Filipi 4:6 “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”
Di suatu senja, terdengar teriakan yang memanggil-manggil nama anak kami sambil berteriak: ”Ada kebakaran !! Ada kebakaran!! ”. Kami berlarian keluar rumah. Melihat api yang mengepul di rumah tetangga sebelah kami, aku seketika menjadi panik. Secara otomatis otakku langsung bekerja, ”Aku harus menyelamatkan barang-barang berharga”. Aku berlari masuk ke dalam rumah, lalu segera menyelamatkan apa saja yang bisa diselamatkan. Turun naik loteng, ke kamar anak-anak, menebarkan seprei, memindahkan buku-buku dan seragam sekolah mereka. Pikirku, anak-anak tidak boleh terganggu sekolahnya kalaupun rumah kami sampai terbakar. Beberapa teman yang dekat rumah ku telepon. Ketika aku masih berlari turun naik loteng, mataku tertuju kepada anak lelaki kecilku yang berdiri di bawah tangga. Wajahnya sedikit tegang, mungkin melihat mamanya yang sudah hampir kehabisan nafas. Lalu kudengar ia berkata; “ Mama, kita berdoa aja, minta tolong Tuhan matikan api”. Astaga! Berdoa ya berdoa, mengapa bukan itu yang pertama kulakukan? Akupun segera mengumpulkan seluruh anggota keluarga dan kami berdoa memohon pertolongan Tuhan. Kalaupun si jago merah sampai melalap rumah kami, kami percaya bahwa Tuhan sudah menyertai ke tiga pemuda Ibrani dari dapur api yang menyala-nyala, dan Dia akan menyertai kami juga.
Kadang-kadang ada peristiwa yang terjadi dalam hidup ini yang datangnya bagaikan amaran kebakaran di atas. Peristiwa yang bisa saja membuat jantung kita berdetak lebih cepat, yang membuat kita panik dan takut oleh melintasnya berbagai keadaan yang lebih buruk yang mungkin terjadi. Bila hal ini terjadi, berapa banyak dari kita yang langsung berdoa?. Berapa banyak juga dari kita yang berperilaku seperti peserta quiz “Who Wants To Be A Millionaire” yang akan menggunakan alat bantu yang disediakan, hanya apabila sudah tidak mampu menjawab sendiri soal yang diberikan. Ataukah seperti pemain akrobat tanpa jaring pengaman. Doa, sebenarnya dimaksudkan oleh Tuhan untuk digunakan sebagai alat perlindungan kita yang pertama, tetapi banyak dari kita justru menggunakannya sebagai sumber pertolongan terakhir.
Ayat renungan kita hari ini mengingatkan kepada kita untuk jangan kuatir, melainkan menyerahkan segala keinginan kita dalam doa dan ucapan syukur. Orang yang paling kuat adalah orang yang berdoa. Mari kita rajin berdoa, jadikan doa sebagai nafas hidup. Bila doa adalah nafas hidup, apakah kita hanya akan bernafas pada waktu susah atau juga pada waktu senang? Tentu saja keduanya.
Keep on praying !
Gunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini untuk membagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda.