Seperti biasanya hampir setiap dua atau tiga hari sekali saya pasti berdiskusi dengan atasan saya di kantor. Hari itu suasana hati beliau terlihat lumayan baik, sehingga kami bisa berdiskusi dengan santai tentang perbaikan sistem yang sedang kami lakukan. “Kelihatannya budget sudah lumayan melenceng jauh dari perkiraaan awal tahun ini!”, katanya, “Memang ini resiko dari melakukan perubahan pak, karena budget kita sudah terlanjur disetujui sebelum kita adakan perubahan ini.”, jawab saya mengingatkan. “Oke, kalau begitu kita tetap laksanakan proyek ini. Nanti kita minta kantor regional yang menutupi kekurangan budget kita!”, katanya dengan yakin, “Tapi pak…, apakah cara itu bisa mereka terima?”, tanya saya ragu, “Apa boleh buat. Yang menginginkan perubahan ini kan kantor pusat. Mereka harus tahu akibat dari suatu perubahan…”, jawabnya pasti. “Bagaimana jika mereka menolak pak?”, tanya saya lagi, karena masih belum yakin hal itu disetujui. “Lebih baik mencoba daripada tidak. Di perusahaan ini kita tidak akan pernah mendapat jika kita tidak meminta. Toh kenyataannya memang mereka yang merubah segalanya. Kalau mereka keberatan, berarti kita tunda saja perubahan sistem ini. Kita jalan dengan budget yang ada tanpa perubahan sistem!”, katanya mantap.
Bersama-sama kami membuat proposal dengan budget yang baru. Tidak terlalu lama untuk menunggu jawaban dari kantor pusat. “Kami menyetujui selisih dari budget untuk proyek ini, tetapi ada satu syarat yang harus dilakukan. Kalian harus menjadi negara pertama yang mengimplementasikan sistem ini. Untuk itu, kalian punya waktu waktu 6 bulan untuk menerapkan sistem baru ini !”, demikian isi email yang kami terima siang itu. “Permintaan kita akhirnya disetujui ya pak ! Tapi, bagaimana ini ? Hanya diberi waktu 6 bulan ? ”, tanya saya senang tapi ragu. “Yah…, apa boleh buat. Tidak ada pilihan lain. Kita lakukan yang terbaik saja. Mungkin nanti saya akan meminta tenaga bantuan dari kantor pusat agar kita bisa melaksanakan segalanya dengan mulus!”, jawabnya sambil tersenyum. Kita menerima syarat yang diminta, agar bisa memperoleh apa yang kita minta. Pada akhirnya, proyek dan perubahan sistem tersebut bisa kami laksanakan dengan baik.
Ayat renungan pagi ini mengatakan bahwa Tuhan akan memberikan, bila kita meminta dengan penuh percaya. Meminta dengan percaya adalah syarat untuk menerima dari Tuhan. Di dalam hidup ini kita harus memenuhi persyaratan tertentu untuk bisa memiliki sesuatu. Persyaratan waktu juga harus dipenuhi, agar apa yang kita minta bisa diperoleh. Untuk bekerja di posisi tertentu, diperlukan pengalaman sekian tahun. Untuk bisa menerima bonus tahunan, harus bisa mencapai target penjualan dalam waktu 12 bulan di tahun ini. Sering kita merasa berat dengan semua persyaratan karena kita merasa tidak sanggup untuk melakukannya. Namun kita tidak memiliki pilihan selain menerima syarat itu atau tidak memperoleh sama sekali. Kita bersyukur karena kita memiliki Allah yang yang penuh kasih. Dia tidak pernah memberi batasan waktu untuk kita, saat kita datang meminta padaNya. Tuhan hanya meminta agar kita penuh percaya dan tekun dalam meminta, maka kita akan menerima dari Tuhan. Allah setia mendengar keluhan dan keinginan hati tanpa persyaratan yang lain. Marilah kita percaya saat datang meminta kepada Tuhan, agar kita dapat menyaksikan keajaiban Tuhan yang berlaku bagi kita.
Pray earnestly and receive bountifully !
Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda.