Amsal 16:32 “Orang yang lambat marah lebih baik daripada orang yang perkasa, dan orang yang menguasai dirinya, lebih baik daripada orang yang menaklukkan kota.”
Suatu pagi dalam perjalanan kami ke kantor, tiba-tiba kami mendengar suara benturan yang cukup keras pada barisan kendaraan yang ada di samping kami. Rupanya ada tabrakan beruntun yang terjadi waktu itu. Sesaat kemudian, kami melihat supir dari setiap kendaraan yang terlihat keluar dari kendaraan masing-masing dan ada berbagai reaksi yang muncul. Beberapa supir saling menuding bahkan mengeluarkan kata-kata yang kasar untuk saling menyalahkan. Diantara supir-supir itu, kami perhatikan ada seorang yang nampaknya tenang dan tidak ikut-ikutan marah, padahal kalau dilihat mobilnya mengalami kerusakan yang cukup parah, dan diapun mencoba mengarahkan supir-supir lain untuk tenang bahkan meminta maaf.
Kalau situasi yang menyenangkan saja dapat membuat orang reaktif, apalagi situasi yang penuh emosi negatif. Banyak peristiwa dalam hidup kita yang memicu kita untuk mudah marah, tidak dapat menguasai diri, dan hilang kesabaran, baik itu dirumah, di perjalanan atau di tempat pekerjaan. Ketika kita merasa dipermalukan, disakiti, dikhianati, atau diperlakukan tidak adil, maka marah atau bersikap tidak sabar menjadi hal biasa. Marah sering dianggap sebagai suatu mekanisme pertahanan, pembelaan diri. Padahal kenyataannya, marah adalah ibaratnya senjata dalam peperangan, dan kita tahu dalam setiap peperangan pasti ada yang terluka. Setiap hari kita dihadapkan dalam kondisi yang penuh emosi, sangatlah sulit untuk menjadi sabar.
Kalau situasi yang menyenangkan saja dapat membuat orang reaktif, apalagi situasi yang penuh emosi negatif. Banyak peristiwa dalam hidup kita yang memicu kita untuk mudah marah, tidak dapat menguasai diri, dan hilang kesabaran, baik itu dirumah, di perjalanan atau di tempat pekerjaan. Ketika kita merasa dipermalukan, disakiti, dikhianati, atau diperlakukan tidak adil, maka marah atau bersikap tidak sabar menjadi hal biasa. Marah sering dianggap sebagai suatu mekanisme pertahanan, pembelaan diri. Padahal kenyataannya, marah adalah ibaratnya senjata dalam peperangan, dan kita tahu dalam setiap peperangan pasti ada yang terluka. Setiap hari kita dihadapkan dalam kondisi yang penuh emosi, sangatlah sulit untuk menjadi sabar.
Ayat kita hari ini mengatakan orang yang lambat marah lebih baik daripada orang yang perkasa, dan orang yang menguasai dirinya lebih baik daripada orang yang menaklukkan kota. Apa yang terjadi di sekeliling kita sering di luar pengendalian kita, namun tidaklah demikian dengan reaksi yang kita berikan. Apabila kita tergoda untuk marah, hilang kesabaran, mari kita beristirahat sejenak, dan minta Tuhan menolong kita untuk mampu mengendalikan diri kita.
Have a wonderful day !
Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat-sahabat anda. Kirim kepada mereka melalui tombol 'Tell A Friend' di bawah ini.
