Thursday, August 27, 2009

Ketika Topan Melanda

Markus 4 : 39 “Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: ‘Diam ! Tenanglah !’. Lalu angin itu reda, dan danau itu menjadi teduh sekali.







Usia saya masih belasan tahun ketika tinggal bersama orangtua di daerah. Tidak jauh dari rumah kami, tinggal seorang sahabat mama yang letak rumahnya hanya sekitar 300 meter. “Kamu tolong mama ya nak pergi ke rumah tante yang di ujung jalan itu, ada barang yang dititipkan melalui dia untuk mama.”, kata mama menyuruh saya di satu siang. “Tapi kan..., dirumah tante itu ada anjing yang galak ma..., waktu itu aku hampir digigit. Aku takut kesana ma ...!”, kataku menolak permintaan mama. “Tidak ada orang lain di rumah ini selain kamu, jadi mama minta tolong sama kamu ya...”, kata mama memberi alasan. Tidak putus asa, saya terus menerus berusaha menghindar dari permintaan mama tetapi usaha saya ternyata sia-sia saja karena memang tidak ada pilihan lain. Akhirnya saya pergi ke rumah sahabat mama itu. Sambil jalan saya mencari cara agar bisa masuk ke rumahnya dengan aman. Saya menemukan sebuah ide yang bagus. Setiba di sana saya minta tolong kepadanya. „Tante, boleh enggak disimpan dulu anjingnya... Saya takut melihat mulutnya yang terbuka memamerkan taring-taringnya!“, kata saya memohon kepadanya. „Oh oke, tidak apa-apa. Bruno...ayo masuk sana !“, demikian suara tante yang langsung dituruti oleh ajingnya.

Sayapun bisa bebas masuk ke ruang tamu serta menunggu sejenak. „Ini titipannya ya..., tolong berikan kepada mama kamu.“, kata tante mengantar saya keluar ke pintu depan. Saya berjalan dengan santai karena saya melihat sendiri bagaimana anjing itu sudah masuk ke belakang rumah. Saya saya mau keluar, tiba-tiba ‚ „Guukkk..!! Gukkk...guukk.!!“. Suara anjing itu terdengar menggelegar ! Rupanya anjing itu dapat membuka pintu belakang dan langsung berlari menyongsong saya yang sedang berjalan ke pintu keluar. Langsung saja adrenalin saya terpompa, dengan sigap saya meraih pegangan pintu, berpamitan sambil lari dan berteriak, lalu menghilang dibalik pintu! „Bruuuk...!!“, terdengar bunyi sesuatu yang sangat keras. Tidak jadi menerkam saya, anjing itu malah menabrak daun pintu. Saya tidak perduli lagi apapun yang terjadi di belakang. Terasa jantung saya berdebar keras, tetapi saya terus berlari dan berlari sekencang mungkin agar bisa segera tiba di rumah.

Ayat renungan pagi ini mengatakan bahwa Yesus sanggup menghardik angin topan dan membuatnya reda. Kemahakuasaan Yesus tidak hanya berlaku atas topan di atas danau Galilea, tetapi juga atas topan kehidupan ini. Topan kehidupan bisa berupa masalah-masalah berat yang menimpa kehidupan seseorang. Itu bisa berupa kesulitan ekonomi, ketidakharmonisan dalam keluarga, keretakan hubungan suami-istri, orang tua-anak, dan yang lain lain. Semua orang dapat diserang oleh topan kehidupan, termasuk orang kristen yang taat dan setia. Biasanya ketika menghadapi “topan“ seperti itu, kita takut, kuatir, bahkan menjadi putus asa dan letih lesu. Tidak jarang kita berteriak minta tolong kepada Tuhan, oleh karena tidak sanggup lagi menahan derasnya topan kehidupan. Memang, dengan kekuatan kita sendiri, kita tidak akan sanggup mengatasi topan kehidupan ini. Hanya Yesus saja yang sanggup mendiamkan topan kehidupan yang menyerang kita. Bagian kita adalah percaya, dan berserah penuh kepada Yesus, dan membiarkan Dia mendiamkan topan itu.

Have a good day !

Bagikan Roti Pagi ini dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.