Usia saya masih 11 tahun ketika kami di keluarga sepakat untuk merelakan papa pergi untuk bekerja di satu tempat yang jauh sekali. Paling tidak lima tahun pertama kami pasti tidak akan hidup bersama-sama. Saya hanya tinggal bersama mama di rumah. Di usia seperti itu sebagai remaja pria bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilalui. Hati saya sedih sekali…, sejujurnya saya tidak siap menghadapi kenyataan ini. Terus menerus papa berbincang dengan saya, memberi nasehat dan kekuatan. “Papa akan pergi jauh, kamu selalu menurut sama mama ya… Kita saling mendoakan agar semua sehat dan baik-baik sampai kita berjumpa lagi…”, katanya dengan suara parau menahan sedih. “Tapi pa…, aku kan masih kecil. Bagaimana mungkin aku hanya hidup berdua mama?”, suara saya mulai bergetar. “Kamu pasti bisa menghadapi semua ini. Papa akan selalu menemani kamu dari jauh. Kamu ingat, semua ini demi kebaikan keluarga kita. Papa akan segera pulang dan kita bisa kembali berkumpul bersama-sama ya…”, katanya sambil memeluk dengan erat saya yang tidak kuasa menahan tangis ketika itu. “Tapi…, papa tetap sayang sama saya dan mama kan?”, tanya saya dengan terbata-bata. “Tentu saja sayang…., kasih sayang papa untuk mama dan kamu tidak akan pernah berkurang sedikitpun!”, jawab papa mantap dengan senyum lembut. “Makanya kita harus rajin berdoa, saling mendoakan satu dengan yang lain…., lima tahun tidaklah lama. Sementara papa tidak ada, kamu yang menggantikan papa untuk menjaga mama. Kamu harus rajin menolong mama yaa…”, bisik papa lembut di telinga saya.
Hari-hari di tahun pertama yang kami lalui terasa berat. Tetapi akhirnya semua menjadi biasa. Sampai akhirnya bukan hanya lima tahun kami hidup terpisah, melainkan sampai 13 tahun ! Ketika kehidupan terasa begitu berat, karena saya merindukan sosok seorang ayah, sekuat hati dan pikiran saya coba untuk mengingat pesan papa. Terkadang seakan terngiang di telinga semua pesan papa, sehingga semangat saya kembali bangkit. Saya ingin buktikan kepada papa bahwa saya mampu melalui semua ini dan mampu untuk melakukan apa yang sudah dipesankan papa. Tiga belas tahun setelah itu, papa pulang kembali ke rumah. Pelukan hangat dan bisikan lembut papa terdengar di telinga saya. “Terimakasih sayang, karena kamu sudah menjadi anak papa yang terbaik. Kamu sudah menurut dan menjaga mama seperti yang papa harapkan”.
Ayat renungan kita pagi ini mengatakan bahwa walaupun kita kecil dan hina, sepatutnya kita tetap memelihara apa yang Tuhan perintahkan kepada kita. Ketika Allah meninggalkan dunia yang berdosa ini, Dia menjanjikan kepada kita semua bahwa Dia akan kembali datang dan tinggal kembali bersama kita. Janji Allah adalah pasti, asalkan kita mengasihi Dia, menurut dan memelihara apa yang telah dipesankanNya kepada kita. Mungkin kita merasa kita hanyalah makhluk Tuhan yang kecil dan hina. Terkadang timbul keraguan atas kemampuan kita untuk terus setia menurut dan menjalankan apa yang Tuhan telah perintahkan. Pagi ini kita diajak untuk tidak melupakan titah-titah Tuhan kepada kita. Kita akan menjadi umat Tuhan yang besar yang dapat berhasil melalui berbagai tantangan hidup yang ada di hadapan kita. Dan jika saatnya tiba, kerinduan kita akan terwujud. Kita akan hidup bersama kembali dengan Tuhan, di tempat yang telah sediakan bagi kita semua.
Let us stay faithful, Jesus is coming soon !
Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda dengan tombol "Tell A Friend" di bawah ini