Hari Jumat 16 Oktober 209, jam sudah menunjukkan pukul 19:30. “Iman Orang Saleh Kekal” dari Lagu Sion nomor 24, dinyanyikan oleh jemaat Kemang Pratama sebagai lagu pembukaan pada Kebaktian Pembukaan Sabat kali ini. Kemudian, bapak Aswin Sugiarto sebagai pembawa acara mengundang ibu Lies Purnama untuk melayangkan doa pembukaan. Sebelum Bapak Sulasta Sukamto membawakan renungan, ibu-ibu membawakan lagu pujian yang berjudul “O Brapa Jauh Dari Rumah”. Bapak Sulasta membuka renungan yang berjudul “Lakukan Apa Yang Kau Ingini” dengan menceritakan sebuah kisah tentang seorang nenek dan cucunya. Ketika akan tidur, salah seorang cucunya berdoa dengan suara yang keras agar Tuhan memberikan dia HP, sepeda dan Play Station. "Hei, kamu nggak perlu berdoa keras-keras seperti itu, Tuhan itu nggak tuli!", kata saudaranya. Namun anak itu menjawab, "Tuhan memang tidak tuli, tapi nenek kita kan tidak bisa mendengar dengan jelas doa kita!".
Dalam Yosua pasal 10 kita mendapati cerita tentang Yosua yang memimpin bangsa Israel untuk berperang melawan bangsa-bangsa di sekitarnya. Pada ayat 12, Yosua memohon kepada Tuhan agar matahari berhenti di atas Gibeon dan bulan di atas lembah Ayalon. Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Yosua menyakini doanya dan Tuhan menjawab. Bapak Sulasta menceritakan satu pengalaman dari salah seorang temannya yang terlilit oleh hutang. Sebenarnya, orang ini aktif dalam melayani Tuhan di gereja. Akibat hal ini segala sesuatu berjalan dengan tidak baik. Pelayanannya di gereja terbengkelai. Keluarganya berantakan. Dia harus sering berbohong untuk menghindari para penagih hutang. Namun, dia tetap berkeyakinan bahwa Tuhan pasti akan membantu mengatasi masalahnya. Selain doa yang dilayangkannya, dia juga meminta teman-temannya untuk mendoakannya agar dia dapat lepas dari masalah tersebut. Satu kali, ia mengambil resiko untuk melepas pekerjaan lamanya dan pindah ke perusahaan yang baru. Sedikit demi sedikit, dia mulai dapat mengatasi permasalahannya. Apa yang dia inginkan, dia lakukan dengan benar dan Tuhan menjawab doanya. Diceritakan juga tentang seorang perokok yang satu hari dapat menghabiskan 3 bungkus rokok. Satu kali, dia berkeinginan untuk berhenti merokok. Dia yakin dia akan berhasil dan memulai dengan melakukan hal yang sederhana. Dalam setiap bungkus rokok, dia buang 3 batang rokok. Lalu ditingkatkan menjadi 6 batang rokok, sampai akhirnya dia harus membuang semua rokok yang ada dalam bungkus tersebut. Dia memiliki kekuatan, karena dia bertindak dengan benar atas apa yang diyakininya.
Dalam Lukas 17:14 disebutkan, “Lalu Ia memandang mereka dan berkata: ‘Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.’ Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir.” Keyakinan ke-sepuluh orang kusta itu, telah membuat Tuhan Yesus menyembuhkan mereka. Begitu juga dengan cerita orang lumpuh yang diturunkan dari atap. Markus 2:5 mengatakan, “Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: ‘Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!’ ". Keyakinannya untuk menerima kesembuhan dari Yesus telah menggerakkan hati Yesus. Yakobus 4:2 mengatakan: “Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.” Kita harus mendemontrasikan apa yang kita yakini dalam doa. Iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong. (Yakobus 2:20).
Bapak Sulasta lebih lanjut bercerita tentang seorang pendeta yang ingin mengadakan KKR. Dia pun menyewa tempat dan menyiapkan undangan untuk dibagi-bagikan kepada banyak orang. Pada hari H-nya, sampai mendekati waktu yang ditetapkan, tidak ada seorang tamupun yang hadir, kecuali saudara-saudaranya. Dengan perasaan yang kecewa, dia berdoa kepada Tuhan. Ketika waktunya dia harus tampil ke podium, dia berjalan masuk kepodium dan mulai berkhotbah. Kendati tidak ada satu orangpun tamu yang hadir, kecuali saudara-saudaranya, dia tetap berkhotbah dengan sepenuh hati. Dari malam kemalam, hal yang sama tetap berlangsung. KKR itu hanya dihadiri oleh saudara-saudaranya. Dan, seperti biasanya, pada malam terakhir, ia pun melakukan panggilan. Sudah bisa ditebak, tidak ada orang yang maju untuk menyerahkan diri karena hanya saudara-saudaranyalah yang hadir disana. Sekali lagi, ia melakukan panggilan, dan suasana tetap hening. Dan untuk terakhir kalinya, dia melakukan panggilan. Tiba-tiba pintu terbuka, dan masuklah seorang tukang sapu yang berdiri di hadapan pendeta itu. Tidak berapa lama, petugas sound system juga datang menghampiri dan berdiri di depan pendeta itu. Dua orang ini telah mendengar pekabaran yang diberikan, dan menyerahkan diri mereka dibaptis. Doa pendeta itu menjadi kenyataan karena dia melakukan apa yang diyakininya. "Bila mana doa kita seakan tidak terjawab, ingatlah bahwa Yesus tidak akan meninggalkan kita. Apabila kita yakini, iman dapat mengubah apapun. Yakinlah, Yesus akan melakukan hal-hal hebat yang terbaik untuk kita.", kata Bapak Sulasta menutup renungan Vesper malam ini.
Puji Tuhan untuk renungan yang baik malam ini ! Kebaktian Vesper kemudian ditutup dengan menyanyikan lagu sion nomor 195, “Tolonglah Aku, Ya Allah”. Dan seperti biasanya, setelah doa tutup dilayangkan oleh bapak Sulasta, jemaat berkumpul di halaman Gereja untuk membentuk lingkaran dan menyanyikan lagu “God Is So Good”. Setelah itu semua mengucapkan, “Selamat sabat! Selamat sabat! Selamat sabat! Tuhan memberkati! Halleluyah! Amin!”.