Saturday, April 18, 2009

Selagi Masih Ada Kesempatan !

Galatia 6 : 10 “Karena itu selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”






Satu bulan lagi, kedua orangtua saya berencana untuk datang mengunjungi kami. Ini adalah kunjungan mereka yang pertama semenjak kami berumah tangga. Rasanya tidak sabar menanti saat itu tiba, saya sangat merindukan kedatangan mereka. Tetapi kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dengan hari esok karena pada suatu siang, telepon di rumah kami berbunyi. “Tolong doakan papamu, dia sakit karena kecelakaan !”, demikian suara tante dari kampung. “Bagaimana menurut tante…, apakah saya harus pulang sekarang?”, tanya saya. “Tante pikir jangan dulu, karena itu hanya kecelakaan kecil tidak terlalu parah. Kamu doakan saja yaa…agar bisa cepat sembuh.”, tante menjelaskan di seberang sana. Saya menurut apa yang disarankan oleh tante tadi dan saya percaya mereka lebih mengerti yang terbaik. Satu minggu berlalu setelah pembicaraan kami di telepon, saya betul-betul tidak tahan ketika akhirnya mendengar kabar buruk itu. Saya menangis tak kuasa menahan penyesalan, sakitnya bukan main ! Hilang sudah harapan saya, penyesalan yang tidak ada akhirnya… Saya menerima berita bahwa ayah saya meninggal dunia.

Teringat semua kenangan manis yang ada dalam kehidupan saya bersama ayah, bagaimana dia begitu sabar mendidik dan merawat saya. Rasanya masih jelas terngiang di telinga saya suaranya. “Nak, kalau menyeterika hati-hati ya…. Apalagi kalau ada petir, lebih baik tidak usah menyeterika, karena itu berbahaya” atau “Kamu harus menjadi istri yang baik untuk suami dan ibu yang baik bagi anak-anakmu”, dan masih banyak hal lain lagi yang bisa saya simpan rapat di dalam hati saya. Saya betul-betul tidak percaya dengan berita yang saya terima! Saya ingat sekali ketika saya pulang kampung yang terakhir ayah bertanya. “Kenapa kamu harus cepat-cepat pulang ke Jakarta?”, tanya ayah saya waktu itu. “Waktu cuti saya sudah habis pa…”, jawab saya kepadanya. Dia tidak menjawab apa-apa. Tetapi dari wajahnya terlihat bahawa dia masih ingin menikmati kebersamaan bersama kami saudara bersaudara. Terlihat dengan jelas dimana dia mengantarkan saya sampai di ujung jalan, lambaian tangannya, disertai dengan tetesan air mata, itulah lambaian tangan yang terakhir yang saya lihat. Akhirnya memang hanya manusia yang dapat merencanakan.

Ayat renungan kita hari ini mengatakan bahwa selama kita masih ada kesempatan untuk berbuat baik biarlah kita berbuat baik. Dalam hidup ini terkadang kita mengalami hal-hal yang sulit untuk diterima. Tetapi dengan mata iman kita harus percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini adalah yang terbaik yang Tuhan berikan. Oleh karena itu selama kita masih ada kesempatan, marilah kita berbuat baik kepada siapa saja, baik kepada orang yang sudah tua, saudara-saudara kita,atau kepada siapa saja yang membutuhkannya. Agar jika kita melihat ke belakang kita akan mendapatkan kenangan yang manis yang bisa kita ingat. Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi di hari esok. Apa yang dapat kita lakukan hari ini biarlah kita lakukan, jangan di tunda-tunda sebelum ada kata-kata terlambat.

May God rich blessings be ours today !