Pendeta Sayfeto memulai pelayanannya di suatu pulau kecil di pinggir NTT. Di pulau tersebut tidak ada sinyal telepon. Ia beserta keluarga hidup sangat sederhana. Pernah suatu hari gaji yang harusnya ia peroleh di akhir bulan tidak sampai, padahal ia dan keluarga sudah tidak memiliki cadangan makanan lagi. Istrinya menangis dan anak tertuanya, Angel, melihat ibunya menangis, Angel pun akhirnya berdoa. Doa seorang anak kecil yang masih duduk di kelas 4 SD sampai kepada tahta Tuhan di surga. Mujizat itu nyata ! Satu keluarga yang dipakai oleh Tuhan memberikan bantuan kepada keluarga Pendeta Sayfeto. Mereka dapat membeli bahan makanan. Puji Tuhan ! Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-umatnya yang setia. Pendeta Sayfeto kemudian dipindahkan dari pulau itu ke kota Kupang. Beberapa tahun kemudian, dia kembali ke pulau tersebut untuk mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani. Walaupun dengan biaya yang minim, ia percaya Tuhan akan menolong dia. Banyak yang berusaha untuk mengacaukan KKR ini. Pendeta dan semua orang yang hadir di KKR dilempari batu, bahkan ada yang dipukul hingga bermandikan darah. Namun akhirnya pemimpin kelompok tersebut diamankan oleh polisi. Walaupun peristiwa tersebut sangat mengganggu dan menggoncang iman, namun Roh kudus tetap bekerja kepada orang- orang yang hadir di KKR. Di akhir KKR lebih dari 20 orang menerima Yesus sebagai juruselamat mereka melalui baptisan kudus. Puji Tuhan ! Kembali Tuhan menunjukkan pemeliharaannya dan tidak ada yang dapat menghalangi bila Tuhan yang memimpin di depan.
Sebelum Pendeta Syafeto melanjutkan kesaksian, Male Acapela membawakan sebuah lagu pujian yang merdu berjudul "For Me", menceritakan tentang kasih Tuhan yang begitu besar kepada kita semua. Setelah lagu pujian, Pendeta Syafeto menyaksikan bahwa berapa bulan setelah KKR berlangsung, ia kembali ke pulau itu lagi, dan berkhotbah di salah satu gereja. Tanpa disadari ada beberapa pihak yang memisahkan diri dari organisasi GMAHK dan mempengaruhi gereja-gereja di pulau tersebut. Dari tiga gereja di sana, satu gereja telah terpengaruh.Dan ketika ia sedang berkhotbah, ada seorang bapak yang menyuruhnya turun dari mimbar. Namun ia terus melanjutkan khotbahnya. Setelah pulang gereja, orang tersebut memukulnya, hingga ia luka-luka, namun herannya ia sama sekali tidak merasa sakit. Pendeta Sayfeto, memutuskan untuk bertemu dengan bapak tersebut. Ia bergumul dalam doa selama tiga hari sebelum bertemu dengan bapak itu. Di akhir malam ketiga, ia bertemu bapak itu di gereja dan saling bercakap- cakap. Pendeta berkata bahwa ia sama sekali tidak membenci bapak tersebut, walaupun secara manusia ia awalnya sakit hati, namun sekarang ia telah memaafkan bapak itu. Mereka pun saling berdamai dan besoknya mereka sepakat untuk bertemu di pasar, saling berboncengan sepeda motor dan makan bersama. Sungguh satu kesaksian yang sangat menguatkan iman semua yang hadir di acara PA ini, bahwa Tuhan senantiasa memelihara orang yang setia dan melayani Dia !
Acara PA yang kedua dibawakan oleh Newin Tambanon, tentang pasangan dalam alkitab. Setiap pasangan yang telah diacak, diminta menceritakan kisah cinta mereka masing- masing dan pelajaran berharga apa yang bisa di dapatkan dari cerita mereka. Di akhir acara, diberi kesimpulan bahwa lebih baik memilih pasangan yang satu iman bagi kita. Akhirnya tiba pada waktu tutup sabat. Pendeta Sayfeto membawakan renungan tutup Sabat dan mengatakan bahwa walaupun kita masih muda, kita bisa menjadi pengabar- pengabar injil muda. Lebih lanjut kita diajak untuk saling mengampuni satu sama lain, karena hal tersebut dapat memecahkan masalah. Pendeta Sayfeto mengajak kita untuk menjadi anak-anak Tuhan yang suka mengampuni dan menjadi pekabar keselamatan bagi orang lain. Setelah doa tutup, kita membuat lingkaran besar berjabat tangan seraya mengucap “Selamat Minggu Bekerja ! Tuhan memberkati !” Amin !