Hari Sabat 17 Oktober 2009, cuaca sangat cerah di halaman gereja. Jemaat baru menyelesaikan pelajaran Sekolah Sabat dan bersiap menerima firman Tuhan di jam kebaktian khotbah. Cerita anak-anak yang menarik dibawakan oleh Ibu Dahlia Hutauruk, tentang kesetiaan Sadrakh, Mesakh dan Abednego kepada Tuhan. Anak-anak menerima nasehat yang baik untuk tetap setia kepada Tuhan. Usai cerita, anak-anak dengan tertib kembali ke tempat duduk mereka masing-masing. Sebuah lagu istimewa “Bukit-bukit Permai” dinyanyikan dengan merdu oleh koor pemuda, diiringi oleh Pak Joko Prasetyo dengan petikan gitar, Doddy Simanjuntak pada gitar bas, dan alunan piano Felisya Tambunan. Lagu yang menjadi kesayangan banyak orang, termasuk Ny. E.G. White, mengantar semua yang hadir untuk mendengar khotbah berjudul “Pusat Kehidupan” yang dibawakan oleh Bapak Taslim Djambak, anggota Executive Committee Konferens DKI Jakarta.
“Saat ini banyak orang di dunia yang diliputi oleh kekhawatiran. Banyak yang khawatir akan terjadi gempa bumi di Indonesia, seperti yang baru terjadi di Padang, kampung halaman saya. Sebagian besar orang takut akan bencana flu burung. Ada juga yang khawatir akan penyakit kanker yang diderita. Khawatir akan hari tua, was-was dengan masa depan anak-anak mereka, dan banyak lagi yang membuat manusia khawatir di jaman ini.”, kata Bapak Taslim memulai khotbahnya Sabat ini. “Manusia ingin keluar dari perangkap kekhawatiran. Banyak di antara mereka yang mengandalkan kekuatan sendiri untuk keluar dari kekhawatiran. Namun hal itu, tidak akan menolong mereka, bahkan membawa kepada kekecewaan lebih lanjut. “, ujar Bapak Taslim menjelaskan. “Kita bisa mengenali tanda saat kekhawatiran melanda kita. Pada saat kita berusaha menganani masalah kita sendiri, dengan kuasa dan pikiran kita sendiri, itu saatnya kita akan berhadapan dengan kekhawatiran.”, tandas Bapak Taslim.
Bapak Taslim menjelaskan perlunya kita meniru apa yang dilakukan oleh Daud saat dia menghadapi kesukaran. “Daud berseru kepada Tuhan, datang menghampiri Tuhan, memohon pertolongan dari Tuhan, ketika dia mengalami kesesakan.”, jelas Bapak Taslim tentang seruan Daud dalam Mazmur pasal 20. “Saat kita mengalami kesulitan, jangan kita bergantung pada diri kita sendiri. Kita perlu datang pada Yesus, sebagai pusat kehidupan kita. Yesus sanggup menolong kita mengendalikan semua jenis kesulitan.”, papar Bapak Taslim tentang langkah yang perlu kita ambil di saat yang sulit. Bapak Taslim menceritakan sebuah ilustrasi tentang pengusaha yang sukses dan berhasil. Selama hidupnya dia selalu bekerja keras dan jujur. Saat mau masuk surga, dia ingin membawa hartanya ke surga. Tetapi dia terkejut karena apa yang dia lihat. Semua jalan di surga terbuat dari emas dan permata. Apa yang dia bawa dari dunia, sama sekali tidak berharga di surga. “Ilustrasi ini menunjukkan bahwa Allah memerlukan hati kita. Saat kita datang kepada Allah, kita datang dengan kerenahan hati, ketulusan dan penuh penyerahan. Allah akan menolong kita.”, lanjut Bapak Taslim lagi. Mengutip pengalaman Petrus saat di penjara, Bapak Taslim mengajak kita untuk berdoa dengan tekun, seperti Petrus. Jemaat mula-mula saat itu juga berdoa dengan tekun kepada Tuhan, memohon kelepasan bagi Petrus. “Tuhan mendengar doa umatNya yang berseru dalam kesesakan. Ia akan memberikan jalan keluar dan pertolongan. Marilah kita datang kepada Yesus, pusat kehidupan kita, di setiap saat kehidupan kita.”, kata Bapak Taslim menutup khotbahnya. Puji Tuhan untuk kabar baik yang indah Sabat ini !