Sunday, August 30, 2009

Mengapa Tuhan ?

Yohanes 11 : 15 a “Tetapi Aku bersukacita, Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat percaya.”








Sore itu, lima belas tahun yang silam, kami sekeluarga sedang berada di beranda rumah. “Bagaimana kakak pelajaran sekolahnya ?” tanya suami saya pada si sulung yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. “Aku senang sekali pa ! Kemarin dapat pelajaran yang baru, aku suka sekali deh!”, katanya sambil tertawa. Kita tersenyum mendengar komentarnya yang penuh semangat. “Permisi…!! Ada telegram untuk keluarga!”, seru tukang pos memecah keasyikan kami. “Wah ada telegram … ! Dari siapa ya…?”, kata saya sambil bangkit berdiri menghampiri tukang pos. Hati ini agak berdebar kencang karena jarang sekali menerima telegram. “Adikmu sudah meninggal dunia hari ini.” , saya kaget dan tangan ini gemetar memegang telegram yang membawa kabar duka ini. “Apa isi telegramnya ma ?”, kata suami saya dengan wajah khawatir menghampiri saya. Kami semua berbaur dalam dukacita dan panik sekali saat itu. Tidak pernah menduga akan mendengar berita dukacita secepat ini tentang adik yang kami kasihi.

“Ayo kita telepon mereka ke sana …!”, kata saya mengajak suami pergi ke luar rumah. Pada saat itu belum ada saluran telepon di daerah rumah kami, apalagi telepon genggam. Kami mencari warung telepon terdekat untuk memastikan berita dukacita ini. “Adikmu mengalami kecelakaan dan sekarang dia sudah meninggal dunia…!”, terdengar suara mama di ujung telepon tidak sanggup menahan kepedihan ini. Dengan lesu dan sedih yang mendalam, kami kembali ke rumah dan berdoa untuk mencari ketenangan hati . Saya bertanya kepada Tuhan dalam doa. “Tuhan …, jika Engkau mengasihi kami, mengapa Engkau mengijinkan hal yang menyedihkan terjadi pada adik kami satu-satunya ini.”, seru saya dengan hati yang hancur dan tidak mengerti. Ketika kami tiba di rumah orang tua kami yang tinggal di kota yang sama dengan adik kami, mereka sangat terpukul dengan kejadian ini. “Kami sudah melayani Tuhan dan hidup setia, tetapi mengapa Tuhan mengijinkan hal menyakitkan seperti ini terjadi ya…?”, itulah pertanyaan yang mengganggu di benak kedua orangtua saya. “ Sungguhkah Yesus itu mengasihi umat-Nya?”, tanya mama lagi sambil menerawang jauh dan balutan air mata menguasai wajahnya.

Renungan pagi ini mengatakan bahwa dukacita yang dialami oleh manusia akan membawa kebaikan, yaitu kita diberi kesempatan untuk belajar percaya kepada Tuhan. Alkitab mencatat bahwa Yesus mengasihi Lazarus. Namun, mengapa ketika Tuhan Yesus mendengar bahwa Lazarus sedang sakit, Ia tidak segera datang ke Betania untuk menyembuhkannya. Yesus justru menunda kedatangan-Nya dan akhirnya Lazarus mati. Yesus sangat mengasihi Lazarus dan juga kedua saudaranya Marta dan Maria. Ketika dukacita datang melanda kita, Tuhan punya maksud dan rencana yang sering kali tidak kita mengerti kenapa Ia mengijinkan semua itu terjadi. Terkadang Tuhan membiarkan kita masuk ke dalam lembah kekelaman, terkadang juga Tuhan membiarkan kita seolah-olah ditinggal sendirian. Pada saat-saat seperti itulah iman kita sedang diuji. Tuhan membiarkan kita mengalami masa-masa gelap dengan satu tujuan, yaitu agar kita berlajar untuk percaya kepada-Nya. Pada saat yang gelap itu datang, marilah kita menghadapinya dengan datang kepada Tuhan dan menemukan rencana indah di balik semua peristiwa yang kita hadapi. Tuhan baik senantiasa.

Have a wonderful break !