Tuesday, April 14, 2009

Gembala Yang Baik

Yohanes 10 : 11, 14 “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku.”




Mengingat masa-masa ketika kecil adalah sesuatu hal yang menyenangkan, karena menjadi bagian kenangan manis dalam hidup kita. Ketika itu saya masih duduk di bangku sekolah dasar, kebetulan orang tua mempunyai hewan peliharaan yaitu kambing yang lumayan banyak kira-kira 40 ekor jumlahnya. Kami memang sudah terbiasa membantu pekerjaan orang tua. Saya mendapat tugas menggembalakan kambing-kambing tadi. Setiap hari pukul 3 sore mama saya selalu siap mengingatkan agar saya segera melakukan tugas tersebut. “Anakku, waktunya menggembalakan kambing ! Jangan lupa pesan mama, hati-hati menjaga kambing ! Jangan sampai nanti masuk ke dalam pekarangan rumah orang y…”, kata mama saya mengingatkan. “Iya mama, saya akan selalu mengingat pesan mama…”, demikian jawab saya. Bersama dengan teman yang juga melakukan tugas seperti saya, kami membawa kambing-kambing tersebut. Semua itu saya lakukan dengan hati yang gembira karena banyak hal yang bisa saya nikmati, seperti bebas menikmati udara yang segar, menikmati pemandangan yang begitu indah. Lembah yang begitu mempesona mata terbentang di hadapan mata, serta sungai yang berkelok-kelok, semua memperlihatkan betapa besarnya kuasa Tuhan.

Begitu asyiknya kami menikmati alam bebas sore itu. Ketika saya hendak pulang, saya kaget karena mendapati kambing saya kurang 2 ekor ! Sedih bercampur takut mengisi hati saya, karena lalai mendengar pesan mama. Saya berusaha mencari ke setiap sudut semak-semak, tapi tidak dapat juga ! Akhirnya saya menyerah dan segera pulang ke rumah siap menerima akibatnya. “Ma, kambingnya hilang 2 ekor…”, kata saya dengan gemetar. ”Kenapa bisa begitu anakku ? Kamu pasti tidak menurut apa yang mama pesankan”, kata mama saya. “Saya sudah menjaganya dengan baik ma, pergi ke tempat yang biasa… dan tidak masuk pekarangan orang!”, jawab saya menjelaskan. “Tetapi kenapa kambing kita hilang, jangan-jangan di dekat situ ada kebun singkong orang?”, tanya mama saya lagi. “Oh iya ma…di sekitar situ memang ada yang menanam pohon singkong.”, jawab saya sambil mengingat-ingat tempat di sana. ”Jangan-jangan kambing kita sudah diikat oleh orang itu. Ayo kita lihat ! Kemudian kita minta maaf atas kelalaian kamu…”, kata mama memberikan jalan keluar. Dan kamipun bergegas kembali ke sana. Setibanya kami di sana memang betul dugaan mama kami. Kambing kami sedang terikat di dalam kebun singkong ! Tetapi untunglah si pemilik kebun mau mengerti dan mau memaafkan kelalaian saya. Dan dia juga mau mengembalikan kambing tersebut. Saya benar-benar merasa bersalah karena tidak berhasil menjaga kambing dengan baik. Malah ketika datang masalah dengan kambing itu, saya dengan mudah menyerah dan tidak mau berkorban untuk mencarinya.

Ayat renungan pagi ini mengingatkan kita bahwa Yesus adalah gembala kita yang baik. Yesus rela berkorban untuk kita, turun dari tahta surga yang mulia dan mati di kayu salib, agar kita memperoleh keselamatan. Tidak ada satupun manusia yang bisa melakukan seperti apa yang Yesus telah lakukan. Kita adalah domba-dombaNya dan Yesus adalah gembala kita. Apakah kita mengenal suara gembala kita dan mendengar panggilanNya setiap hari ? Jika kita mau mendengar suaraNya kita akan mendapat keselamatan yang kekal. Tidak ada jalan keselamatan di luar Yesus. Marilah kita mendengar dan melakukan apa yang dikatakan Yesus, gembala kita, setiap hari.

Jesus loves us !