Hari Jumat 23 Oktober, tepat jam 19:30 Bapak Sontani Purnama membuka acara perbaktian Vesper dengan mengundang jemaat untuk menyanyikan Lagu Sion nomor 145, “Kalau Serta Tuhan”. Doa buka dilayangkan oleh bapak Dharlen Simanjuntak. Sebuah lagu istimewa dinyanyikan oleh keluarga Agustinus Silalahi yang berjudul “My Redeemer”. Bapak Ramlan Sormin membawa renungan Vesper yang berjudul “Berbahagia Adalah Sebuah Pilihan” dengan menceritakan kisah seorang anak yang berasal dari keluarga yang kaya. Satu kali, sang ayah ingin agar anaknya dapat mensyukuri akan segala apa yang mereka miliki, maka dibawa anaknya ke sebuah desa yang cukup jauh dari keramaian kota. Mereka tinggal satu malam disana. Kehidupan di desa sangat berbeda dengan di tempat anak tersebut. Tidak ada televisi, tidak ada Play Station, dan bahkan lampu peneranganpun hanya seadanya, karena terbatasnya listrik yang ada di desa tersebut. Setelah melewati satu malam disana, mereka kembali ke rumahnya. Di rumah, sang ayah bertanya kepada anaknya mengenai keadaan disana. Ayahnya berharap sang anak akan bersyukur dan berbahagia karena keadaan mereka lebih baik dari orang-orang yang tinggal di desa. Namun, jawaban anak ini mengejutkan. “Papa, kita mempunyai satu ekor anjing, namun mereka punya 6 ekor anjing. Kita punya kolam renang yang besar di halaman belakang, namun mereka mempunyai danau yang luasnya tidak terkira di belakang rumah mereka. Kita mempunyai lampu yang terang di rumah, namun halaman rumah mereka diterangi oleh jutaan bintang-bintang di langit. Kita mempunyai taman di depan dan belakang rumah, namun mereka mempunyai ladang yang luas sekali. Terima kasih papa, sudah memberi saya kesempatan menikmati kebahagiaan. Ternyata kita jauh lebih miskin dari mereka!”, ucap si anak dengan gembira. Sang ayah kaget, dan hanya dapat berdiam diri.
“Menjadi bahagia adalah satu pilihan bagi kita. Bila sesuatu infomasi diterima oleh otak kita, maka akan terbentuk sesuatu yang dipercayai. Dari kepercayaan itu akan menimbulkan keinginan. Namun, keinginan ini belum tentu adalah sesuatu yang menjadi tujuan kita. Jadi, jika kita ingin merasakan sesuatu hal yang membuat kita senang, maka kita harus mempercayai hal itu terlebih dahulu.”, kata Bapak Ramlan. “Buat sebagian orang, pare adalah jenis makanan yang pahit dan tidak disukai. Namun bagi orang lain, pare digemari justru karena rasa pahitnya, malah membuat selera makan bertambah bila ada pare di atas piring. Ini terjadi karena perbedaan kepercayaan terhadap makanan yang sama, yaitu pare. Satu orang berpikir dan percaya bahwa pare itu pahit dan tidak enak, sedangkan orang yang lain justru berpikir dan percaya rasa pahit itulah yang membuat pare enak.”, lanjut Bapak Ramlan menerangkan bagaimana proses suka atau tidak suka terbentuk dalam pikiran kita. “Hal yang sama berlaku juga dengan rasa kebahagiaan. Kebahagiaan dapat kita capai dengan mengubah cara kita berpikir dan apa yang kita percayai. Kita akan mendapatkan kebahagian dari hal yang kita alami, bila kita percaya bahwa hal itu dapat membawa sukacita. Kalau kita rasa tidak senang pada satu hal, itu terjadi karena kita percaya bahwa hal itu tidak menyenangkan. Sebagai contoh, kalau terjadi hujan, kita langsung berpikir tentang jalanan macet, banjir dimana-mana. Hujan bisa membuat kita tidak berbahagia, karena kita percaya hujan membuat kesulitan. Kita harus merubah apa yang kita percayai, agar kita dapat mengalami sesuatu yang berbeda, yang membuat kita berbahagia.”, ujar Bapak Ramlan lagi.
“Keinginan yang kita miliki sering merupakan obyek. Namun, terkadang hal ini bukanlah kebahagiaan itu sendiri. Jika seorang pemuda diberikan jas baru, tentunya ia akan berbahagia. Tapi apakah itu kebahagiaan yang dia impikan ? Bila kita teliti lebih lanjut, ada kebahagian lain yang ia miliki. Ia bahagia menerima jas baru, karena mendapatkan pengganti jas lamanya yang usang. Kenapa ia senang dengan pengganti jas lama yang usang ? Karena ia dapat berpenampilan lebih baik. Kenapa dia senang berpenampilan lebih baik ? Karena dengan perpenampilan lebih baik, ia dapat menarik perhatian dari wanita sahabatnya. Kenapa ia ingin mendapatkan perhatian dari wanita sahabatnya ? Karena ia ingin wanita itu menjadi pasangan hidupnya. Jadi kebahagiaan yang pemuda ini ingin dapatkan adalah agar wanita itu menjadi pasangan hidupnya. Tapi sering orang terperangkap untuk mengatakan bahwa dengan mendapat jas baru, ia akan berbahagia. Padahal bukan karena jas baru itu ia berbahagia, namun karena dapat menarik pasangannya itulah ia berbahagia.”, kata Bapak Ramlan memberi contoh satu masalah. “Jadi jika seseorang tidak mendapatkan apa yang diinginkannya dan dia merasa tidak berbahagia, maka ia telah terjebak kepada obyek fisik semata-mata. Dari contoh orang yang mendapatkan jas baru, ia tentunya akan tetap berbahagia, walaupun ia tidak mendapatkan jas baru. Kenapa ? Karena kebahagiaan yang ia cari sesungguhnya bukan pada jas baru, tetapi pada usahanya menarik perhatian pasangannya. Ia tetap dapat mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya, yaitu mendapat pasangan yang dia impikan, dengan cara yang lain.”, jelas Bapak Ramlan lagi. Apa yang kita lihat, belum tentu yang dapat membuat kita bahagia. Mata dapat menipu pikiran kita. Mengutip Lukas 11 : 34, Bapak Ramlan mengingatkan kita untuk menjaga mata kita tetap terang, melihat sesuatu dengan jernih dan benar, agar terang tubuh kita. Dengan mata yang terang melihat kebenaran, kita dapat kebahagiaan selalu dalam hidup kita.
“Kita harus belajar untuk bersyukur. Cobalah belajar untuk melihat apa yang indah sepanjang perjalanan kita setiap hari. Cobalah untuk melihat bunga yang indah, mencium aroma wangi roti yang baru dipanggang, merasakan panas lembut sinar matahari atau mendengarkan kicau burung yang bernyanyi. Cobalah nikmati hal-hal yang sepertinya kecil ini. Sesungguhnya itu adalah berkat yang dapat kita syukuri kepada Tuhan. Nikmatilah hal-hal tersebut, karena suatu saat, jika Tuhan ambil semua itu, kita tidak dapat menikmatinya lagi.”, ucap Bapak Ramlan mengajak kita untuk bersyukur untuk setiap hal yang kita hadapi dan mengecap kebahagiaan. Bila kita mau belajar untuk bersyukur untuk setiap hal kita lihat dan alami, kita telah memilih untuk berbahagia. Saat kita mengalami kesulitan, jangan berfokus pada kesulitan itu. Jangan berfokus pada obyek yang ada di depan mata. Cobalah untuk melihat di luar itu semua, agar kita dapat menemukan yang berharga dan membawa kebahagiaan dari setiap kesulitan.” Mazmur 90:12 mengatakan, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.”. Mengakhiri renungannya Bapak Ramlan mengatakan, “Biarlah kita dapat merasakan berkat Tuhan setiap hari. Kita nikmati kehidupan dan biarlah hati kita terbuka untuk melihat kebahagiaan yang Tuhan berikan.”
Kebaktian Vesper ditutup dengan menyanyikan Lagu Sion nomor 59, “Tuhan Pliharakan”. Doa tutup dilayangkan oleh Bapak Ramlan Sormin. Jemaat berkumpul di halaman Gereja, berpegangan-tangan untuk membentuk lingkaran dan menyanyikan lagu "God Is So Good”. Setelah itu mengucapkan “Selamat Sabat! Selamat Sabat! Selamat Sabat! Tuhan memberkati! Halleluyah! Amin!”.
“Menjadi bahagia adalah satu pilihan bagi kita. Bila sesuatu infomasi diterima oleh otak kita, maka akan terbentuk sesuatu yang dipercayai. Dari kepercayaan itu akan menimbulkan keinginan. Namun, keinginan ini belum tentu adalah sesuatu yang menjadi tujuan kita. Jadi, jika kita ingin merasakan sesuatu hal yang membuat kita senang, maka kita harus mempercayai hal itu terlebih dahulu.”, kata Bapak Ramlan. “Buat sebagian orang, pare adalah jenis makanan yang pahit dan tidak disukai. Namun bagi orang lain, pare digemari justru karena rasa pahitnya, malah membuat selera makan bertambah bila ada pare di atas piring. Ini terjadi karena perbedaan kepercayaan terhadap makanan yang sama, yaitu pare. Satu orang berpikir dan percaya bahwa pare itu pahit dan tidak enak, sedangkan orang yang lain justru berpikir dan percaya rasa pahit itulah yang membuat pare enak.”, lanjut Bapak Ramlan menerangkan bagaimana proses suka atau tidak suka terbentuk dalam pikiran kita. “Hal yang sama berlaku juga dengan rasa kebahagiaan. Kebahagiaan dapat kita capai dengan mengubah cara kita berpikir dan apa yang kita percayai. Kita akan mendapatkan kebahagian dari hal yang kita alami, bila kita percaya bahwa hal itu dapat membawa sukacita. Kalau kita rasa tidak senang pada satu hal, itu terjadi karena kita percaya bahwa hal itu tidak menyenangkan. Sebagai contoh, kalau terjadi hujan, kita langsung berpikir tentang jalanan macet, banjir dimana-mana. Hujan bisa membuat kita tidak berbahagia, karena kita percaya hujan membuat kesulitan. Kita harus merubah apa yang kita percayai, agar kita dapat mengalami sesuatu yang berbeda, yang membuat kita berbahagia.”, ujar Bapak Ramlan lagi.
“Keinginan yang kita miliki sering merupakan obyek. Namun, terkadang hal ini bukanlah kebahagiaan itu sendiri. Jika seorang pemuda diberikan jas baru, tentunya ia akan berbahagia. Tapi apakah itu kebahagiaan yang dia impikan ? Bila kita teliti lebih lanjut, ada kebahagian lain yang ia miliki. Ia bahagia menerima jas baru, karena mendapatkan pengganti jas lamanya yang usang. Kenapa ia senang dengan pengganti jas lama yang usang ? Karena ia dapat berpenampilan lebih baik. Kenapa dia senang berpenampilan lebih baik ? Karena dengan perpenampilan lebih baik, ia dapat menarik perhatian dari wanita sahabatnya. Kenapa ia ingin mendapatkan perhatian dari wanita sahabatnya ? Karena ia ingin wanita itu menjadi pasangan hidupnya. Jadi kebahagiaan yang pemuda ini ingin dapatkan adalah agar wanita itu menjadi pasangan hidupnya. Tapi sering orang terperangkap untuk mengatakan bahwa dengan mendapat jas baru, ia akan berbahagia. Padahal bukan karena jas baru itu ia berbahagia, namun karena dapat menarik pasangannya itulah ia berbahagia.”, kata Bapak Ramlan memberi contoh satu masalah. “Jadi jika seseorang tidak mendapatkan apa yang diinginkannya dan dia merasa tidak berbahagia, maka ia telah terjebak kepada obyek fisik semata-mata. Dari contoh orang yang mendapatkan jas baru, ia tentunya akan tetap berbahagia, walaupun ia tidak mendapatkan jas baru. Kenapa ? Karena kebahagiaan yang ia cari sesungguhnya bukan pada jas baru, tetapi pada usahanya menarik perhatian pasangannya. Ia tetap dapat mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya, yaitu mendapat pasangan yang dia impikan, dengan cara yang lain.”, jelas Bapak Ramlan lagi. Apa yang kita lihat, belum tentu yang dapat membuat kita bahagia. Mata dapat menipu pikiran kita. Mengutip Lukas 11 : 34, Bapak Ramlan mengingatkan kita untuk menjaga mata kita tetap terang, melihat sesuatu dengan jernih dan benar, agar terang tubuh kita. Dengan mata yang terang melihat kebenaran, kita dapat kebahagiaan selalu dalam hidup kita.
“Kita harus belajar untuk bersyukur. Cobalah belajar untuk melihat apa yang indah sepanjang perjalanan kita setiap hari. Cobalah untuk melihat bunga yang indah, mencium aroma wangi roti yang baru dipanggang, merasakan panas lembut sinar matahari atau mendengarkan kicau burung yang bernyanyi. Cobalah nikmati hal-hal yang sepertinya kecil ini. Sesungguhnya itu adalah berkat yang dapat kita syukuri kepada Tuhan. Nikmatilah hal-hal tersebut, karena suatu saat, jika Tuhan ambil semua itu, kita tidak dapat menikmatinya lagi.”, ucap Bapak Ramlan mengajak kita untuk bersyukur untuk setiap hal yang kita hadapi dan mengecap kebahagiaan. Bila kita mau belajar untuk bersyukur untuk setiap hal kita lihat dan alami, kita telah memilih untuk berbahagia. Saat kita mengalami kesulitan, jangan berfokus pada kesulitan itu. Jangan berfokus pada obyek yang ada di depan mata. Cobalah untuk melihat di luar itu semua, agar kita dapat menemukan yang berharga dan membawa kebahagiaan dari setiap kesulitan.” Mazmur 90:12 mengatakan, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.”. Mengakhiri renungannya Bapak Ramlan mengatakan, “Biarlah kita dapat merasakan berkat Tuhan setiap hari. Kita nikmati kehidupan dan biarlah hati kita terbuka untuk melihat kebahagiaan yang Tuhan berikan.”
Kebaktian Vesper ditutup dengan menyanyikan Lagu Sion nomor 59, “Tuhan Pliharakan”. Doa tutup dilayangkan oleh Bapak Ramlan Sormin. Jemaat berkumpul di halaman Gereja, berpegangan-tangan untuk membentuk lingkaran dan menyanyikan lagu "God Is So Good”. Setelah itu mengucapkan “Selamat Sabat! Selamat Sabat! Selamat Sabat! Tuhan memberkati! Halleluyah! Amin!”.