Setelah orangtua saya pensiun dari pekerjaannya, kami mulai mencari-cari rumah untuk tempat tinggal, karena rumah yang kami tinggali selama ini adalah fasilitas kantor tempat ayah saya bekerja. “Di mana ya pa kita akan cari rumah?”, tanya saya pada suatu hari, “Menurut mama, sebaiknya di kota tempat opung tinggal, jadi kita dekat juga dengan opung. Kita bisa mengunjunginya sewaktu-waktu.”, kata papa menjelaskan rencananya. “Oh ide yang bagus ya pa…, saya senang sekali! Kebetulan rumah opung berdekatan dengan tempat saya kuliah. Jadi kita bisa sering berkumpul.”, sahut saya gembira dengan usulan papa. Setelah sepakat, akhirnya kami pergi mencari rumah yang dijual. Beruntung sekali karena kami mendapatkannya di perumahan yang belum terlalu padat warganya. Apalagi letaknya berdekatan dengan gereja, jadi tidak perlu jauh-jauh untuk mencari tempat beribadah. “Rumah ini bagus ya, tidak perlu kita renovasi lagi. Mama senang tinggal di sini”, kata mama sambil memasuki ruangan-ruangan di dalam rumah. “Iya ma, lingkungannya juga belum terlalu padat, jadi udaranya masih segar. Kalau pagi hari masih ada embun.”, sahut papa. Kami begitu menikmati dan menyenangi lingkungan baru tempat kami tinggal.
“Ayo cepat, jangan sampai telat ! Rumah kita kan dekat dengan gereja.., malu dong kalau terlambat!”, suara papa terdengar sedikit keras dari biasanya. “Opung kok marah-marah sih…? Ke gereja tidak boleh marah-marah lho..!”, kata si kecil, keponakan saya yang kebetulan sedang menginap di rumah. “Maaf sayang…, opung bukan marah. Hanya mengingatkan supaya semua bisa mendengar. Tadi suara opung terdengar keras seperti orang marah ya?”, kata papa menjelaskan si kecil. “Ayo tante buruan dong ! Kok lama sekali persiapannya ?”, kata si kecil mengingatkan saya. Sebetulnya saya berencana untuk tidak ke gereja karena kurang enak badan. Untuk bangkit dari tempat tidur saja susah sekali. Tetapi karena mendengar suara si kecil yang bersemangat, tiba-tiba rasa capek dan kurang sehat hilang begitu saja. Kita semua pergi ke gereja dengan sukacita.
Ayat renungan kita pada pagi ini mengatakan bahwa orang-orang yang menantikan Tuhan akan mendapat kekuatan baru, mereka tidak akan menjadi lesu. Rasa letih dan lesu pernah dialami oleh setiap orang. Ada banyak hal yang menimbulkan rasa letih dan lesu. Gaya hidup yang kita pilih setiap hari berperan menimbulkan keletihan. Seperti kesibukan yang rutin, jadwal yang padat tanpa istirahat, bekerja hingga larut, pekerjaan yang menumpuk, rencana-rencana yang terus datang silih berganti. Kita punya keterbatasan fisik. Kita perlu penyegaran. Tuhan menawarkan kekuatan baru setiap hari. Tuhan mengundang kita untuk bertemu dengan Dia di pagi hari sebelum kita mulai aktifitas agar saat kita bangun agar kita diberi kekuatan menghadapi hari-hari yang berat. Tuhan menanti di malam hari, agar kita terlepas dari beban pikiran yang telah menghimpit. Tuhan menanti kita setiap saat. Bila kita menantikan dan menggunakan waktu untuk bertemu Tuhan, maka kita akan memiliki kekuatan baru setiap hari, yang memberi kesegaran yang kita perlukan.
Have a good day !
Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda dengan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.