Penat dengan kesibukan sehari hari di kota Jakarta ini, sesekali kami sekeluarga senang bepergian ke daerah pegunungan untuk sekedar melihat-lihat pemandangan dan menghirup udara segar. Puncak atau Bandung selalu menjadi tujuan utama keluarga kami, karena jaraknya yang tidak terlalu jauh. Satu bulan yang lalu, kami memutuskan untuk pergi ke Puncak. Perjalanan terasa lebih bersemangat, karena kebetulan ada oma yang ikut bersama kami. Sudah beberapa hari oma datang dari daerah. Oma terlihat begitu kagum dengan pemandangan pegunungan yang begitu indah. “Wah pemandangannya bagus sekali ya, itu gunung-gunungnya sudah mulai kelihatan dari sini…!”, kata oma sambil menunjuk keluar jendela mobil. “Oma betul sekali ! Makanya oma tinggal di Jakarta saja bersama kami, supaya bisa lebih sering jalan-jalan ke Puncak.”, kata kakak merayu oma. “Kamu itu bisa saja, pintar merayu oma…”, kata oma sambil tertawa terkekeh. Karena jalanan lumayan lengang, maka kami tiba di Puncak lebih cepat. Cuaca yang lumayan dingin membuat perut kami terasa lapar.
“Papa…., perutku sudah lapar nih ! Kita makan siang dulu yuk…di Rindu Alam! Itu sudah kelihatan tempatnya.”, ajak saya pada papa. “Iya nih pa, aku juga sudah rasa lapar sekali…”, kata kakak mendukung saya. “Oke…oke…, kalau begitu kita berhenti dahulu, baru nanti kita teruskan lagi perjalanan ini.”, jawab papa santai. Setiba di tempat makan yang berada di tempat yang tinggi, kami memandang ke bawah hamparan pemadangan yang indah. Sejauh mata memandang, kami dapat melihat begitu indahnya alam semesta, mulai dari awan yang berarak di langit, pepohonan nan hijau, kebun teh yang terlihat sangat teratur, semua terlihat begitu indah. “Kok kebun tehnya kelihatan seperti karpet ya kalau dari atas puncak sini ! Dan mobil-mobil yang lewat juga kelihatan seperti mainan saja…, kecil sekali !”, kata oma kagum dengan pemandangan yang berbeda jika di lihat dari ketinggian di atas Puncak. “Oma, tadi sewaktu kita masih di kaki gunung, semuanya memang terlihat beda. Yang tampak adalah kebanyakan semak belukar, pepohonan juga tidak semuanya hijau, bahkan penuh ranting dan duri. Tapi kalau kita lihat dari ketinggian di atas sini, maka semuanya jadi terlihat berbeda.”, kata saya menambahkan sambil tersenyum melihat oma yang masih terus mengagumi pemadangan yang ada.
Ayat renungan kita pada hari ini mengatakan bahwa Roh Kudus menyampaikan keluhan kita yang tak terucapkan kepada Allah di surga. Kita akan melihat banyak hal yang indah jika kita berada di tempat yang tinggi. Saat kita hidup di dunia, banyak hal yang membuat kita kecewa dan kita tidak melihat ada hal yang indah saat kita melalui kesulitan-kesulitan itu. Namun cara kita memandang akan berbeda, jika kita meletakkan meletakkan hati kita di tempat Allah berada. Dengan cara seperti itu, kita dapat melihat segala sesuatu yang terjadi dengan cara Allah memandang dan semua akan tampak indah. Kita tidak akan kekurangan bahan untuk mengucap syukur kepada-Nya, tidak ada persoalan yang terlalu berat atau permasalahan yang tidak dapat diselesaikan. Terkadang lidah kita terasa kelu untuk mengungkapkan semua beban hidup ini kepada-Nya. Tetapi ingatlah bahwa Roh Kudus selalu bersama kita. Dia tahu apa yang kita rasakan dalam hati yang terdalam dan Dialah yang akan menolong kita untuk berdoa, sekalipun kerap kali kita tidak tahu apa yang harus kita ucapkan. Roh Kudus akan membawa kita ke hadirat Allah yang Mahatinggi, dan menolong kita melihat semua hal yang ada dalam hidup kita, dari tempat Allah melihatnya. Di dalam doa, Dia menolong kita melihat indahnya liku-liku hidup kita bersama Allah.
Let us go to the Lord and see the beauty of our life every day !
Gunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini untuk membagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda.