Thursday, October 15, 2009

Jangan Padamkan Perapian Rumah Anda !

Jam sudah lewat dari pukul 16:30 sore ketika Pendeta R.S. Situmeang melanjutkan seminar rumah tangga seri yang ketiga pada hari Sabat 26 September 2009, di gereja Kemang Pratama. Walau telah memasuki usia pensiun dari pelayanan di ladang Tuhan dua tahun lalu, Pendeta Situmeang masih terlihat bersemangat dan suara yang tetap prima dalam menyampaikan lanjutan seminar yang kali ini berjudul “Jangan Padamkan Perapian Rumah Anda”. Anggota jemaat yang hadir pun dibuat tetap bersemangat untuk mengikuti seminar ini. “Pernikahan bahagia adalah hasil kerja keras pasangan suami-istri dan hasil dari prinsip-prinsip Tuhan yang berada di pusat hubungan suami-istri. Tiap pasangan suami istri harus tetap menjaga agar api cintanya tetap berpijar.”, kata Pendeta Situmeang di awal seminar ini. “Ishak bertemu dengan Ribka istrinya saat usianya 40 tahun. Pada masa itu orang-orang menikah pada usia muda, tetapi dia harus mencapai usia 40 tahun untuk menemukan istrinya oleh karena dia mentaati prinsip-prinsip agamanya apapun resikonya. Saat itu Ishak tinggal di tengah-tengah orang yang tidak seiman dengannya, tidak mungkin dia mendapatkan istri di lingkungannya. Hingga akhirnya ayahnya Abraham menyuruh seorang hambanya untuk mencarikan seorang wanita yang seiman untuk menjadi istri Ishak.”, ujar Pendeta Situmeang menggambarkan Ishak yang tetap memegang prinsip yang Tuhan tetapkan.

Ada 3 tahapan yang biasa dilalui oleh suami-istri dalam setiap pernikahan, yaitu:

1. Tahap "Bulan madu (honey moon)"

Pada tahap ini semua terasa indah, segalanya terlihat sempurna. Bahkan mereka seperti buta, tidak melihat kekurangan yang ada pada pasangannya. Mereka selalu ingin bersama dan selalu bergandengan tangan.

2. Tahap "Usai pesta (the party is over)"

Pada tahap ini, suami istri sudah saling mengenal satu dengan yang lain. Realitas mulai menunjukkan warna aslinya dan keduanya mulai melihat sisi kemanusiawian keduanya. Mereka masing-masing mulai saling bertanya dalam hatinya, apakah pasangannya adalah orang yang tepat baginya? Sebuah penyelidikan menyatakan bahwa pria di usia 40-50 tahun adalah tahapan yang sangat berbahaya. Di sebut sebagai foggy area/daerah berkabut. Di usia seperti ini disebut sangat berbahaya, oleh karena banyak pria yang jatuh pada usia seperti ini.

Beberapa alasan yang menjadi sumber kejatuhan pria:

a. Seorang pria sedang mencapai jenjang karir yang lebih mantap.

b. Keinginan untuk membeli dan menikmati segala hal yang diinginkannya. Dan itu semua dapat terlaksana.

c. Dapat memiliki hidup sesuai keinginannya dengan uang dan karir yang dimilikinya.

d. Istri di usia seperti ini, kulitnya mulai mengkerut atas pengaruh umur yang bertambah.
Istri harus waspada, sebab suami dapat jatuh dalam tahapan yang berbahaya ini. Nasehat yang baik untuk para istri adalah untuk selalu menjaga penampilan dirinya, tetap rapih, bersih dan menarik.

Seorang pengusaha terkenal, Henry Ford, tengah merayakan usia pernikahannya yang ke-50 tahun, ketika seorang wartawan bertanya kepadanya, “Apa rahasia sukses pernikahan anda?”. Henry Ford memberikan jawaban yang sederhana, “Just stick to one model ! Tetap setialah pada satu model !”. "Dapatkah anda tidur dengan nyaman, sementara terus menerus mendengarkan bunyi tercurahnya air hujan di atas seng rumah anda? Demikianlah gambaran seorang istri yang cerewet. Pernikahan yang tidak bahagia tidak selamanya disebabkan oleh istri yang cerewet. Seorang suami yang terlalu sibuk mengejar karir sehingga berkurang waktunya untuk bisa berbincang-bincang dengan istrinya bisa juga membuat sebuah pernikahan menjadi tidak bahagia.", jelas Pendeta Situmeang tentang penyebab awal keretakan dalam rumah tangga.

Hal-hal yang bisa timbul sebagai reaksi setelah menyadari mereka telah memasuki tahap usai pesta adalah:

a. Pasrah dan bermuram durja. Pura-pura bahagia, tetapi sebenarnya keduanya sedang merana. Tetap tinggal serumah demi anak-anak atau demi menghindari perceraian

b. Memutuskan untuk bercerai. Pasangan menjadi kecewa terhadap satu sama lain, lalu memutuskan untuk bubar saja

c. Memutuskan untuk tetap hidup bersama dan berusahan melakukan apa saja yang dapat membuat pernikahannya menjadi bahagia.

3. Tahap "Yang paling baik masih akan datang (the best is yet to come)"

Nasehat Tuhan dalam Filipi 2:3 menyebutkan,” Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.” Keegoisan adalah faktor utama yang dapat menggagalkan rumah tangga. Ketidak- taatan Adam dan Hawa mengakibatkan terkutuknya seluruh rumpun manusia. Nasehat bagi kita adalah, “Usahakan agar anda berdua tetap berada di halaman yang sama”. Semua kelemahan, kekurangan dan keanehan sering terjadi, tetapi kata-kata yang bijak biarlah tetap menjadi pilihan yang pertama dalam mengungkapkan setiap perasaan kepada pasangan kita.

Hal-hal yang bisa kita lakukan untuk mencapai tahapan pernikahan yang baik diantaranya:

1. Perhatikan hubungan anda dengan pasangan hidupmu.

Suami istri sebaiknya tetap mengadakan janji kencan seperti waktu berpacaran. Sediakan waktu untuk melakukan suatu perjalanan atau buat suasana dimana anda dapat berduaan saja.

2. Aktifkan kemauan anda untuk melakukan hal-hal di masa lalu yang romantis.

Bayangkan kehidupan anda seumpama kereta api. KEMAUAN adalah lokomotifnya, EMOSI perasaan adalah gerbongnya. Begitu lokomotif mulai meluncur di jalan maka gerbong akan mengikutinya. Bila kita memiliki kemauan untuk mengulang saat romantis di masa lalu, maka semua bisa terlaksana.

3. Tetaplah pada jalur yang benar.

Ada kasih asmara dan kasih persahabatan. Pernikahan yang sukses bukan hanya karena jatuh cinta saja, tetapi jadikan pasangan sebagai sahabat yang paling dekat. Kasih agape dalam pernikahan akan membuat seorang bertahan dalam kasih persahabatan. “Asmara dapat menyemarakkan pernikahan dan persahabatan menghangatkan hubungan suami istri. Kedua hal ini cenderung pasang-surut dan naik-turun. Tetapi kasih agape tetap konstan dan mengokohkan pernikahan. Kasih agape dapat menyingkirkan sifat egosentris dan memulihkan dari gejala babitis (sifat egois yang mementingkan diri sendiri, seperti sifat pada binatang babi)”, kata Pendeta Situmeang menjelaskan pentingnya penerapan kasih agape dalam hubungan suami istri.

Perhatikan tahap kehidupan pernikahan anda! Supaya pernikahan tidak terancam beku, suami dan istri harus bekerja sama. Terapkan prinsip Tuhan dalam pernikahan kita, maka kita akan menikmati hubungan pernikahan dengan cinta yang semakin membara. Dua individu yang berbeda berbagi menjadi satu, sudah pasti dapat menimbulkan benturan dan ketegangan. Tetapi bersama dengan Yesus, kita pasti mampu melewatinya dengan baik. Penyesuaian amat penting. Perbedaan selalu ada, tetapi usahakan melakukan penyesuaian untuk mendapatkan sukacita. Kembali sesi tanya-jawab dibuka dan pertanyaan pertama datang dari Bapak David Tampubolon. “Apakah Salomo bisa mengungkapkan kata-kata puitis oleh karena dia punya istri yang banyak, sehingga dia selalu melihat seorang istri yang muda dan menarik?”, tanya Bapak David yang diikuti senyum dari yang hadir. “Mungkin saja hal itu benar. Tetapi kata-kata manis yang bisa menyenangkan pasangan kita memang harus diungkapkan, sehingga menambah suasana yang menyenangkan bagi pasangan kita. Jika suasana hati senang, tentu saja pasangan kita juga akan melakukan hal-hal yang akan menyenangkan bagi kita juga”, jawab Pendeta Situmeang.

Giliran Bapak Agustinus Silalahi mengajukan pertanyaan. “Bila pasangan kita melakukan perbuatan zinah, maka kita bisa menuntut cerai. Tetapi bila yang berzinah sudah bertobat dengan sungguh-sungguh, tetapi pasangannya tetap tidak mau mengampuninya, apa yang bisa dilakukan gereja terhadap pasangan yang demikian?”, tanya Bapak Agustinus. “Gereja punya prinsip bila seorang telah berzinah, maka ada wewenang untuk berpisah. Tetapi gereja juga punya kebijakan bila hal itu dapat diselesaikan dengan baik, maka perceraian tidak harus dilakukan. Alangkah baiknya bila sebuah pernikahan yang sudah tercemar bisa dipulihkan kembali.”, jelas Pendeta Situmeang kepada semua yang hadir. Pertanyaan-pertanyaan lain juga ditanyakan oleh Bapak Rizal Maringka, Ibu Meiske Tampubolon dan beberapa anggota lainnya. Tidak terasa, jam sudah menunjukkan lewat dari pukul 18.00, saatnya untuk menutup seminar rumah tangga yang menarik ini. Renungan tutup sabat disampaikan oleh Pendeta R.Y. Hutauruk yang kembali mengingatkan kita untuk tetap menjaga kesucian pernikahan dan menjaga sikap kita sebagai istri yang tunduk kepada suami dan sebagai suami yang mengasihi istri. Suami-istri juga agar mendidik anak-anak mengenal Tuhan dan anak-anak agar mentaati orangtua. Doa tutup dilayangkan oleh Pendeta R.S. Situmeang, yang saat ini masih melayani di gereja Highland California USA. Puji Tuhan untuk pelajaran-pelajaran yang baik dari Pendeta R.S. Situmeang di sepanjang Sabat ini !