Tuesday, August 18, 2009

Mengisi Kemerdekaan

Mazmur 119 : 105 “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku, dan terang bagi jalanku.”






Saat saya masih siswa Sekolah Menengah Atas, saya sangat gemar mengikuti kegiatan sebagai Pasukan Pengibar Bendera. Impian saya adalah satu saat bisa menjadi Pasukan Pengibar Bendera sesungguhnya di Istana Merdeka . “Kamu terpilih untuk mewakili sekolah mengikuti seleksi sebagai Paskibraka di tingkat Kotamadya, mewakili wilayah kecamatan ! Selanjutnya, kalau kamu berhasil di Kotamadya, maka kamu bisa mewakili daerah kita sebagai Paskibraka di Istana Merdeka !“, kata Kepala Sekolah memanggil saya pagi itu. Saya sangat terkejut, tetapi gembira sekali karena apa yang saya impikan sejak lama kelihatannya akan terwujud. “Baik pak, terimakasih ! Saya akan melakukan yang terbaik agar bisa berhasil menjadi utusan sekolah kita, khususnya nanti menjadi utusan daerah kita! ”, jawab saya penuh semangat. Setelah mempersiapkan diri, maka saya berangkat ke tempat tujuan. Selama masa karantina kegiatan kami dimulai setiap pagi pukul 5:30 pagi dan berakhir pukul 21:00 malam. Untuk latihan fisik dan baris berbaris kami dilatih oleh para anggota militer dari angkatan darat, laut dan udara. Mereka melatih dengan kedisiplinan seperti tentara, terasa cukup berat bagi kami semua. Setelah selesai di karantina, berlatih dan diseleksi selama dua minggu, maka diumumkan dua nama, yaitu laki dan perempuan, untuk mewakili daerah menjadi anggota Paskibraka di Istana Merdeka. Saya sendiri sudah tidak terlalu bersemangat, mungkin karena saya sudah merasa lelah dengan pelatihan yang penuh disiplin. Ketika hasilnya diumumkan, saya tidak begitu antusias. “Setelah kalian mengikuti pelatihan selama dua minggu, kini kami mengumumkan nama yang terpilih mewakili daerah kita ke Jakarta!”, kata kakak Pembina. “Heiii...!! Kok kamu diam saja.. ?? Itu nama kamu disebut ! Kamu terpilih sebagai anggota Paskibraka ke Istana Merdeka non…!!!”, kata teman di sebelah saya “Selamat ya non..!!”, demikian bertubi-tubi saya mendapat ucapan dan ciuman selamat dari teman-teman.

“Kamu harus tetap bersemangat karena kamu akan mewakili daerah kita nak di istana nanti!”, kata mama dan papa kepada saya. Dengan semangat yang baru, saya menuju ke Jakarta. Setiba di tempat pelatihan di Jakarta, saya bertemu dengan teman-teman yang mewakili daerah mereka masing-masing sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka di istana nanti. Terselip rasa bangga dan haru karena saya bisa mewakili daerah saya di acara yang diperhatikan banyak mata di Indonesia. Kegiatan dan latihan yang sama kembali saya ikuti. Kali ini saya mengikuti proses seleksi sebagai Pembawa Sang Saka Merah Putih pada acara puncak di Istana Merdeka tanggal 17 Agustus nanti. Masa pelatihan kali ini sangat penuh dengan kedisiplinan. “Kalau kalian salah atau bangun terlambat, maka kalian akan mendapat hukuman membersihkan barak ! Kalian juga akan berlari mengelilingi lapangan sepak bola ini dan setelah itu harus melakukan sit up !”, kata Pembina dengan tegas menerangkan hukuman kalau ada yang melanggar disiplin. Berbagai kedisiplinan dan pelatihan yang didapat selama masa karantina, walau sangat melelahkan, membuat saya mendapat banyak pelajaran. Selama masa pelatihan, salah satu kegiatan yang paling saya gemari adalah di jam renungan. Di sini kita dilatih untuk merenungkan dan menumbuhkan rasa hormat serta cinta pada negara melalui membaca dan melihat dokumen bagaimana kemerdekaan menjadi milik bangsa kita. Di jam renungan ini, saya jadi mengerti bagaimana perjuangan terhadap kemerdekaan tidak didapat dengan mudah. Walapun kini kita sudah merdeka, mempertahankan kemerdekaan adalah lebih sulit. Kita harus terus berjuang agar bisa mengalahkan pengaruh-pengaruh buruk yang datang dari luar yang bisa saja mengganggu kestabilan negara kita.

Ayat renungan kita hari ini mengatakan bahwa firman Tuhan adalah pelita bagi kaki dan terang bagi jalan kita. Sebagai bangsa yang telah memperoleh kemerdekaan, kita patut menengok sejarah bagaimana kemerdekaan telah diperoleh oleh pahlawan bangsa. Dengan mempelajari sejarah kemerdekaan dan merenungkannya secara rutin, maka kita akan dibuat sadar bahwa kemerdekaan adalah hal yang berharga kita sudah dapat dan kita diingatkan untuk terus mengisi kemerdekaan dengan segala hal yang baik dan positif bagi negeri Indonesia. Demikian juga kita yang telah memperoleh kemerdekaan rohani dari akibat dosa, oleh darah penebusan Yesus, kita perlu mengisi kemerdekaan rohani kita dengan firman Tuhan setiap hari. Dengan kita membaca firman Tuhan dan merenungkannya, maka kita akan menyadari betapa besar pengorbanan yang Yesus telah berikan, dan betapa mahal kehidupan kekal yang telah kita peroleh. Firman Tuhan akan menerangi jalan kita, menunjukkan jalan yang patut kita tempuh, menghindarkan kita jatuh kembali ke lubang dosa-dosa lama dan baru, menjaga kita agar tetap aman dan menikmati kemerdekaan rohani kita. Rasa cinta dan hormat kepada kemerdekaan rohani yang telah kita miliki akan terus bertumbuh bila kita rajin mempelajari firman Tuhan setiap hari. Marilah kita selalu rajin untuk menyisihkan waktu merenungkan apa yang Tuhan nasehatkan untuk mengisi kemerdekaan rohani yang telah kita peroleh.

Happy independence day !

Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.