Monday, August 31, 2009

Untuk Siapa Semua Itu ?

Lukas 12: 21 “Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil daripadamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti ?”



Di dunia ini kesuksesan dan kemakmuran seseorang umumnya diukur dengan kemampuan pekerjaan dan besar kecilnya penghasilan. Untuk mencapai hal hal itu, acap kali orangtua menasehati agar kita mengatur dan merencanakan masa depan kita sedini mungkin. “Anak-anak, kalian harus rajin belajar ya, supaya nanti kalau sudah besar bisa menjadi orang-orang yang sukses.”, kata mama yang sering terdengar setiap harinya ketika saya dan kakak saya sibuk bermain di rumah gantinya mengerjakan PR dari sekolah. “Iya mama, entar lagi deh kita kerjain PR nya…, lagi tanggung nih main game-nya…!”, jawab kami meminta ijin bermain. Seiring berjalannya waktu kami pun berhasil menamatkan pendidikan hingga ke bangku kuliah dengan hasil yang cukup baik. “Wah, senangnya ! Akhirnya kita bisa tamat juga ya dek..!,” kata kakak saya pada hari penamatan kami. “Iya kak, ini semua juga berkat doa-doa dan nasihat mama dan papa sejak kita masih kecil.”, kata saya menambahkan. Tetapi nyatanya pembelajaran masih belum berhenti di sana. Setelah tamat kuliah seperti kebanyakan orang lainnya, kami pun sibuk mencari dan memilih pekerjaan dengan harapan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan kemampuan kami.

“Waduh, ternyata hari gini cari kerjaan susah juga ya ma ! Apalagi yang bisa libur di hari Sabat. Mama doain kita yah…”, kata saya mengeluh. “ Iya, mama dan papa pasti akan doakan kalian. Tetapi kalian harus selalu ingat untuk mengutamakan Tuhan dan hari Sabat dalam mencari pekerjaan. Pasti Tuhan akan buka jalan.”, kata mama di satu siang. Dengan pertolongan Tuhan, kami pun berhasil untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dan libur pada hari Sabat. Namun dengan berjalannya waktu dan kesibukan sehari-hari, masing-masing kami menjadi terlalu sibuk dan bahkan terkadang terburu-buru dalam menyediakan waktu untuk bersama Tuhan pada waktu renungan pagi. “Ingat ya, pekerjaan dan kesuksesan itu adalah pemberian dari Tuhan. Jadi sesibuk apa pun kita harus mengutamakan Tuhan.”, kata mama dan papa mengingatkan kami kembali. “Iya ya ma, kita jadi malu. Kalau kerja di kantor kita bisa dengan semangat dan giat, bahkan sampai bekerja lembur hampir setiap hari. Sedangkan waktu untuk Tuhan sering kali terburu-buru.” Nah itu benar sekali. Jangan sampai kita giat bekerja di dunia ini, tetapi kehilangan kesempatan untuk bekerja di ladang Tuhan.”, kata papa menambahkan saat kami berkumpul untuk renungan malam.

Ayat renungan pagi kita mengingatkan orang yang hanya focus mengumpulkan harta dunia adalah orang bodoh, karena semua itu akan berlalu. C.S. Lewis dalam bukunya yang berjudul "The Screwtape Letters" mengungkapkan, “Kesuksesan dan kemakmuran mengikat manusia kepada dunia". Manusia merasa mengejar kesuksesan dan kemakmuran sebagai suatu proses dalam hidup untuk menemukan tempatnya di dalam dunia. Padahal sebenarnya dunialah yang sering mencuri tempat didalam hatinya. Pemazmur mengatakan usia manusia mencapai 70 tahun, dan jika kuat bisa mencapai 80 tahun. Tetapi apabila malam ini kita berhenti bernapas, dan meninggalkan dunia ini, pertanyaan yang baik untuk kita renungkan adalah “Apakah yang sudah saya sediakan, untuk siapakah itu nanti…?”. Sudahkah kita kumpulkan harta kita di surga dimana tidak ada pencuri yang akan mencuri, ataupun ngengat yang akan memusnahkannya? Marilah kita juga giat bekerja di ladang Tuhan dan menyediakan waktu khusus untuk berjalan bersama-Nya setiap hari.

Let us spread His words every day !

Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.