Tuesday, October 13, 2009

Tuhan Yang Terutama

Matius 6:33 “Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka segala sesuatunya akan ditambahkan kepadamu”




Hari sudah mulai sore, jam sudah menunjukkan pukul 17:00. Telepon genggam saya saya berdering dan saya melihat di layar yang muncul adalah nomor telpon rumah. “Hallo…!”, terdengar suara istri saya. “Papi sudah dimana? Sudah mau pulang? Sudah sore loh…”, katanya mengingatkan. “Sebentar lagi saya pulang ya ma.”, jawab saya dengan tenang. Tidak berapa lama berselang, atasan saya yang duduk di sebelah memanggil saya. Dia menanyakan sekilas budget yang harus dia siapkan untuk dia laporkan ke kantor pusat kami. Saya menjelaskan secara singkat dan sepertinya dia sudah mengerti penjelasan saya. Pada saat kami berdiskusi, direktur tempat saya bekerja datang dan menanyakan status budget itu. Akhirnya kami bertiga pun duduk bersama dan kembali membahas angka yang sudah sebenarnya sudah final dan siap dikirim. Tetapi perubahan di sana-sini menyebabkan kami harus merombak lagi susunan budget tersebut. Kembali telepon saya berdering. Kali ini ketika saya lihat jam sudah hampir jam 18:00 sore dan nomor telepon rumah muncul di layar. “Sebentar lagi saya pulang ya ma…”, kata saya cepat. “Loh..., masih di kantor?”, tanya istri saya terkejut. ”Iya ma...”, jawab saya seraya berbisik. Jam terus berputar. Sekitar pukul 20:30 malam handphone saya berbunyi dan nomor telpon rumah kembali muncul. Kali ini saya tidak angkat teleponnya. Sekitar pukul 10:30 malam, telepon genggam berbunyi dan kali ini saya angkat. ”Papi sudah dimana?”, suara istri saya terdengar khawatir. ”Saya masih di kantor ma..., sekitar 30 menit lagi saya akan pulang ya.”, kata saya mencoba menghibur. Istri saya hanya terdiam. Malam demi malam sering berlalu seperti ini, saya masih terus bergelut di kantor. Malam saya pulang larut, sehingga saya tidak bisa lagi memimpin keluarga saya untuk kebaktian renungan malam. Pagi pun bangun sudah berat rasanya mata ini, tetapi harus cepat-cepat ke kantor dan berangkat. Renungan pagi bersama keluarga pun sudah hampir telupakan.

Satu hari, saya sedang duduk bersama di rumah dengan istri saya. “Papi..., sudah sering kali kita tidak pernah berbakti bersama dengan anak kita. Bagaimana anak kita akan mengenal Tuhan...?”, tanya istri saya pelan. Saat itu kami memiliki satu orang anak dan terus terang saya bingung mau jawab apa. “Ya..., bagaimana ya ma?”, jawab saya tidak jelas. “Apakah papi mau kalau kita dan anak-anak kita makan dari penghasilan yang kita peroleh, tapi kita tidak pernah berdoa bersama kepada Tuhan untuk mengucap syukur?”, tanyanya lagi. Kali ini pertanyaan terdengar cukup keras dan sepertinya ada bom yang meledak persis di samping kuping saya. Saya kehilangan alasan untuk menjawab. ”Kalau tidak saya lakukan itu, kita nanti mau makan apa ma? Sudahlah, kita tidak usah membahas ini lagi.”, seru saya berusaha menutup pembicaraan. Waktu berselang, saya mencari nasihat dari beberapa teman. Ternyata tidak seorang pun dari mereka yang pernah melakukan hal itu. Saya berharap saya bisa menemukan jalan keluar. Satu kali saya mendapat kesempatan untuk interview. Saya berharap ini menjadi jalan untuk saya keluar dari permasalahan ini. ”Nanti aku ada interview, mami ada pesan-pesan khusus untuk saya ?”, tanya saya dengan senyum. ”Tolong pastikan supaya di tempat ini papi bisa untuk tidak lagi pulang larut malam dan pergi kerja pagi-pagi sekali, supaya kita bisa berbakti bersama-sama di dalam keluarga.”, jawab istri saya dengan tenang. ”Iya, nanti saya akan pastikan itu. Ada lagi yang lain?”, tanya saya masih mengharapkan jawaban lain, mungkin gaji, fasilitas atau apa saja yang mungkin dia akan sebutkan. ”Yang lain itu tidak penting, yang penting papi bisa berbakti bersama dalam rumah kita.”, katanya mantap sambil tersenyum lebar.. ”Oke, tolong doakan ya.”, kata saya sebelum pergi. Sekarang saya sudah bekerja di tempat yang baru dan puji Tuhan kami bisa memelihara hari sabat dengan baik.

Ayat renungan pagi ini mengingat agar kita mencari Tuhan dan berbakti kepadaNya setiap hari, maka yang lain akan ditambahkan kepada kita. Kita terkadang terbentur dengan masalah antara pekerjaan dan perbaktian keluarga. Kita tidak bisa menemukan waktu yang cukup dan tenang untuk bersama-sama keluarga menghampiri Tuhan, untuk berbakti kepadaNya, mendengarkan Tuhan berbicara kepada keluarga kita. Sesungguhnya, di saat seperti itu kita justru akan merasakan tekanan yang sangat kepada diri kita. Kita dikejar untuk pergi pagi dan pulang larut malam. Komunikasi dengan keluarga menjadi lebih sedikit, bahkan terkadang hampir tidak ada sama sekali. Hal ini hanya akan membawa kekecewaan kepada kita, terlebih kepada keluarga kita. Tuhan mengajak kita untuk mendahulukan Dia lebih dari segala sesuatu. Kita diminta untuk menghampiri Dia setiap pagi, sebelum kita memulai aktifitas kita. Dan datang kepadaNya di malam hari, sebelum kita beristirahat. Mari kita mendahulukan Tuhan, maka kita akan menerima berkat-berkat kedamaian, sukacita, dan kebahagiaan dalam rumah tangga kita senantiasa.

Have a good day !

Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda dengan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.