Thursday, August 20, 2009

Tuhan Melihat Hati

1 Samuel 16 : 7 b “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.”







Orang tua saya kebetulan bekerja di salah satu perusahaan minyak, sehingga dalam jangka waktu tertentu mendapat tugas untuk di mutasi ke daerah. Kami selalu siap mengikuti kemanapun papa ditugaskan. Sebagai anaknya, tentu saja kami mendapatkan plus dan minus dari kondisi saat itu. Kami jadi terbiasa cepat menyesuaikan diri dengan adat kebiasaan daerah yang menjadi tempat papa bekerja. “Sebaiknya kamu tinggal di Jakarta saja bersama aku, kalau terus-terusan ikut papa dan mama di daerah kamu pasti akan sulit untuk berkembang.”, kata kakak kepada saya di satu hari. Kakak bisa saja…, buktinya kemarin aku terpilih menjadi anggota Paskibraka di Istana Merdeka, karena aku utusan daerah kan…?”, jawabku menjelaskan. ”Nanti deh, kalau aku sudah tamat SMA baru mau menetap di Jakarta.”, sambung saya lagi menegaskan. “Benar ya dek…, aku ingat loh janjinya…”, kata kakak pada saya waktu itu. Masa SMA akhirnya saya lalui dan saya hijrah ke Jakarta untuk kuliah. “Nah, kamu sekarang sudah di Jakara. Kebetulan sedang ada pemilihan wajah sampul majalah wanita terkenal, kamu mau ya kakak daftarin?”, katanya membujuk saya. ”Enggak mau ahh..., lagian aku mau konsentrasi dulu di pelajaran ! Aku kan baru jadi mahasiswi, nanti kalau ketinggalan pelajaran aku bisa menyesal deh…”, kata saya dengan santai. “Kamu tenang saja, kakak yang akan mengurus semua persyaratan yang diminta. Siapa tahu kamu bisa menang, kan ?”, katanya sambil tersenyum. Memang dia sudah empat tahun berkuliah di Jakarta, jadi kelihatannya sudah lebih mengerti kondisi kota Jakarta. Akhirnya sayapun menuruti semua bujukan kakak, semua proses pemilihan saya lewati tahap demi tahap, saya sama sekali tidak direpotkan.

“Aku bilang juga apa..., kamu itu pasti bisa lebih maju jika tinggal di Jakarta. Kamu terpilih masuk sebagai finalis ! Kamu akan di karantina selama 6 hari di hotel terkemuka di Jakarta. Selamat ya adikku sayang…!”,suaranya di telepon begitu gembira memberi kabar bahwa saya lolos menjadi salah satu finalis pemilihan wajah untuk majalah wanita yang terkenal . Mendengar berita itu sejujurnya saya gembira dan tentunya bangga, ternyata benar juga apa yang dia katakan. Sepanjang 6 hari di masa karantina, saya mendapat pendidikan mengenai kepribadian, tata busana, pengetahuan modeling dan pengenalan antar sesama peserta. Selama proses itu berlangsung, saya melihat banyak hal yang tidak diduga terjadi. Untuk kategori kepribadian,ada teman yang terlihat begitu cantik dan anggun, tetapi malah tidak terpilih karena tutur katanya yang kurang pas. Sementara untuk kategori fotogenik, yang terpilih adalah hasil dari foto walaupun aslinya tidak sebaik foto, maka itulah yang terpilih sebagai pemenang. Melihat kemampuan teman-teman yang lebih baik, saya tidak menyangka ketika nama saya diumumkan sebagai juara ke-3 untuk wajah sampul dan juara pertama untuk kategori busana kebaya. Tentu saja saya gembira dan bersyukur, karena selain mendapat berkat dari Tuhan, saya juga banyak belajar bahwa kita sebagai manusia seringkali melihat apa yang di depan mata, tetapi tidak demikian halnya dengan Tuhan.

Ayat renungan kita pada hari ini mengatakan bahwa bukan yang dilihat manusia yang dilihat oleh Allah, karena manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat dari hati. Kita memiliki kemampuan yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Ada yang lengkap secara materi, ada juga yang sempurna dalam fisik. Seringkali dalam kehidupan manusia, hal-hal seperti ini lah yang mendapat perhatian dari orang di sekitar kita. Seseorang yang memiliki kedudukan, terkenal, berpengaruh, tampan atau bahkan cantik akan lebih dilihat oleh orang. Tetapi orang yang biasa-biasa saja, cenderung mendapat perhatian yang biasa juga. Tetapi di mata Tuhan, tidaklah demikian. Tuhan tidak pernah membeda-bedakan manusia, apakah dia kaya atau misikin, muda atau tua, terhormat atau tidak, semua sama di mata Tuhan. Tuhan mengasihi semua tanpa membedakan. Tuhan memandang kepada hati manusia. Tuhan ingin agar kita juga mengasihi semua orang dengan hati kita dan bukan dengan mata kita.

Have a wonderful day !

Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.