Dalam pasal ini diterangkan bahwa terang Allah selamanya bersinar, walaupun ditengah kekafiran. Orang-orang yang rendah hati, yang mau belajar dan membuka hatinya kepada tuntunan roh akan dapat melihat terang itu. Orang Majus ini diberikan kehormatan sebagai orang pertama yang menyambut Penebus. Lain halnya dengan para imam dan ahli taurat yang sangat meninggikan agama dan peribadatan mereka sendiri dan mencela bangsa lain yang kafir dan berdosa. Mereka tinggi hati, sombong dan degil sehingga mata mereka dibutakan untuk melihat bintangnya. Dan dari titik kedegilan serta kesombongan inilah, akhirnya menumbuhkan rasa benci dan penolakan mereka terhadap Juruslamat.
Hal yang menjadi renungan kita adalah dimana posisi kita saat ini? Apakah kita berdiri sebagai orang Majus atau sebagai imam-imam dan ahli taurat. Tentunya, kita mau mejadi seperti orang Majus. Kita mau merendahkan diri kita, mau belajar dan mau menerima tuntunan roh kudus, agar kita dapat sehati dan sepikiran dengan Yesus Kristus sampai saat Yesus datang menjemput kita. Renungan yang baik di malam kebaktian ini ! Dan seperti biasanya, setelah mendengarkan kesaksian-kesaksian, jemaat membentuk kelompok-kelompok kecil 2-3 orang untuk berdoa syafaat. Lagu Sion nomor 294 ”Kusembah Juruslamat” dinyanyikan sebagai lagu penutup dan diakhiri dengan doa penutup oleh Ibu Shally. Tuhan Yesus Memberkati.