Hari Rabu 30 September 2009 jam 19:30 malam, jemaat Kemang Pratama telah berada di gereja dan siap mengikuti kebaktian Permintaan Doa. Kebaktian dimulai oleh Pdt. R.Y. Hutauruk tepat jam 19:30 dengan mengundang jemaat untuk menyanyikan lagu sion nomor 172, ”Pada Jam Ku Berdoa”. Doa pembukaan dilayangkan oleh Friska Hurauruk. Renungan pada malam hari ini dibawakan oleh Bapak Ricky Tambunan dengan mengambil dari buku “Kerinduan Segala Zaman” pasal 29 yang berjudul ”Hari Sabat”. Hari Sabat telah dimulai sejak awal penciptaan. Setelah enam hari bekerja, pada hari yang ketujuh, Allah berhenti. Hari yang ketujuh diasingkan dan diberkati. Hari Sabat dikenal jauh sebelum Allah menurunkan 10 Hukum kepada Nabi Musa. Ketika dalam perjalanan dari Tanah Mesir ke Negeri Perjanjian, bangsa Israel telah dingatkan mengenai hari Sabat melalui manna yang turun setiap hari kecuali hari Sabat. Hari Sabat inilah yang membedakan bangsa Israel dengan bangsa-bangsa di sekitarnya.
Bangsa Israel telah gagal dalam menerima maksud Allah mengenai hari Sabat. Setan telah menjauhkan bangsa Israel melalui tuntutan-tuntutan mengenai hari Sabat. Hari Sabat telah kehilangan arti sebenarnya. Pada jaman Yesus, hari Sabat telah diputarbalikkan sehingga pemeliharaannya mencerminkan sifat mementingkan diri sendiri dan kehendak hati. Hari Sabat bukan lagi mencerminkan sifat dan tabiat dari Bapa yang penuh kasih. Yesus datang untuk mengembalikan maksud dan fungsi hari Sabat yang sebenarnya. Yesus memperagakan fungsi hari Sabat yang benar, kendati tidak sesuai dengan tradisi orang Yahudi. Ketika murid-murid Yesus melalui ladang gandum yang sudah masak pada hari Sabat. Mereka memetik dan memakannya. Menurut tradisi orang Yahudi, ada dua kesalahan yang dilakukan, yaitu: memetik gandum dan mengupas (untuk memakan) pada hari Sabat. Menurut orang Yahudi, ini adalah dua pekerjaan yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat. Namun, Yesus mengatakan bahwa, Ia adalah Tuhan atas hari Sabat (Luk 6:5). Bahkan, kata Yesus, raja Daud diperkenankan untuk memakan roti yang sudah diasingkan bagi Tuhan. Lagi pula, imam-iman lebih banyak bekerja pada hari Sabat dari pada hari-hari biasanya. Dan semua pekerjaan ini adalah pelayanan kepada Tuhan. Pekerjaan yang boleh dilakukan pada hari Sabat yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan keselamatan manusia. Apa saja yang berhubungan dengan keselamatan manusia, setuju dengan hukum Sabat. Yesus mewujudkannya dengan menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat.
Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja. (Markus 3:4). Peribahas orang Yahudi mengatakan bahwa ”bilamana seseorang gagal untuk berbuat baik, padahal mempunyai kesempatan, itu adalah sebuah perbuatan jahat.”
Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, (Markus 2:27). Yesus hanya mengoreksi pengertian hari Sabat yang telah melenceng dari arti sebenarnya. Yesus tidak pernah melanggar hari Sabat, karena Ia yang menjadikan hari Sabat. Hari Sabat diadakan untuk semua manusia, bukan hanya untuk orang Yahudi saja. Markus 2:28, ”Jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.”. Upacara Sabat bukanlah tujuan, namun sebagai sarana untuk mencapai tujuan, yaitu membawa kita atau orang lain kepada Juru Selamat. Bilamana sarana ini lebih diutamakan (hari Sabat), maka kita akan sama seperti orang Yahudi. ”Oleh sebab itu, jadikanlah hari Sabat sebagai sarana dalam membawa kita lebih dekat dengan Yesus.”, ucap Bapak Ricky mengakhiri renungan Rabu malam ini.
Pada jam kesaksian, Ibu Annie Simanjuntak menyaksikan bagaimana pertolongan Tuhan kepada keluarga ini. Saat mereka keluar dari jalan tol, mereka mendapati, bahwa salah satu ban depan mobil yang mereka tumpangi sudah tidak ada. Tinggal velg-nya saja. Dan, yang kedua, ketika mereka parkir, mereka tidak sadar jendela mobil terbuka sampai mereka kembali. Namun, tidak ada satupun barang yang hilang, padahal disana ada komputer jinjing dan uang. Puji Tuhan atas kebaikan-Nya. Kesaksian kedua oleh Bapak Willy Wuisan yang menceritakan bagaimana hebatnya bencana alam yang terjadi di Manila, Philipina. Kejadian yang terjadi pada Sabat pagi, ketika Jessica, anak dari bapak Willy sedang bergereja di sebuah mall di Manila. Tiba-tiba badai datang dengan sangat cepat dan membanjiri seluruh kota Manila. Ketika badai mereda, Jessica pulang dengan menggunakan perahu dan ternyata air sudah hampir mencapai lantai dua. Beruntung, Jessica memilih kamar di lantai dua, sehingga tidak ikut terendam banjir. Semua barang yang ada di lantai satu, terkena banjir. Jessica tidak dapat mencapai tempat tinggalnya, sehingga kembali ke mall, suatu tempat yang agak tinggi. Setelah menginap semalaman disana, ternyata pada paginya air belum surut. Pada sore hari, barulah air surut dan Jessica bisa mendatangi tempat tinggalnya. Keadaan kota Manila porak poranda, karena hampir 100% kota ini terendam banjir. Puji Tuhan, kerena Tuhan tetap memeliharakan Jessica, walaupun kejadian ini telah membuat Jessica menjadi trauma. Kesaksian terakhir dari Pendeta Hutauruk yang sekaligus mengingatkan kita tentang akhir jaman, dimana bencana alam akan lebih sering terjadi dan akan bertambah dahsyat. Pdt. Hutauruk juga memhimbau untuk mendoakan saudara-saudara kita yang ada di Sumatera Barat dan Sumatera Utara yang diguncang gempa 7,6 dalam Skala Richter. Kita juga mendoakan anak-anak yang ujian pertengahan semester, orang-orang yang sakit seperti Bapak Ferdy, Bapak Munas Tambunan yang dalam taraf penyembuhan, Ibu Lince Pandiangan, Ibu Karamoy, Ompung Simanjuntak, dan yang lainnya. Tidak lupa juga kita doakan KPA-KPA yang sedang berjalan dan orang-orang yang belajar alkitab dan topik-topik doa lainnya. Doa syafaat dilakukan berkelompok, 2-3 orang. Untuk mengakhir kebaktian malam ini, jemaat men menyanyikan lagu ”Oh, Hari Perhentian”. Bapak Ricky Tambunan menutup kebaktian dengan doa.