Walaupun kadangkala Yesus melakukan pekabaran pribadi, namun pada umumnya Yesus lebih senang membawakan pekabaran kepada banyak orang. Saat Yesus membawakan pekabaran di atas gunung, tidak hanya orang dari daerah sekitar saja yang datang. Selain dari Gelilea, juga banyak orang datang dari Yudea, Yerusalem, Perea, Dekapolis, Idumea, Tsur, Sidon dan dari Poenisia. Mereka bersama murid-murid datang mendekat kepada Yesus agar dapat mendengarkan pekabaran dengan baik. Ini juga sesuai dengan himbauan dari pemimpin acara pada saat acara akan dimulai, dengan menghimbau semua yang hadir untuk pindah ke bangku depan agar dekat dengan pembicara. Semua yang hadir ingin lebih dekat dengan Yesus. Mereka ingin mendengarkan suatu pekabaran yang sangat penting. Mereka berpikir bahwa Yesus akan mengumumkan kerajaanNya dan berharap mereka dapat mengambil bagian dalam pemerintahanNya. Bahkan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang sangat mengharapkan dapat menguasai bangsa Roma dan dapat menikmati kekayaan dan keindahan kerajaan Roma. Begitu juga dengan para nelayan dan petani yang berharap mendengar jaminan kesejahteraan buat mereka, sehingga mereka dapat hidup lebih baik dan dapat menikmati kesenangan. Namun, Yesus merubah haluan pikiran mereka. Yesus memberikan pengertian yang benar mengenai kerajaan Allah. Yesus memberikan syarat-syarat untuk masuk ke dalam kerajaan ini.
Yesus memulai pekabaranNya dengan mengatakan, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya kerajaan sorga.” Miskin di sini berarti miskin rohani, sehingga merasa perlu untuk mendapatkan keselamatan. Tuhan tidak dapat memulihkan manusia, kecuali bila manusia itu mengakui kelemahannya dan mengikis kesombongan dirinya. Berikutnya Yesus mengatakan, “Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur”. Dukacita yang dimaksudkan adalah dukacita karena melakukan dosa. Dukacita atas penyesalan dosa kita. Sementara kita menyesal akan dosa, kita akan bersuka atas kesempatan menjadi anak-anak Allah. Penyesalan yang sesungguhnya akan membawa kepada pertobatan. Dan ini adalah bagian dari pekerjaan Roh Suci. Dukacita ini memaklumkan satu kesukaan yang akan menjadi satu pancaran hidup di dalam jiwa. Yang ketiga Yesus menyebutkan, “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.” Jika kita memiliki kerendahan hati Tuhan kita, maka kita akan lepas dari sifat meremehkan, penolakan, sakit hati, yang ke dalamnya kita dapat terjerumus setiap hari. Kerendahan hati adalah kekuatan yang memberi kemenangan kepada pengikut-pengikut Kristus; itu adalah tanda hubungan mereka dengan pengadilan sorga. Boleh jadi mereka menganggap hina kepada yang lemah lembut, namun dalam pemandangan Allah, tinggi nilainya. “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan”, adalah ungkapan bahagia selanjutnya yang disampaikan Yesus kepada orang banyak di atas gunung. Perasaan tidak layak akan menuntun hati yang lapar dan haus akan kebenaran, dan kerinduan yang semacam ini tidak akan dikecewakan. Semua yang rindu untuk memakai tabiat Allah akan dipuaskan. Perasaan cinta diri akan menghalangi kita memandang Allah. Yesus meneruskan pekabaran di atas gunung dengan mengatakan, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”. Damai Kristus lahir dari kebenaran. Manusia tidak dapat membuat damai dan satu-satunya kuasa yang dapat menciptakan atau mengekalkan damai adalah anugerah Kristus.
Orang banyak heran akan pekabaran ini, yang amat jauh berbeda dengan ajaran dan teladan orang Farisi. Orang banyak telah beranggapan bahwa kebahagian itu terdiri dari harta benda duniawi, dan bahwa nama dan kehormatan manusia sangat diidam-idamkan. Setelah menerangkan kebahagiaan yang sebenarnya dan bagaimana cara memperolehnya, maka Yesus mulai menjelaskan tugas murid-muridnya dengan lebih jelas. Yesus tahu, murid-murid-Nya sering mengalami kekecewaan, putus asa dan akan mendapatkan perlawanan yang hebat, dihina, dan sesaksian mereka akan ditolak. Untuk itu Yesus mengatakan, “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga”. Yesus mengingatkan bahwa setiap api ujian adalah jalan untuk menghaluskan mereka. Mereka harus siap dengan ujian ini. “Kamu adalah garam dunia. Kamu adalah terang dunia”. Jika seseorang mengaku kristen hanya dalam nama saja, mereka bagaikan garam yang sudah menjadi tawar. Mereka tidak mempunyai pengaruh untuk kebaikan dalam dunia ini. Tabiat yang benar tidak dibentuk dari luar dan diletakan, namun, ia bersinar dari dalam. Jika kita ingin menuntun orang-orang lain di dalam jalan kebenaran, azas-azas kebenaran haruslah disimpan dalam hati kita sendiri. Perbuatan kitalah yang mengkhotbahkan firman kebenaran.
Yesus juga mengetahui prasangka yang ada dalam pikiran para pendengarnya, oleh sebab itu Ia berkata, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam kerajaan surga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga”. Yesus membantah tuduhan orang Farisi itu. TugasNya adalah untuk membenarkan tuntutan yang suci dari hukum yang mereka tuduh sedang dirubahNya. Jika sekiranya hukum itu dapat dirubah atau dihilangkan, maka Yesus tidak perlu menanggung kesengsaraan akibat pendurhakaan kita. Ia datang untuk menerangkan hubungan antara hukum kepada manusia, dan untuk menerangkan ajaranNya melalui hidup dan penurutan-Nya. Allah rindu untuk kita berbahagia, dan Ia memberikan syariat hukum itu agar dengan menurutnya, kita akan beroleh kemenangan. Barang siapa yang menurut sama dengan penurutan Kristus, berarti menyatakan bahwa hukum itu “kudus, benar dan baik” (Roma 7:12). Sebaliknya, barang siapa yang melanggar hukum Allah, berarti membantu pernyataan setan yang menyatakan bahwa hukum itu tidak adil dan tidak dapat diturut. Dengan demikian, mereka menguatkan penipuan pembohong besar itu dan melemparkan hinaan atas Allah. Manusia dapat saja mengaku percaya akan kebenaran, namun jika tidak dapat menjadikan mereka tulus, manis budi, sabar, menahan nafsu, memikirkan hal semawi, maka itu akan menjadi kutuk bagi yang mengaku memilikinya, dan bahkan, pengaruh mereka akan mendatangkan kutuk kepada dunia ini. Setan sangat gembira bilamana mendengar para pengikut Kritus mengadakan maaf untuk tabiat mereka. Maaf ini akan membawa kepada dosa.Tidak ada maaf untuk dosa. Perangai yang suci, hidup seperti Kristus, dapat dicapai oleh tiap-tiap anak-anak Allah yang betobat dan percaya. Kita tidak dapat melayani dua tuan. Kita tidak dapat melayani Allah dengan hati yang terbagi-bagi. Peraturan dunia dan prinsip kebenaran yang tidak tergoyahkan, janganlah dipadukan dengan yang lain sebagai mana warna warni pelangi. Semua yang memilih melayani Tuhan akan tinggal dalam penjagaanNya. Allah ingin agar anak-anak-Nya menyatakan tabiat yang serupa dengan Dia dihadapan orang banyak. “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.”, kata Bapak Erhat mengutip ayat dalam Matius 7 : 24-25, sekaligus menutup renungan malam ini.
Memasuki jam kesaksian, Pendeta Richard Y. Hutauruk menyaksikan tentang seseorang yang telah lama mendengar pekabaran Advent di Papua namun tidak mempedulikannya. Namun saat dia berada di Bandung minggu lalu, orang ini menghampiri Pendeta Hutauruk dan memohon untuk memberikan pelajaran tentang Advent kembali. Apa yang ditabur, boleh jadi baru akan siap dituai lama setelah saat menabur. Kesaksian yang sama juga diberikan oleh Bapak Wilson Tobing. Menjelang kenaikan kelas 3 SD, seorang guru yang tadinya tidak mempermasalahkan hari Sabat, mempertanyakan ketidakhadirannya setiap hari Sabtu. Dan sebagai hukuman, bapak Wilson Tobing, setiap hari Senin harus berlari mengitari papan tulis selama 15-20 menit. Dan ironisnya, walaupun ia merupakan anak terpandai, ia harus tinggal kelas karena tidak mau masuk sekolah pada hari Sabat. Puji Tuhan, tahun berikutnya, guru tersebut diganti dan Bapak Wilson Tobing dapat melanjutkan sekolahnya dengan baik tanpa masalah hari Sabat. Dan yang menjadi kesaksian, sekaligus kesukaan, pada saat Bapak Wilson duduk di kelas 3 SMA, guru yang pernah menghukumnya, menerima kebenaran dan dibaptiskan. Butuh waktu 9 tahun dalam menerima kebenaran. Himbauannya disini adalah, agar kita mau memberitakan pekabaran keselamatan, karena, sekecil apapun pekabaran yang kita buat, bila Tuhan berkenan, Roh Tuhan akan membimbing orang tersebut untuk menerima kebenaran. (Pengkhotbah 11:1). Pokok doa pada malam hari ini meliputi orang-orang yang sakit, seperti Stella Simanjuntak dan Bapak Munas Tambunan yang dalam proses penyembuhan, Bapak George Pelaupessy, Ibu Yudith Yohanes yang sedang belajar firman Tuhan, Bapak Wilson Tobing yang akan membagikan pekabaran kepada mahasiswanya saat retreat minggu ini, KPA-KPA, nama-nama orang yang belajar alkitab, Family Of The Month bulan ini yaitu keluarga Mulana Simanjuntak, pelayanan masyarakat, dan beberapa yang lain. Usai doa khusus di kelompok kecil, acara kebaktian Rabu malam ini diakhiri dengan menyanyi dari Lagu Sion nomor 138, “Aku Kasih Tuhan Lebih”. Doa tutup dilayangkan oleh Bapak Erhat. Puji Tuhan untuk malam persekutuan yang indah !