depan, karena kita lihat lebih besar...”, jawab saya sambil menyadari kekeliruan yang kami buat. ”Yah sudahlah, yang penting puji Tuhan kita sudah bisa berkumpul lagi kan?”, jawab saya sambil tersenyum.
Ayat renungan kita pagi ini mengatakan ada jalan yang disangka lurus, padahal ujungnya menuju maut. Di dalam melintasi perjalanan hidup ini, kita dihadapkan pada banyak pilihan dan keputusan yang mesti kita ambil. Terkadang kerohanian kita dalam keadaan tidak terjaga, kita lengah dan menggunakan pertimbangan kita sendiri. Kita mulai mengira-ngira sendiri bahwa jalan yang kita ambil adalah benar. Di saat kita menggunakan pertimbangan kita yang cenderung salah dan kita tidak melibatkan Tuhan dalam menapaki langkah kehidupan, maka jalan hidup kita mulai melenceng dari jalan yang Tuhan inginkan. Tanpa kita sadari, kita tersesat. Terkadang kita sudah cukup jauh dari jalan Tuhan, tanpa disadari kita tengah menuju maut. Kita perlu petunjuk dan tuntunan Tuhan setiap hari agar pertimbangan kita diisi dengan kehendak Tuhan, sehingga kita melangkah kepada jalan kehidupan yang Tuhan kehendaki. Mari kita libatkan Tuhan setiap hari, kita minta Tuhan menolong setiap langkah hidup kita. Tuhan akan menyanggupkan kita untuk memilih jalan hidup yang benar setiap hari. Dan bila kita tersesat, Tuhan akan menuntun kita ke jalan yang aman, kembali pulang ke rumah.
Have a pleasant day !
Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda dengan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.