Matius 6 : 12 “dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami”
Masa kecil adalah masa yang paling menyenangkan karena kita memiliki kesempatan untuk mendapatkan, bahkan menciptakan berbagai permainan tanpa beban. Waktu bermain merupakan kesempatan yang selalu kita nantikan. “Heiii, main yuk…kita tungguin nih…!”,teriakan ramai dari teman-teman mengganggu waktu makan pagi saya. “Habiskan dulu makananmu, baru boleh bermain bersama mereka !”, kata papa memberi syarat kepada saya. “Nanti teman-teman tinggalkan aku pa…”, jawab saya protes. “Tidak usah takut…, kamu bisa bermain dengan teman yang lain kan ?”, jawab papa mencoba membujuk saya. Merasa tidak ada pilihan dengan peraturan papa dan agar makanan bisa cepat habis, maka saya tidak lagi menguyah makanan dengan benar. “Makannya jangan terburu-buru, nanti kamu tersedak ! Jangan takut ditinggal teman, nanti juga mereka cari kamu untuk bermain…”, kata papa mengetahui cara saya yang makan terburu-buru. “Ah… kamu lama banget keluarnya sih ! Kita jalan duluan ya...! Jangan lupa bawa sepeda ke taman, kita lomba sepeda di sana!”, teriak mereka memberi petunjuk . “Iyaa..sebentar lagi selesai, aku langsung ke sana deh”, jawab saya.
“Makannya sudah habis , sekarang boleh main ya pa..”, kata saya melapor pada papa. “Anak pintar…! Oke, tapi ingat pesan papa ya. Kamu harus mau mengalah kalau ada teman yang nakal. Jangan dibalas ya…”, kata papa mengajari . “Iya pa…”, jawab saya terburu-buru. Karena tidak sabar ingin segera tiba di taman saya kayuh sepeda dengan cepat.
Setiba di taman saya terkejut, karena ternyata tidak ada satu pun teman-teman di sana! Saya putuskan untuk menunggu, mungkin sebentar lagi mereka tiba. “Eh…, kamu sudah lama sampai ?”, suara mereka membuyarkan lamunan saya. “Iya nih..aku sudah 15 menit di sini. Ayo kita main..!”, kata saya tersenyum, “Bagaimana kalau kita main menangkap penjahat yukkk…!”, kata teman yang satu. “Loh, katanya mau lomba sepeda!”, jawab saya mengingatkan. “Bosan ahh lomba sepeda terus…!”, jawab teman saya yang selalu menjadi pemimpin di antara kami. “Aku setuju, kita main itu pasti seru deh!”, katanya lagi. “Aku mau jadi polisinya ya…!”, seru yang lain. “Kalau begitu kamu jadi penjahatnya dong…”, kata teman yang jadi pemimpin menunjuk saya. “Kenapa aku…?”, tanya saya tidak mengerti. “Enggak apa-apa, kamu paling cocok. Lagi pula tadi tunggu kamu di rumah lama sekali keluarnya…!”, katanya dengan wajah memaksa. Saat itu saya hanya diam saja karena mengingat pesan papa tadi. “Sekarang kamu serahkan kedua tangan kamu..!”, kata mereka memerintahkan. Sayapun menurut dan menyerahkan tangan saya. ”Sekarang ambil tali dan kita ikat tangannya agar tidak bisa melarikan diri…hahaha..!”, kata mereka sambil tertawa-tawa dan mengambil tali yang ternyata memang sudah dipersiapkan. Kedua tangan saya terikat kebekalang. “Sorry ya…kita terpaksa meninggalkan kamu sekarang ! Karena kamu kan penjahat, jadi kita tidak mau main sama kamu..!”, kata mereka semua sambil pergi meninggalkan saya yang terkesima dengan perlakuan mereka. Walaupun sedih, saya tidak berusaha memprotes mereka, karena saya tidak ingin kehilangan teman. Saya terpaksa pulang agar bisa meminta bantuan melepaskan tali pengikat tangan ini. Peristiwa ini sudah berlalu bertahun-tahun yang lalu, tetapi setelah peristiwa itu kami tetap bermain lagi bersama-sama. Semua menjadi kenangan manis masa kecil saya.
Ayat renungan kita pada hari ini mengatakan agar kita mau memaafkan orang yang bersalah kepada kita. Di dalam hidup ini kita dihadapkan pada pelbagai peristiwa yang menyakitkan hati kita. Baik itu berupa perlakuan, perkataan, tindakan yang kita rasa tidak adil dilakukan oleh orang lain pada kita. Mungkin kita merasa tertekan oleh orang lain sehingga dan hati kita tidak dapat menerimanya. Semua ini membuat hati kita menjadi kecewa dan terluka. Sukar mengampuni kesalahan orang lain adalah kecenderungan sikap manusia yang telah jatuh dalam dosa. Tidak mengampuni berarti melanggengkan pengaruh dosa dalam diri kita yang berujung pada tidak adanya damai dalam pikiran dan hati kita. Yesus senantiasa mengampuni kesalahan kita dan Ia mengajarkan kita untuk mengampuni orang yang bersalah pada kita. Setiap pengampunan akan membawa satu kedamaian di hati kita. Lebih mudah kita mengampuni, lebih mudah pula kedamaian dan sukacita mengisi hati serta pikiran kita. Marilah kita saling mengampuni, karena itulah yang Yesus kehendaki.
Let us forgive each other and enjoy a peaceful mind !