Wednesday, August 12, 2009

Setia Mendengar Teriak Kita

Mazmur 18:7 “Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada Tuhan, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya.”






Menikmati masa liburan bersama keluarga tentulah suatu hal yang sangat menyenangkan. Terbebas dari berbagai rutinitas, bercengkrama dan bersantai bersama merupakan sesuatu kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan walau hanya dalam waktu terbatas. Sore itu kami sudah tidak sabar untuk segera menikmati fasilitas yang ada di tempat kami menginap. Kebetulan kami berada di area pantai sehingga ada banyak hal yang bisa kami lakukan. Selain bemain dan berenang di pantai ada suatu permainan ber-parasut di atas pantai. “Ini pemainan apa pak?”, tanya saya pada petugas. “Ini parasailing bu…! Ibu, bapak dan anak-anak akan merasa pengalaman yang berbeda, ditarik oleh speed boat, kemudian…. ibu akan melambung ke udara dengan parasut. Nanti kalau sudah di atas sana, ibu bisa melihat-lihat ke laut yang indah...”, jawabnya menerangkan dengan lancar dan menarik. “Wah buat saya yang tidak bisa berenang bisa berbahaya dong!”, kata saya sambil tertawa. “Oh tidak masalah bu…karena ibu akan menggunakan pelampung, jadi ibu pasti akan aman. Semua petugas juga selalu siap sedia menolong ibu…”, jawab petugas memberi jaminan. Karena cara menerangkan serta peralatan yang digunakan kelihatannya cukup menjamin, maka kami sekeluarga sepakat untuk mencoba permainan ini.

“Papa, adek yang mencoba duluan ya…”, kata si kecil pada papanya. “Oke, tidak masalah… Adek hebat kok, pasti bisa !”, jawab suami saya. Si kecil memang cukup mahir berenang, jadi kami merasa aman untuk membiarkan dia mencoba permainan ini terlebih dahulu. Sambil menunggu giliran untuk ditarik oleh speed boat, kami dibawa ke tengah laut, kurang lebih 1 km jaraknya dari pinggir pantai. Setelah itu kami diturunkan ke air yang belum terlalu dalam, masih sebatas pinggang orang dewasa. “Mohon untuk menyingkir sebentar ya, karena parasut si adek akan diterbangkan”, kata petugas kepada kami semua. “Woow..., adek hebat sekali…!!! Jadi bisa terbang!!”, suara si kecil terdengar sangat gembira. Karena terbawa suasana yang seru, tanpa sadar saya sudah berjalan agak menjauh dari speed boat dan saya sudah tidak menginjak tanah lagi. "Tolong…!! Aku tenggelam…!! ", teriak saya panik sekali. Tetapi karena suara deburan ombak serta angin yang cukup kencang, maka suara saya tidak terdegar oleh siapapun. Mungkin karena mereka semua sibuk memperhatikan anak saya yang sudah mulai ber-parasut di angkasa. Saya terus berteriak meminta pertolongan sambil tangan saya menggapai-gapai ke air. ”Tolong…!! Tolong…!! Aku tenggelam! “, teriak saya berulang kali mencoba menarik perhatian mereka. Untunglah kakak saya yang ikut bersama kami secara kebetulan melihat ke arah saya. Segera mereka berhamburan menolong saya. Puji Tuhan ! Saya belum terbawa jauh oleh arus ombak. Saya betul-betul tidak bisa membayangkan apa jadinya jika teriakan saya terlambat untuk didengar.

Ayat renungan kita pada pagi ini mengatakan ketika kita dalam kesesakan kita meminta pertolongan Tuhan dan teriakan kita sampai ke telinga Tuhan. Hubungan kita dengan Tuhan terkadang seperti kondisi yang saya alami tadi. Dunia menawarkan banyak sekali hal-hal yang menarik perhatian kita. Terkadang kita begitu larut dalam sesuatu hal, yang membuat kita lupa untuk bahwa kita dalam bahaya. Kita asyik dengan penarikan yang ditawarkan dunia, tanpa disadari kita tengah hanyut dibawa oleh gelombang yang dapat menenggelamkan jiwa kita, karena kita lalai untuk berpegang pada tangan Tuhan dan mengabaikan bisikan Tuhan. Namun Tuhan penuh dengan kasih. Saat kita akan tenggelam oleh pelbagai kesulitan dan akibat dari kelalaian kita, teriakan kita minta tolong akan sampai ke telinga Tuhan. Ia dengan setia mendengar dan akan menolong kita keluar dari setiap gelombang kesulitan yang menimpa.

Have a wonderful day !

Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda dengan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.