Hari Sabat 24 Oktober 2009, jam menunjukkan pukul 10:45 dan jemaat tengah memasuki kebaktian khotbah. Ibu Janeth Siboro membawakan cerita anak-anak yang mengajak semua anak-anak menyerahkan segala pekara kepada Tuhan. Anak-anak mendengar dengan penuh minat. Usai cerita, mereka kembali ke tempat duduk masing-masing. Staf departemen Sekolah Sabat menyanyikan sebuah lagu istimewa yang berjudul “In His Time”. Lagu yang mengingatkan semua yang hadir bahwa Tuhan akan membuat semua indah pada waktu yang Dia telah tentukan. Jemaat siap mendengarkan khotbah yang dibawakan oleh Bapak Christian Siboro yang berjudul “Kepedulian”.
Mengutip ayat dalam kitab Matius 24 : 7b, Bapak Christian menyebutkan bahwa banyak peristiwa gempa bumi yang terjadi di pelbagai tempat. Gempa bumi di Padang baru-baru ini telah menghancurkan banyak bangunan dan menelan korban manusia. Gempa bumi menimbulkan kesulitan bagi orang yang berada di sekitar lokasi gempa. Ketika kesulitan ini mereka dihadapi, banyak orang menunjukkan kepedulian bagi mereka yang menjadi korban. “Jenis kesulitan kedua yang telah dinubuatkan dalam Markus 13:8 adalah bencana kelaparan. Banyak tempat di dunia yang telah menderita kelaparan. Dan orang-orang yang beruntung menolong mereka, menunjukkan kepedulian bagi yang menderita kelaparan.”, kata Bapak Christian menyebut jenis kepedulian berikutnya yang biasa dibuat manusia. “Setelah itu, manusia menunjukkan kepedulian atas korban perang, korban banjir dan juga pengangguran yang banyak terjadi di dunia. Semua jenis kesulitan ini ada tertulis di alkitab. Manusia saling menunjukkan kepedulian bagi mereka yang terkena bencana dan kesulitan ini.”, lanjut Bapak Christian menyebutkan jenis kesulitan yang banyak terjadi dan bagaimana manusia saling menolong mereka yang kesulitan.
“Ada seorang ahli yang mencoba membuat formula untuk menghitung berapa besar satu kepedulian manusia terhadap sesamanya. Dalam formula itu disebutkan bahwa kepedulian terdiri atas dua faktor, yaitu pemahaman akan kondisi yang terjadi dan kedekatan hubungan dengan orang yang bersangkutan. Semakin kita mengerti akan kesulitan yang terjadi, maka tingkat kepedulian manusia itu akan semakin tinggi. Demikian juga kalau kesulitan itu terjadi pada orang yang memiliki hubungan dekat dengan kita, contohnya bila itu terjadi pada orang tua dan saudara kita, maka akan semakin tinggi pula tingkat kepedulian kita”, papar Bapak Christian menjelaskan logika dalam formula ini. “Jadi menurut formula itu, kalau kita tidak terlalu paham tentang kondisi kesulitan orang lain atau orang yang terkena kesulitan hubungannya jauh secara garis keluarga dari kita, maka cenderung kepedulian itu semakin rendah. Itu adalah prinsip duniawi. Tapi kepedulian yang Yesus ajarkan berbeda sekali. Di dalam Galatia 6 : 10 Yesus mengajak kita untuk berbuat baik kepada semua orang, tanpa membeda-bedakan jenis kesulitan atau apakah ada hubungan langsung dengan kita atau tidak. Yesus mengasihi semua orang. Yesus ingin agar semua pengikut-Nya mengikuti teladan yang Ia berikan.”, ujar Bapak Christian lagi. Mengakhiri khotbah Sabat siang ini, Bapak Christian mengajak kita semua untuk menunjukkan kepedulian pada sesama manusia, seperti yang Yesus ajarkan untuk kita lakukan.