Friday, April 03, 2009

Menghitung Hari

Mazmur 90:12 "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."



“Sepertinya kakak enggak usah ikut mama saja ya, takut nanti terlambat ke tempat mengajar…”, kata si sulung. “ikut saja kak, nanti sebelum jam 2:30 siang kita pasti sudah tiba di rumah lagi.”, bujuk saya padanya. “Benar ya ma. Aku enggak enak sama anak-anak yang aku ajar, soalnya mereka semua selalu datang tepat waktu.”, katanya. Tetapi karena keasyikan belanja, kami sama-sama lupa waktu. Saya terkejut ketika melirik jam tangan sudah menunjukkan pukul 2:15 ! Kami pun mempercepat langkah untuk pulang kerumah. Ini kali ke-3 si kakak melakukan kegiatan tambahan dari sekolah. Dibagi dalam beberapa kelompok, bersama teman yang lain mereka mengajar anak-anak yang tidak mampu yang berasal dari berbagai latar belakang kehidupan. Ada dari pengamen, pemulung, anak yatim dan lain-lain. Kegiatan ini merupakan tuntutan dari sekolah yang tujuannya adalah untuk menumbuhkan rasa keperdulian dan memperlihatkan realita hidup bahwa di tempat lain ada banyak orang yang kurang beruntung dan perlu mendapat perhatian.

Saya ikut menemani si sulung ke tempat tujuan. Ketika kami tiba di lokasi, tempatnya sangat sederhana tetapi anak-anak yang datang banyak sekali. “Eh… kakaknya sudah datang tuh ! Hari ini kita belajar apa lagi kak…?”, tanya salah satu dari mereka. ”Saya mau pintar kak…, saya mau bisa menulis nama saya sendiri !”, teriak yang satunya. ”Nanti kalau kita sudah selesai belajar, dikasih tambahan cerita ya kak…”, pinta anak yang lain lagi. ”Oke deh, sekarang semua tenang dulu ya, supaya kita bisa mulai belajar…”, si kakak berkata kepada mereka semua yang sudah tidak sabar untuk segera belajar. Ketika mereka sudah mulai belajar, sambil menunggu saya melihat ada banyak ibu-ibu yang ikut datang juga. ”Bagaimana ibu-ibu, kelihatannya senang enggak anak-anaknya dengan kegiatan ini?”, tanya saya ingin tahu “Ya tentu senang bu…!”, jawab mereka sambil tertawa. ”Kalau bisa kami ibu-ibu boleh diberi kegiatan juga bu…, apa saja juga boleh. Kalau boleh ada keterampilan yang membuat kami bisa mendapat penghasilan tambahan. Lumayan membantu bu…”, sahut ibu yang satu ini disambut dengan anggukan temannya yang lain. “Oh begitu yaa…”, saya tersenyum menjawab permintaan mereka. Sore itu saya habiskan dengan berbagi cerita bersama ibu-ibu yang ada. Menarik berbicara dengan mereka, karena banyak pengalaman yang saya dengar dari mereka. Cerita mereka beragam dan rata-rata mengenai perjuangan mereka dalam menghadapi hidup ini. Sangat menyentuh hati. Saya jadi bisa memahami ada denyut kehidupan yang beragam di sekitar kita.

Ayat renungan kita pagi ini mengajak kita untuk menghitung hari-hari kita agar kita beroleh kebijaksanaan. Setiap hari yang kita jalani penuh dengan beragam cerita. Begitu cepatnya hari berjalan, membuat kita terkadang lupa untuk memperhatikan hal-hal yang berharga yang ada di depan mata kita. Sedemikian sibuknya kita hingga hal-hal yang baik luput dari perhatian kita. Begitu fokusnya kita pada apa yang kita lakukan membuat kita juga tidak melihat dengan jelas berkat-berkat yang Tuhan berikan kepada kita. Hari-hari berjalan cepat, terisi pelbagai kesibukan, membuat kita lupa untuk mengisi hari-hari dengan bijaksana. Bila kita bangun setiap pagi, kita ambil waktu untuk merenungkan hal-hal apa yang kita mau lakukan di sepanjang hari. Kita rencanakan bagaimana kita akan melewati hari-hari kita dan mengisinya dengan hal-hal yang Tuhan kehendaki. Mari kita hitung hari-hari kita dan menjadi bijaksana.
Have a wonderful day !