Saturday, October 17, 2009

Tuhan Menilai Hati

Amsal 16:2 “Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati”








Turut menyelesaikan permasalahan pajak sampai harus menghadiri proses pengadilan pajak adalah salah satu bagian dari tugas saya dalam pekerjaan. Walaupun bentuk proses pengadilannya agak berbeda dengan pengadilan yang lain, tetapi kewajiban untuk menghadiri persidangan setiap minggu selama satu tahun bukanlah suatu hal yang biasa. “Apakah mungkin perusahaan akan memenangkan kasus ini pak?”, tanya saya pada konsultan pajak perusahaan. “Jika melihat dari penjelasan kita dan pernyataan hakim, kemungkinan kita bisa menang!”, jawabnya percaya diri. “Tapi pak, dalam beberapa proses persidangan yang lalu sepertinya mereka tidak menyetujui penjelasan dari kita loh!”, jawab saya berargumentasi. “Tapi anda jangan lupa, majelis hakim juga tidak sependapat dengan penjelasan pemeriksa pajak dalam banyak hal.”, katanya menyangga ucapan saya. “Iya juga ya… Saya jadi bingung bagaimana cara mereka memutuskan perkara ini nantinya ?”, kembali saya bertanya dengan serius kepadanya. “Kita tunggu saja pak. Majelis hakim kan mempunyai sudut pandang yang berbeda dengan kita semua dalam melihat suatu perkara!”, jelas konsultan itu dengan tenang.

Pada waktu yang telah ditentukan akhirnya kami sampai pada proses putusan sidang. Masing-masing pihak telah hadir. Hakim membacakan kasus mulai dari kasus pertama hingga yang akhir. Dan terakhir hakim membacakan putusan sidang. Kami, khususnya saya, sangat lega ketika mendengar perusahaan kami dinyatakan menang dalam perkara ini. Dalam perjalanan pulang saya berdiskusi dengan konsultan pajak perusahaan kita. “Kelihatannya hakim memenangkan kita dengan cara pandang yang sederhana sekali ya pak…”, ujar saya takjub. “Seperti yang saya sudah bilang, kita tidak pernah menyangka bagaimana cara mereka menilai. Tapi siapa yang menduga jika mereka memenangkan kita, karena melihat proses awal pemeriksaan administrasi yang dilakukan pemeriksa pajak tidak tepat. Hakim tidak melihat kasusnya saja. Ada pertimbangan lain yang dia lihat yang mungkin luput dari perhatian kita semua. Apa yang kita lihat benar, belum tentu benar dalam pandangan majelis hakim.”, jelasnya sambil tersenyum lega.

Ayat renungan pagi di hari yang indah ini mengingatkan bahwa manusia selalu merasa benar dengan apa yang dia buat, tetapi Tuhan lah yang akan menguji kebenaran hati setiap manusia. Manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan jalan pikirannya sendiri dan tidak mau dipersalahkan. Ini adalah bentuk mempertahankan diri karena merasa bahwa kita berada di sisi yang benar. Dalam upaya ini, kita diliputi perasaan bahwa kita yang benar dan orang lain yang salah. Saat kita berhadapan dengan pihak yang menengahi, kita ragu dengan cara mereka menilai, karena mereka juga manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Namun kita memiliki Allah yang Maha Kuasa dan maha adil. Tidak ada perkara yang luput dari kebijaksanaanNya. Allah dapat melihat hati dan jalan pikiran kita. Kita perlu meminta Allah melihat hati kita, agar kita tahu kebenaran yang sesungguhnya. Agar jangan kita mempertahankan dan melakukan kesalahan yang malah menuntun kepada kebinasaan. Mari kita datang pada Tuhan dan memohon kebijaksanaan untuk melihat yang benar setiap hari.

May we receive His wonderful blessings today !