Friday, August 07, 2009

The Joy Of Giving

Hari Sabat 1 Agustus 2009, jemaat Kemang Pratama memasuki jam kebaktian khotbah. Suasana kebaktian terasa hangat dengan kehadiran beberapa tamu-tamu yang hadir dari beberapa daearah di Indonesia, kebetulan ada di antara mereka yang sedang berlibur. Adriel Suhardjo membawakan cerita bagi anak-anak. Cerita ini mengajak semua anak-anak untuk suka memberi kepada sesama. Anak-anak kembali ke tempat mereka dengan tertib usai cerita yang baik ini. Paduan Suara Bakti Wanita Advent menyanyikan lagu istimewa “Hai Bangun, Bangunlah”. Lagu yang dinyanyikan dengan merdu membawa semangat bagi jemaat untuk senantiasa berjaga menanti kedatangan Yesus.

Jemaat diberkati dengan lagu pujian kedua di jam kebaktian khotbah ini. Sebuah lagu yang berasal dari Mazmur fasal 8 berjudul “The Majesty and The Glory Of Your Name” dibawakan secara duet oleh Yosi dan Vivi, yang juga memainkan piano. Yosi berasal dari jemaat Cempaka Putih, Malang dan Vivi dari jemaat Getsemani Cikarang. Kedua lagu istimewa yang dikumandangkan mempersiapkan hati semua yang hadir untuk menerima firman Tuhan yang dibawakan oleh Bapak Sudianto Suhardjo berjudul “The Joy Of Giving”, atau “Sukacita Dalam Memberi”. Bapak Sudianto adalah pemimpin departemen Penatalayanan.

“Tuhan begitu baik. Setiap hari kebutuhan kita selalu dipenuhi, bagai domba yang senantiasa diperhatikan oleh gembalanya seperti yang terdapat dalam Mazmur fasal 23. Kasih Tuhan begitu besar tercurah bagi kita. Namun kita cenderung tergelincir untuk mencintai diri sendiri.”, kata Bapak Sudianto mengawali khotbahnya. “Ungkapan yang menyebutkan ‘I scratch your back, if you scratch my back’ adalah jenis kasih bersyarat yang banyak dimiliki orang. Kasih bersyarat seperti ini hanya akan mengasihi orang lain sebagai imbalan kalau orang itu mengasihi kita juga. Kasih ini bersifat reaktif, hanya memberi kalau kita sudah merasa menerima.” Jelas Bapak Sudianto lagi. Bapak Sudianto memberikan ilustrasi tentang seorang pengusaha yang semula sukses kemudian mengalami kebangkrutan. Dia mengalami depresi, menyalahkan dirinya dan menyalahkan Tuhan untuk semua yang dia alami. Akhirnya dia datang kepada seorang psikolog yang menganjurkan dia untuk tidak berfokus pada diri sendiri, sebaliknya dia harus banyak memperhatikan dan menolong orang lain. Dia bekerja sukarela untuk melayani orang yang kecanduan alcohol dan obat bius. Dia memberi nasehat, mendoakan orang yang kecanduan ini, melayani mereka setiap hari. Setelah dia melakukan pekerjaan ini beberapa waktu lamanya, roh Tuhan bekerja dalam hatinya. Kekecewaannya luntur. Saat dia menjadi seorang pemberi kepada orang lain, dia memperoleh sukacita besar di dalam hatinya.

“Bila kita menabur sedikit, kita akan menuai sedikit. Saat kita menabur banyak, kita akan menuai dengan banyak pula.”, kata Bapak Sudianto mengutip tulisan Ny. Ellen G. White dalam Counsels on Stewardship. Sebuah penelitian tentang memberi dilakukan terhadap 19 orang dalam sebuah permainan video game. Di dalam permainan ini peserta bisa saling memberi dan menerima. Otak mereka dimonitor dengan alat pemindai. Di layar monitor terlihat bahwa saat mereka menerima pemberian dari pemain lain, hormon dopamine kelihatan banyak keluar. Hormon ini adalah yang membuat orang senang dan bersukacita. Namun hasil yang lebih mengejutkan terlihat. Saat orang itu memberi, hormone dopamine yang dikeluarkan ternyata lebih banyak lagi. Kesimpulannya, saat seseorang memberi maka ia akan mengalami sukacita yang jauh lebih besar dari pada saat ia menerima. “Kasih adalah prinsip kerajaan surga. Bila kita mengasihi Yesus, maka kita akan rela untuk memberi dan berkorban. Sukacita besar akan menjadi milik kita, bila kita suka untuk memberi dengan kasih.”, ujar Bapak Sudianto mengutip buku Counsels on Stewardship halaman 197, sekaligus menutup khotbah pada Sabat siang penuh berkat ini.