Yohanes 16:22 “Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita,tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.”
Setelah menikah, saya membiasakan diri untuk berkunjung ke rumah orangtua paling sedikit sebulan sekali. Tetapi hari itu entah mengapa saya merasa begitu ingin bertemu dengan mama, padahal baru dua hari yang lalu saya bertemu mereka . “Hallo…pada ke mana nih..? Kok rumah sepi sekali…?”, kata saya memecah kesunyian ketika tiba di rumah orang tua. “Bapak sedang pergi dan Ibu ada di kamar…, penyakit asmanya lagi kambuh non…”, kata pembantu menyambut di ruang tamu. Saya pun langsung masuk ke kamar mama. Terlihat jelas wajah mama pucat sekali. “Mama sudah ke dokter?”, tanya saya khawatir melihat keadaan mama. “Papa tadi bilang, kita akan ke dokter sore ini nak…”, jawab mama pelan. Terlihat mama sangat lemah dan letih karena kurang tidur. “Biar aku saja yang mengantar mama, kebetulan kan lagi datang sekarang…”, bujuk saya cepat. “Tidak usah nak…, nanti kamu pulang kemalaman . Biar papa saja yang mengantar mama nanti sore.”, katanya sambil berusaha tersenyum. “Mama jangan khawatir, sekali-sekali saya pulang malam tidak apa- apa kok. Apalagi karena mama sakit.”, jawab saya membujuk mama. Mama mengangguk pelan tanda setuju. Sore itu setelah mama diperiksa dengan teliti di rumah sakit, dokter menganjurkan agar mama di-rontgen karena dia merasa ada sesuatu hal yang tidak normal. Kami pun menuruti saran dokter. “Setelah saya melihat hasil rontgen, kelihatan jelas ada cairan di dalam paru-paru. Itu berarti ibu harus dirawat di rumah sakit, agar cairannya bisa dikeluarkan. “Terima kasih dokter…, berikan kami waktu untuk merundingkanya terlebih dahulu.”, jawab papa saat itu. “Mama tidak mau di rawat di rumah sakit, mama hanya terlalu letih pa… Ini hanya asma mama saja yang sedang kambuh kok…”, kata mama menjelaskan kepada kami semua. “Tapi hasil rontgen memperlihatkan ada sesuatu yang tidak baik ma… Di rumah sakit ada dokter dan perawat, serta alat-alat yang bisa membantu agar mama bisa lebih cepat sembuh.”, jawab saya memberi alasan pada mama. Akhirnya mama menyetujui untuk dirawat di rumah sakit.
Setelah beberapa hari dilakukan tindakan, dokter menyarankan tindakan yang lain. “Kita akan segera melakukan operasi.”, kata dokter memberi tahu rencana tindakan selanjutnya. Kami semua berdoa dan berserah kepada Tuhan. Apa yang kami harapkan tentulah yang terbaik untuk kesehatan mama. Kami bersyukur ketika selesai operasi, kondisi mama kelihatan sangat baik sekali. “Wah…, mama bisa segera pulang dong ya…”, kata saya memberi semangat pada mama. “Yah semoga saja yaa…”, jawabnya dengan suara pelan. Tidak terasa sudah satu minggu mama dirawat dan kondisi mama mengalami banyak kemajuan, kami tentunya gembira dan bersyukur kepada Tuhan. Tetapi memasuki hari ketiga di minggu kedua, tiba-tiba kesehatan mama mengalami penurunan drastis! Ketika itu giliran saya yang menjaga mama. “Hidup mama kelihatannya sudah tinggal sebentar lagi …”, katanya sambil berusaha tersenyum. “Mama kok bicara begitu, mama pasti akan sembuh kok ! Mama percaya saja yaa…”, kata saya sambil menahan tangis. “Kamu jangan sedih nak…, tapi itulah yang mama rasakan saat ini…”, suara mama semakin pelan. Tidak lama kemudian tiba-tiba mama sudah tidak sadarkan diri ! Selama satu bulan, dua bulan dan akhirnya tiga bulan, mama hidup hanya bergantung kepada alat-alat pembantu kehidupan. Kami sama sekali sudah tidak bisa berkomunikasi dengan mama. Hingga di suatu pagi ketika saya sedang menjaga mama di luar, dokter memanggil dan memberitahukan saya bahwa kondisi mama sudah semakin buruk dan tidak bisa lagi tertolong. Hari itu mama pergi meninggalkan kami. Masih terngiang jelas di telinga saya suara mama yang mengatakan bahwa dia hanya terlalu letih.
Ayat renungan kita pada hari ini mengatakan bahwa dukacita adalah bagian dari kehidupan kita selagi kita hidup di dunia, tetapi nanti saat Yesus datang kedua kali semua itu akan berlalu dan tidak ada yang dapat merampas sukacita dari diri kita. Kita memiliki orang yang kita kasihi di dunia ini. Ayah dan ibu kita, saudara-saudara kita, sahabat-sahabat kita, orang yang kita mungkin belum lama kita kenal sekali pun. Mengasihi adalah sifat yang Allah kehendaki untuk kita miliki. Namun selagi di dunia, kita harus berpisah dengan orang-orang yang kita kasihi, karena mereka meninggalkan kita sementara waktu. Ini adalah hal yang menyedihkan, seolah merampas kegembiraan dan sukacita kita bersama orang yang kita kasihi. Yesus menjanjikan bahwa hal ini tidak akan lama. Bila Yesus datang kedua kali, sukacita kita bersama orang yang kita kasihi akan kembali kita peroleh. Satu reuni, satu kesempatan indah, bersama bercakap-cakap, memeluk dan berjalan bersama orang yang kita kasihi akan kita miliki kembali. Bukan itu saja, kita akan memiliki waktu selamanya, waktu yang tidak terbatas untuk hidup bersama orang yang kita kasihi. Puji Tuhan untuk kesempatan indah yang telah dipersiapkan untuk kita semua. Marilah kita tetap setia hingga Yesus datang dan memperoleh kembali kesempatan yang indah itu.
Have plenty of wonderful blessings from our Lord today !