Mazmur 104 : 33 “Aku hendak menyanyi bagi Tuhan selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada”
Semasa kecil saya tinggal di sebuah kota kecil. Sebetulnya saya gemar sekali menyanyi, tetapi saya menyadari bahwa suara saya terdengar tidak pada nada yang tepat. Walaupun demikian, saya berusaha untuk tidak rendah diri. Suatu hari saya diajak untuk tampil di acara kebaktian. Berulang-ulang kami berlatih menyanyi “Suara kamu bisa lebih pelan enggak…?”, kata kakak pembina. “Memangnya kenapa kak?”, tanya saya heran. “Suara kamu fals. Jadi supaya tidak terlalu terdengar, kamu tetap boleh bernyanyi…, tetapi jangan terlalu besar ya…!’, katanya. “Baiklah kak!”, jawab saya pelan sambil tertunduk. Saya tahu apa yang dikatakan oleh kakak tadi bukan karena dia membenci saya, tetapi itulah kenyataannya. Untuk menghibur saya, kakak pembina tadi memberi tugas lain yaitu untuk berkhotbah. Hati saya jadi lumayan terhibur. Memasuki usia rermaja, orang tua memasukkan saya di sekolah yang berasrama sampai saya di Sekolah Menengah Atas. Selama di asrama teman-teman mengajak saya untuk mengikuti kegiatan tambahan yaitu menyanyi. “Ayo…! Kamu ikut menyanyi yuk..! Nanti kamu bisa dilatih memiliki suara yang indah. Kamu juga kelihatannya cocok untuk suara dua loh…”, kata seorang teman dengan bersemangat. “Bagaimana bisa suara dua ?? Suara satu saja aku belum bisa…!”, jawab saya lugu. “Baiklah, kalau begitu kamu ikut menyanyi saja. Lagunya gampang kok ! Sering didengar dan gampang untuk dipelajari.”, jawabnya meyakinkan saya.
Selama latihan saya mengikuti semua dengan tekun, tetapi hasilnya terlihat tidak maksimal. “Wah betul juga ya…, suara kamu selalu terpengaruh dengan suara orang lain.”, komentar teman saya. Itulah penampilan saya yang pertama dan terakhir ketika saya duduk di bangku SMA. Memasuki perguruan tinggi kembali saya bersekolah di asrama. Ada banyak kegiatan menyanyi yang saya lihat, hati saya jadi tergerak begitu keras. Saya ingin sekali bisa ikut kegitan menyanyi tersebut, tetapi saya sadar kemampuan saya sangat minim. Saya datang pada Tuhan dan berdoa, “Tuhan, tolonglah saya agar bisa menyanyi dengan baik… Saya berjanji, jika doa saya didengar saya akan gunakan talenta saya untuk terus memuji Tuhan.”. Membutuhkan waktu dua tahun sampai doa saya dijawab oleh Tuhan. Pada suatu malam teman saya menegur, “Kamu mau enggak ikut grup menyanyi. Ada teman saya yang siap melatih hingga kita bisa menyanyi dengan baik.”, katanya mengajak saya berlatih. “Wah, aku tidak bisa menyanyi. Mendengkur saja aku fals, apalagi menyanyi…’, jawab saya terus terang. “Sudah tenang saja…, temanku bisa melatih dengan sabar. Kamu percaya aku deh…!”, katanya meyakinkan. “Oh, boleh saja kalau dia mau sabar melatih. Aku tentunya senang sekali !”, jawab saya dengan semangat. Hari demi hari berlalu saya berlatih tekun dengan bimbingan yang penuh kesabaran. Akhirnya saya bisa memiliki suara yang baik untuk memuji Tuhan. Saya sering diajak untuk tampil di berbagai tempat baik untuk pelayanan, maupun kegiatan sosial lainnya. Pada suatu kesempatan selesai tampil di salah satu tempat, ada seorang teman SMA yang menegur saya. “Wah, sejak kapan kamu bisa menyanyi ? Tadi saya lihat penampilan kamu bagus sekali..!”, pujinya heran bercampur kagum. Mungkin karena suara saya yang sudah terdengar baik, dia pun kini menjadi istri saya. Dia bisa membuktikan setiap hari bahwa saya memang sudah bisa menyanyi dengan benar.
Ayat renungan di pagi ini menyatakan kerinduan untuk mengangkat puji-pujian bagi Tuhan setiap hari, sepanjang umur hidup. Di dalam kehidupan ini, kita memiliki keinginan akan sesuatu hal yang begitu kita idam-idamkan. Mungkin saja itu bersifat sederhana, tetapi pada kenyataannya sulit untuk bisa kita peroleh. Di saat seperti itulah kita boleh mengingat akan janji Tuhan agar kita datang kepadaNya. Bagi Tuhan, tidak ada yang mustahil, terlebih lagi bila yang kita idamkan adalah untuk menjadi kepujian bagi nama Tuhan. Kita tidak mengerti bagaimana dan kapan keinginan kita bisa terpenuhi. Tuhan yang akan menunjukkan cara dan saat yang tepat untuk memenuhi harapan kita. Sementara menunggu apa yang kita idamkan terwujud, biarlah kita memuji Tuhan dan bermazmur bagiNya setiap hari, selagi kita masih hidup. Sebab Tuhan itu baik senantiasa.
Let us lift up praises to Him each day !
Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda hari ini dengan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.