Perjalanan ke GMAHK Kemang Pratama ditempuh dalam waktu singkat, hanya 15 menit. Rombongan memasuki halaman gereja, sebagian lagi memarkir di sisi jalan. Bapak David Tampubolon memimpin para diakon untuk membantu mengeluarkan peti jenasah dari ambulans, kemudian membawa masuk ke depan mimbar gereja yang telah dipersiapkan. Kursi-kursi berwarna merah yang telah disiapkan untuk keluarga besar Pelaupessy – Kountur, disusun saling berhadapan di sisi almarhum Bapak George. Gembala dan anggota jemaat Kemang Pratama, Pendeta Lendra Situmorang, Ketua Konferens DKI Jakarta dan sekitarnya, Pendeta BAF Simanjuntak, Pendeta M. Simbolon, pendeta-pendeta di wilayah 4 Konferens DKI Jakarta dan sekitarnya, beserta beberapa anggota jemaat Salemba, anggota jemaat HBR, dan para kerabat keluarga besar, hadir dalam kebaktian ini.
Bapak Christian Siboro memimpin jalannya kebaktian pelepasan jenasah di gereja dan mengundang semua menyanyi lagu “Tabib Besar Ada Dekat”. Bapak Willy Wuisan melayangkan doa buka. Sebuah lagu penghiburan “Karena Surga Sudahlah Hampir” dinyanyikan oleh jemaat Kemang Pratama, yang memberikan pengharapan bagi keluarga yang berduka bahwa tak lama lagi kita akan bersama-sama masuk ke dalam kerajaan surga. Mewakili keluarga, Bapak Lexy membacakan riwayat hidup dari Bapak George yang lahir 69 tahun lalu. Bapak George menikah tahun 1970 dan dikaruniai 3 orang anak, yaitu Richard, Rina dan Rini. Odoria Hutajulu, Saut Ringo-ringo dan Lianto Napitupulu adalah menantu yang dikasihi oeh Bapak George dan Ibu Corry. Mereka memiliki lima orang cucu yang cakap dan pintar. Selama hidupnya Bapak George melayani sebagai pegawai sidang, ketua jemaat, pionir pembangunan gereja yang penuh dengan semangat, baik di Salemba, Harapan Baru Regency, dan yang terakhir di Kemang Pratama.
Usai riwayat hidup dibacakan, keluarga Pelaupessy-Kountur menyanyikan sebuah lagu “Boleh Jadi Pada Waktu Pagi Hari”. Sebuah lagu yang menyatakan harapan keluarga bahwa satu saat Yesus akan datang menjemput semua dan dipersatukan kembali dengan Bapak George yang dikasihi. “Hati kita berduka karena kehilangan orang tua yang menjadi teladan dan berdedikasi kepada Tuhan.”, kata Pendeta Lendra Situmorang mengawali renungan siang ini. “Oleh kasih Tuhan, manusia diijinkan beristirahat sementara, sehingga ada satu pengharapan yang dipegang akan kedatangan Yesus yang kedua kali. Kematian memisahkan sementara orang tua dengan anaknya, memisahkan opa dengan cucunya, memisahkan sementara suami yang dikasihi dengan istrinya. Kita pun sebagai sahabatnya, terpisah dari sahabat yg kita kasihi. Tetapi Tuhan tidak membiarkan kita putus asa. Kematian bukanlah akhir bagi umat Tuhan. Sesudah kematian, ada satu pengharapan bahagia bagi umat yang percaya kepada Yesus.”, lanjut Pendeta Situmorang menjelaskan makna pengharapan bagi umat kristen.
“Berharga orang yang mati di dalam Tuhan. Saya bertemu dengan Bapak George dan Ibu Corry tahun 1993, saat saya ditugaskan sebagai gembali di jemaat Salemba. Mereka adalah diakon dan diakones yang penuh dengan semangat pelayanan. Anggota jemaat semua mengasihi mereka. Setelah itu Bapak George bertugas memimpin di jemaat Harapan Baru Regency. Semua dia lakukan dengan penuh roh pelayanan kepada Tuhan. Dan itu terus Bapak George lakukan di Kemang Pratama hingga sebelum ia beristirahat sementara. Berbahagialah Bapak George yang telah beristirahat sementara di dalam Tuhan.”, ujar Pendeta Situmorang kepada keluarga besar yang berduka. Mengutip Roma 14 : 8 dan 9, Pendeta Situmorang mengajak keluarga Pelaupessy-Kountur untuk tetap setia hingga Yesus datang kedua kali, dan dipertemukan dengan Bapak George kembali. Pendeta Situmorang melayangkan doa berkat khusus bagi keluarga Pelaupessy-Kountur.
Lagu tutup “Adakah Yesus Lindung Aku” dinyanyikan bersama dan doa tutup dilayangkan. Berturut-turut setelah itu beberapa ungkapan dukacita disampaikan. Pendeta BAF Simanjuntak mewakili Konferens DKI Jakarta dan sekitarnya mengatakan bahwa Tuhan telah memberikan yang terbaik saat ini, untuk itu keluarga diajak untuk berserah kepada Tuhan yang mengetahui semua kebutuhan keluarga. Pendeta D.H. Manurung mewakili Wilayah 4 Konferens DKI Jakarta dan sekitarnya mengatakan bahwa selama di dunia, kematian dan perpisahan akan kita alami. Pendeta Manurung mengajak keluarga untuk jangan larut dalam kesihan dan memegang teguh pengharapan pada Yesus. Salah seorang perwakilan dari jemaat Salemba menyaksiakan bahwa Bung Tjo, panggilan akrab Bapak George, adalah seorang yang senantiasa memberikan nasehat yang baik kepada jemaat dan tidak akan dilupakan. Keluarga diajak untuk datang pada Yesus sumber penghiburan sejati. Perwakilan dari jemaat Harapan Baru Regency mengajak keluarga untuk melanjutkan kesetiaan almarhum dalam pelayanan kepada Tuhan. Bapak Sontani Purnama, mewakili jemaat Kemang Pratama, menyampaikan teladan yang telah dibuat oleh Bapak George dalam pelayanan di jemaat. Bapak Sontani berharap keluarga mendapatkan penghiburan dan kekuatan dari Tuhan dan tetap setia hingga Yesus datang.
Mewakili keluarga, Bapak Kountur menyampaikan terima kasih kepada jemaat Salemba, jemaat Harapan Baru Regency, jemaat Kemang Pratama, Pemimpin dan pegawai Konferens DKI Jakarta dan sekitarnya, serta handai tolan yang telah membantu meringankan beban keluarga di saat sulit seperti sekarang ini. Acara kebaktian pelepasan jenasah telah selesai. Satu per satu datang ke depan untuk memberikan salam dan kata penghiburan bagi keluarga. Isak tangis dan duka mendalam sangat terasa, namun keluarga telah mendapatkan bekal kekuatan oleh nasehat dan firman Tuhan yang didengarkan. “Daddy…satu saat kita pasti akan berjumpa lagi…!! Pasti daddy..!! Kita akan berjumpa lagi nanti..!”, ucap Bapak Richard Pelaupessy yang tidak kuasa menahan haru dan mencium ayah terkasih terakhir kali, sebelum nanti berjumpa lagi di pagi yang cerah. Ibu Corry tidak kuasa menahan air mata, diikuti oleh semua anggota keluarga lainnya. Setelah itu diakon menutup peti jenasah dan bersama-sama mengangkat keluar menuju ambulans yang sudah menanti.
Lagu tutup “Adakah Yesus Lindung Aku” dinyanyikan bersama dan doa tutup dilayangkan. Berturut-turut setelah itu beberapa ungkapan dukacita disampaikan. Pendeta BAF Simanjuntak mewakili Konferens DKI Jakarta dan sekitarnya mengatakan bahwa Tuhan telah memberikan yang terbaik saat ini, untuk itu keluarga diajak untuk berserah kepada Tuhan yang mengetahui semua kebutuhan keluarga. Pendeta D.H. Manurung mewakili Wilayah 4 Konferens DKI Jakarta dan sekitarnya mengatakan bahwa selama di dunia, kematian dan perpisahan akan kita alami. Pendeta Manurung mengajak keluarga untuk jangan larut dalam kesihan dan memegang teguh pengharapan pada Yesus. Salah seorang perwakilan dari jemaat Salemba menyaksiakan bahwa Bung Tjo, panggilan akrab Bapak George, adalah seorang yang senantiasa memberikan nasehat yang baik kepada jemaat dan tidak akan dilupakan. Keluarga diajak untuk datang pada Yesus sumber penghiburan sejati. Perwakilan dari jemaat Harapan Baru Regency mengajak keluarga untuk melanjutkan kesetiaan almarhum dalam pelayanan kepada Tuhan. Bapak Sontani Purnama, mewakili jemaat Kemang Pratama, menyampaikan teladan yang telah dibuat oleh Bapak George dalam pelayanan di jemaat. Bapak Sontani berharap keluarga mendapatkan penghiburan dan kekuatan dari Tuhan dan tetap setia hingga Yesus datang.
Mewakili keluarga, Bapak Kountur menyampaikan terima kasih kepada jemaat Salemba, jemaat Harapan Baru Regency, jemaat Kemang Pratama, Pemimpin dan pegawai Konferens DKI Jakarta dan sekitarnya, serta handai tolan yang telah membantu meringankan beban keluarga di saat sulit seperti sekarang ini. Acara kebaktian pelepasan jenasah telah selesai. Satu per satu datang ke depan untuk memberikan salam dan kata penghiburan bagi keluarga. Isak tangis dan duka mendalam sangat terasa, namun keluarga telah mendapatkan bekal kekuatan oleh nasehat dan firman Tuhan yang didengarkan. “Daddy…satu saat kita pasti akan berjumpa lagi…!! Pasti daddy..!! Kita akan berjumpa lagi nanti..!”, ucap Bapak Richard Pelaupessy yang tidak kuasa menahan haru dan mencium ayah terkasih terakhir kali, sebelum nanti berjumpa lagi di pagi yang cerah. Ibu Corry tidak kuasa menahan air mata, diikuti oleh semua anggota keluarga lainnya. Setelah itu diakon menutup peti jenasah dan bersama-sama mengangkat keluar menuju ambulans yang sudah menanti.