Matius 22 : 39 “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”
Sepasang suami istri baru saja pulang dari menghadiri sebuah acara. Jam menunjukkan hampir jam sepuluh malam, tanpa sengaja, lampu mobil mereka menyorot seorang ibu yang duduk di tepi jalan dalam sebuah kompleks perumahan yang mereka lalui. Dalam pelukkan ibu itu ada seorang bayi. Waktu itu hujan sedang turun rintik-rintik. Ada dorongan yang begitu kuat yang membuat mereka tidak melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Akhirnya, mereka berputar balik dan menghentikan mobil di samping ibu tersebut. Ketika jendela mobil dibuka, terlihat wajah yang bersimbah airmata, tetapi bukan seperti dalam tayangan sinetron. Nampaknya dia sudah cukup lama menangis, bisa terlihat dari matanya yang sembab. Setelah mereka tanyakan masalahnya, rupanya, dia menangis karena tidak mempunyai uang untuk membayar kontrakan rumah, dan malam itu, bila tidak bayar, ia tidak diijinkan untuk masuk ke rumah kontrakkannya. Bagai mendapat durian runtuh, ibu itu mendapatkan apa yang dia perlukan. Dia begitu bersyukur, menyembah-nyembah sampai mencium tanah dan menyebut-nyebut kebesaran Tuhan. Hanya kasih yang menyangggupkan untuk melakukan hal-hal yang kadang dianggap tidak rasional.
Tuhan tidak hanya ingin kita percaya kepadaNya, tetapi Dia juga ingin kita memiliki kasih seperti Dia mengasihi kita. Kasih yang tak bersyarat. Apabila dia sudah memberikan kasihNya kepada kita, itu bukan untuk disimpan, tapi kita harus memantulkannya bagai cermin yang memantulkan sinar matahari. Kasih itu harus benar benar alamiah, tidak direkayasa, tetapi muncul begitu saja dengan wajar dan tulus serta murni adanya, tanpa mengharapkan imbalan. Sama seperti ketika kita mempersilahkan seorang ibu hamil mengambil tempat duduk dalam bis umum, atau menuntun seorang buta di tengah jalan. Tidak ada pertanyaan apa latar belakangnya, suku apa dia, atau apa agama yang dianutnya? Suatu ketika seseorang bertanya kepada Ibu Teresa, apa yang ia lihat ketika ia berjalan di jalan jalan di Calcutta, di mana orang-orang termiskin dari yang miskin tinggal; apa yang ia lihat ketika ia mengunjungi anak-anak yatim piatu, yang kelaparan, dan yang hampir mati. Inilah yang ia katakan : “Saya melihat Yesus dalam penyamaran yang menyakitkan.”
Tuhan tidak hanya ingin kita percaya kepadaNya, tetapi Dia juga ingin kita memiliki kasih seperti Dia mengasihi kita. Kasih yang tak bersyarat. Apabila dia sudah memberikan kasihNya kepada kita, itu bukan untuk disimpan, tapi kita harus memantulkannya bagai cermin yang memantulkan sinar matahari. Kasih itu harus benar benar alamiah, tidak direkayasa, tetapi muncul begitu saja dengan wajar dan tulus serta murni adanya, tanpa mengharapkan imbalan. Sama seperti ketika kita mempersilahkan seorang ibu hamil mengambil tempat duduk dalam bis umum, atau menuntun seorang buta di tengah jalan. Tidak ada pertanyaan apa latar belakangnya, suku apa dia, atau apa agama yang dianutnya? Suatu ketika seseorang bertanya kepada Ibu Teresa, apa yang ia lihat ketika ia berjalan di jalan jalan di Calcutta, di mana orang-orang termiskin dari yang miskin tinggal; apa yang ia lihat ketika ia mengunjungi anak-anak yatim piatu, yang kelaparan, dan yang hampir mati. Inilah yang ia katakan : “Saya melihat Yesus dalam penyamaran yang menyakitkan.”
Ayat renungan kita hari ini mengingatkan kita untuk mengasihi sesama manusia seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Yang kita butuhkan untuk mengubah dunia ini adalah kasih, karena kasih mengubah segala sesuatu yang disentuhnya. Kita bisa memberikan tanpa disertai dengan kasih, namun kita tidak mungkin tidak memberi bila memiliki kasih. Biarlah hanya kasih Allah yang menjadi motivasi dan penggerak dari segala sesuatu yang kita lakukan.
Have a refreshing week end !