Hari Sabat 8 Agustus 2009, kelas Master Guide di jemaat Kemang Pratama kembali berjalan normal setelah beberapa saat tertunda karena pelbagai kegiatan yang ada. Calon master guide berkumpul pada jam 3:00 siang di salah satu kelas yang ada. Robert Rihihina sebagai pemimpin kelas Master Guide telah mempersiapkan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan. Bapak Rizal Maringka, Ibu Gladys Maringka, Ibu Naomi Tobing, Yoan Hutauruk dan Doddy Manurung telah hadir. Mereka siap untuk mengikuti kelas Komunikasi yang dibawakan oleh Bapak Ramlan Sormin. Doddy Manurung melayangkan doa buka.
Bapak Ramlan memulai dengan beberapa hal kenapa komunikasi itu sangat diperlukan, keuntungan bila kita dapat berkomunikasi dengan baik dan kerugian apa yang kita akan alami bila kita gagal dalam berkomunikasi. Kemudian satu per satu calon master guide menyampaikan pendapat mereka tentang keuntungan dan kerugian yang mereka telah alami sehari-hari. Pembicaraan kemudian beralih ke proses komunikasi yang umum terjadi. Bapak Ramlan menunjukkan beberapa fase dalam berkomunikasi yang secara tidak sadar kita lakukan. Tiap-tiap fase ini memerlukan pendekatan dan strategi yang berbeda tergantung siapa yang akan kita ajak berkomunikasi. Itu sebabnya penting untuk mempertimbangkan latar belakang orang yang akan kita ajak bicara baik dari segi gender, usia, latar belakang budaya, pendidikan, persepsi dan pengalaman masa lalu. Setelah kita memahami itu, maka strategi dalam berkomunikasi mulai dibentuk termasuk memilih media dalam berkomunikasi.
Secara bergantian Bapak Ramlan meminta calon master guide untuk berbagi pilihan-pilihan media komunikasi yang mereka sering buat, seperti telepon, sms, berbicara muka dengan muka, atau menulis e-mail. Lalu mereka diminta menganalisa dimana letak kegagalan mereka ketika menggunakan media ini dan ternyata komunikasi tidak berhasil, malah terkadang mengundang pihak pendengar jadi kesal dan merasa tidak senang. Setelah dianalisa, mereka mulai mengerti bahwa ada yang tidak pas antara latar belakang pendengar dengan media yang digunakan. Mereka menyadari perlunya pemilihan media yang tepat dalam berkomunikasi.
Tidak hanya berdiskusi, kelas komunikasi ini diisi juga dengan simulasi dalam berkomunikasi. Tiap calon master guide diminta untuk membagikan sebuah cerita kepada temannya secara berpasangan. Salah satu yang mendengar diminta untuk memberikan tanggapan apakah sudah pas cara pembicara menyampaikan komunikasi. Setelah itu, Bapak Ramlan menyampaikan pentingnya kita saling mengenal satu sama lain sebelum berkomunikasi. Semakin kita mengenal orang yang kita ajak berkomunikasi, semakin mudah kita menyusun strategi berkomunikasi.
Bapak Ramlan memulai dengan beberapa hal kenapa komunikasi itu sangat diperlukan, keuntungan bila kita dapat berkomunikasi dengan baik dan kerugian apa yang kita akan alami bila kita gagal dalam berkomunikasi. Kemudian satu per satu calon master guide menyampaikan pendapat mereka tentang keuntungan dan kerugian yang mereka telah alami sehari-hari. Pembicaraan kemudian beralih ke proses komunikasi yang umum terjadi. Bapak Ramlan menunjukkan beberapa fase dalam berkomunikasi yang secara tidak sadar kita lakukan. Tiap-tiap fase ini memerlukan pendekatan dan strategi yang berbeda tergantung siapa yang akan kita ajak berkomunikasi. Itu sebabnya penting untuk mempertimbangkan latar belakang orang yang akan kita ajak bicara baik dari segi gender, usia, latar belakang budaya, pendidikan, persepsi dan pengalaman masa lalu. Setelah kita memahami itu, maka strategi dalam berkomunikasi mulai dibentuk termasuk memilih media dalam berkomunikasi.
Secara bergantian Bapak Ramlan meminta calon master guide untuk berbagi pilihan-pilihan media komunikasi yang mereka sering buat, seperti telepon, sms, berbicara muka dengan muka, atau menulis e-mail. Lalu mereka diminta menganalisa dimana letak kegagalan mereka ketika menggunakan media ini dan ternyata komunikasi tidak berhasil, malah terkadang mengundang pihak pendengar jadi kesal dan merasa tidak senang. Setelah dianalisa, mereka mulai mengerti bahwa ada yang tidak pas antara latar belakang pendengar dengan media yang digunakan. Mereka menyadari perlunya pemilihan media yang tepat dalam berkomunikasi.
Tidak hanya berdiskusi, kelas komunikasi ini diisi juga dengan simulasi dalam berkomunikasi. Tiap calon master guide diminta untuk membagikan sebuah cerita kepada temannya secara berpasangan. Salah satu yang mendengar diminta untuk memberikan tanggapan apakah sudah pas cara pembicara menyampaikan komunikasi. Setelah itu, Bapak Ramlan menyampaikan pentingnya kita saling mengenal satu sama lain sebelum berkomunikasi. Semakin kita mengenal orang yang kita ajak berkomunikasi, semakin mudah kita menyusun strategi berkomunikasi.
Bapak Ramlan menunjukkan sebuah pendekatan yang dikenal dengan Johari Window. Di sini setiap orang diajak untuk memperlebar pengenalan akan diri sendiri dan juga diri orang lain. Lalu kembali sebuah simulasi dilakukan agar secara berpasangan mereka mencoba untuk menggali dan mengenal sisi-sisi yang belum diketahui sebelumnya. Simulasi berjalan menarik dan setelah itu calon master guide menyadari pentingnya penerapan proses ini agar bisa mengenali lebih baik diri sendiri dan orang lain, agar bisa membuat komunikasi berjalan dengan sukses. Tidak terasa jam menunjukkan pukul 5:00 petang. Sesi menyusun komunikasi yang efektif telah berakhir. Dan pada hari Sabat 15 Agustus, Bapak Ramlan akan meneruskan dengan sesi bagaimana menjadi pendengar yang efektif. Bapak Ramlan mengingatkan agar setiap peserta menyusun ikhtisar dari pelajaran hari itu agar dapat menjadi acuan yang baik pada saat mereka membutuhkan. Doa tutup dilayangkan oleh Bapak Rizal Maringka.