Monday, August 31, 2009

Menangis Bila Tidak Menginjil

Kesaksian pekerjaan penginjilan telah selesai di acara kebaktian gabungan wilayah 4 pada hari Sabat 29 Agustus 2009. Bapak Christian Siboro menyampaikan profil pembicara di KKR “Hope For Indonesia” di Kemayoran nanti, yaitu Pendeta Mark Finley, Wakil Presiden GMAHK sedunia - General Conference. Video tentang Pendeta Finley ditayangkan di dua layar yang ada di depan. Jemaat bersiap memasuki jam kebaktian khotbah. Sebuah lagu dinyanyikan dalam format kwartet dari jemaat Bukit Sion. Mereka menyanyikan dengan merdu dan padu. Sementara itu jemaat mengisi pundi-pundi persembahan yang dibawa oleh para diakon. Setelah doa persembahan, koor jemaat Jakasampurna yang diwakili oleh pemuda dan pemudi, mengumandangkan lagu yang dinyanyikan dengan kompak, mempersiapkan jemaat yang hadir untuk menerima firman Tuhan.

Pendeta Johny Lubis, pemimpin GMAHK Indonesia Kawasan Barat, menyampaikan khotbah yang berjudul “Menangis Bila Tidak Menginjil”, sebuah judul yang selaras dengan tema kebaktian gabungan wilayah 4. Di awal khotbah Pendeta Lubis mengatakan bahwa orang Advent adalah orang yang paling gembira di dunia ini. Diceritakan pengalaman beliau saat berkhotbah di Cape Town, Afrika Selatan. Di sana mereka merayakan 150 tahun pekabaran Advent masuk di Afrika Selatan. Jemaat yang terdiri dari ribuan orang begitu bersemangat menyambut para pengkhotbah. Giliran Pendeta Lubis tampil di mimbar, mereka menyambut dengan semangat ,”Good evening pastor..! Welcome…!! What is the title of your sermon…??!”. Luar biasa semangatnya mereka saat menyambut firman Tuhan. Pendeta Lubis mengajak kita yang hadir untuk terus bersemangat dalam mendengar dan menyampaikan firman Tuhan.

Mengutip dari Yohanes 15 : 14, “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” Kita semua adalah sahabat Yesus, kalau kita menurut perintah Yesus. Salah satu perintah Yesus sebelum dia pergi kembali ke surga adalah agar kita memberitakan pekabaran kepada semua orang, untuk menginjil. Kalau kita belum menginjil, kita belum menjadi sahabat Yesus. “Ada 29 ibu kota negara di dunia yang menjadi target program penginjilan kota besar dari General Conference, dan Jakarta adalah salah satunya. Kita akan menangis kalau kita tidak menginjil adalah kalimat yang tepat untuk mengajak kita bersemangat dalam menginjil. Kita bawa tamu-tamu di KKR Wilayah 4 yang dimulai hari Minggu 30 Agustus hingga 3 September 2009. Setelah itu, kita ajak mereka untuk mengikuti KKR “Hope For Indonesia” di Kemayoran yang akan dimulai tanggal 4 September.”, jelas Pendeta Lubis.

Pendeta Lubis mengatakan bahwa di Battle Creek, tempat Nyonya E.G. White dimakamkan, ada tertulis kutipan ayat dari Daniel 12 : 3. Ayat ini mengatakan bahwa orang bijaksana akan bersinar cahayanya, saat mereka menuntun orang banyak kepada kebenaran. “Kita semua mau disebut sebagai orang bijaksana, untuk itu kita harus menuntun orang-orang kepada kebenaran Tuhan.”, kata Pendeta Lubis lagi. “Saat kita mengikut Yesus, dunia akan membenci kita. Jadi kita tidak perlu terkejut apabila dalam upaya kita menginjil kebenaran Yesus, kita menemukan tantangan dan halangan. Karena dunia tidak suka kebenaran Yesus.”, kata Pendeta Lubis menjelaskan apa yang menjadi tantangan dalam penginjilan sambil mengutip Yohanes 15:19.

Kepada siapa pertama kali kita harus mengabarkan injil ? Pendeta Lubis mengutip ayat dalam Lukas 24 : 47 yang mengatakan bahwa menginjil dimulai dari Yerusalem. Yerusalem di sini merujuk kepada keluarga kita, anak-anak kita, suami dan istri kita, orang tua kita, adik-kakak kita. “Kita harus mendahulukan orang yang ada di keluarga kita. Mereka harus menerima kebenaran terlebih dulu. Kita akan menangis, bila orang-orang yang dekat dengan kita tidak menerima kebenaran Yesus. Jemaat di wilayah 4 akan sedih bila tidak menginjil, itu sebabnya bawalah tamu-tamu datang di KKR wilayah dan KKR Hope For Indonesia. Khususnya, lihatlah bila ada keluarga dekat kita yang belum mengenal kebenaran, ajak mereka untuk datang. Kita tidak mau kecewa bila tidak menginjil.”, urai Pendeta Lubis tentang siapa yang harus kita dahulukan dalam penginjilan. Ada beberapa keheranan yang akan dilihat di surga nanti. “Kita heran karena ada orang yang kita tidak sangka tiba di surga, ternyata ada di surga. Sebaliknya, ada orang yang kita rasa pasti tiba di surga, ternyata mereka tidak kita temui di sana. Kita mau agar keluarga kita dan sahabat kita ada di surga. Untuk itu, mari kita beritakan pekabaran kebenaran ini kepada keluarga-keluarga kita terlebih dahulu. Pastikan mereka ada di surga bila Yesus datang menjemput kedua kali nanti.”, kata Pendeta Lubis mengakhir khotbah yang memberikan motivasi bagi semua yang hadir untuk menginjil.