Monday, February 09, 2009

Serahkan Pada Yesus

Mazmur 37:5 Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak”


Dulu saya paling takut dengan air. Sungguh! Tapi bukan berarti saya tidak pernah mandi. Maksud saya, saya paling takut jika berada di tengah-tengah air yang luas, seperti kolam renang atau laut. Pasalnya, ini mungkin adalah trauma masa kecil dulu. Cerita ini terjadi ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat itu, banyak kawan saya mengajak berenang. Entah di kolam renang, ataupun di pantai. “Berenang yuk…!!”. “Masa sih kamu nggak bisa berenang..?”, teriak teman-teman saya. Mendengar teriakan mereka, saya pun tak kuasa mendengar bujukan itu karena saya memang ingin sekali bisa berenang Akhirnya satu hari saya beranikan diri untuk meminta ijin kepada orang tua. Dengan memasang wajah yang memelas, saya memohon: “Mam, saya mau ikut berenang sama teman-teman.” Singkat cerita, setelah mendapat banyak nasihat, ijinpun dikeluarkan. Ah, alangkah senangnya. Bahkan membayangkan saya berenang saja sudah senang. Karena belum pernah berenang, saya sangat senang mendapatkan kesempatan itu. Persiapanpun dilakukan. Baju renang, lengkap dengan kacamatanya.

Tiba di kolam renang, setelah berganti pakaian renang, kawan-kawan langsung berhamburan menuju kolam. “Eh.., kita balapan yuk. Siapa yang paling cepat sampai diseberang akan ditraktir makan!”, salah seorang kawan saya berteriak sambil berlari ke arah kolam. “Ayo..!!!”, sambut yang lain. Maka merekapun berlarian menuju kolam renang tersebut. Mendengar komando tersebut, sayapun ikut berlari dan…. byuur!! saya ikut terjun ke kolam renang tersebut. Tapi, ooops, saya baru tahu, ternyata saya tidak bisa berenang! “Gluk… gluk … gluk…”, entah berapa tegukan air yang saya minum. Kolam yang saya lihat hanya sedalam dada kawan saya ternyata mempunyai kedalam 3 meter ! Kawan saya mengira saya sedang bergaya, sehingga mereka hanya tertawa-tawa saja. Untungnya ada salah seorang kawan saya yang tanggap, lalu mendekati saya dan mencoba menarik saya ke tepi kolam. Namun, karena saya dalam keadaan yang ketakutan dan panik, maka tangan dan kaki saya terus saja bergerak-gerak tanpa terkendali. Dan ini sangat menyulitkan bagi dia untuk menolong saya. “Diam! Jangan bergerak ! Diam! Diam!”, lamat-lamat saya mendengar dia berteriak. Saya coba untuk diam dan dia mulai memegang leher saya untuk ditarik perlahan-lahan ke tepi kolam. “Tenang, saya sedang menarik kamu.”, kata kawan saya. Makin tenang saya, makin mudah dia menarik saya. Akhirnya saya pasrah ditarik olehnya hingga sampai di tepi kolam. Puji Tuhan. Dari pengalaman ini, saya dapat mendapatkan satu pelajaran penting. Saya tidak akan dapat ditolong, bila saya terus-menerus meronta-ronta. Makin tenang saya, maka si penolong akan lebih mudah untuk menolong saya. Dalam proses ini dibutuhkan kepasrahan.

Ayat kita pagi ini mengajak kita untuk percaya kepada Tuhan. Di dalam hidup kita, banyak gelombang kehidupan yang menghempas kita. Kita terombang-ambing oleh ganasnya dosa. Namun Allah mau menolong kita. Dia mau pegang kita. Dia mau tarik kita dari golombang itu, namun terkadang kita tetap meronta-ronta. Kita tetap mengandalkan kemampuan kita sendiri, sehingga Allah sulit menolong kita. Maukah kita ditolong oleh Allah? Bilamana kita mau Allah menolong kita, serahkanlah segalanya kepada Allah. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan biarkanlah Allah bekerja dengan caraNya sendiri. Dengan demikian, kita akan dapat merasakan bagaimana Allah bertindak untuk menolong kita.

God bless us today !

Gunakan tombol 'Tell A Friend' untuk membagikan Roti Pagi kepada sahabat anda pagi ini.