Lukas 6:42 “Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
“Bawa terus…!! Terusss…!! Tembaaakk…!! Aaahh.., masak begitu saja nggak bisa.. !?!”, teriak kawan saya saat kami menonton pertandingan sepak bola. Dilain pertandingan dia berkomentar lagi, “Wah payah...!! Masak sudah ada di depan kiper nggak bisa nge-gol-in juga..?!”, atau “Kalau saya jadi pelatihnya, saya keluarin striker itu !! Masak jadi striker nggak kuat lari…!??”. Ada-ada saja komentar dari teman saya ini. Saya katakan padanya,“Memang penonton umumnya lebih pintar dari pemain. Coba, kalau kamu yang main, mungkin kamu juga nggak bisa apa-apa”. Tidak mau ketahuan salahnya, teman saya membalas,“Tugas saya memang untuk mengomentari pemain-pemain ini. Walaupun nggak bisa main bola, tapi saya kan tahu mana pemain yang bagus dan mana yang tidak. Sama seperti sambal. Saya tidak bisa bikin sambal, tapi saya tahu sambal yang enak dan yang tidak enak !”.
Dalam hidup ini terkadang kita mudah untuk mengomentari sesuatu. Kita merasa lebih mengetahui situasi atau permasalahan yang ada. Terkadang karena kita merasa lebih pintar dan lebih menguasai setiap masalah kita menjadi tergoda untuk memberikan komentar yang cenderung bersifat menghakimi. Kita kadang kala lebih melihat kekurangan orang lain ketimbang kelebihannya. Kita lebih mudah untuk mencap orang lain dengan hal yang negatif, ketimbang memujinya. Dan yang lebih parahnya lagi, kita merasa mempunyai hak untuk memberikan komentar mengenai orang lain.
Pagi ini ayat renungan mengingatkan kita, agar kita jangan mudah terpancing untuk menyuruh orang mengeluarkan selumbar di matanya, padahal ada balok di mata kita. Memberikan komentar bukanlah suatu kesalahan. Namun, hendaknya kita berhati-hati dengan komentar kita. Setiap orang memang mempunyai kekurangan, namun tentunya ada sisi positif yang bisa membuat orang mempunyai nilai dengan dirinya. Biarlah, bilamana ada kekurangan dari saudara kita, kita dapat imbangi dengan melihat kelebihan yang dimilikinya. Kita perlu menyadari bahwa diri kita juga tidak sempurna. Dengan senantiasa saling melihat sisi yang positif yang dimiliki satu dengan yang lain, kita akan dapat membangun kesatuan sebagai keluarga Allah.
Have a nice week end !
Kita bagikan roti pagi ini kepada sahabat kita dengan menggunakan tombol ”Tell A Friend” di bawah ini .