1 Petrus 3:7 “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan istrimu, sebagai kaum yang lebih lemah ! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karuia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang."
Kami baru saja tinggal di pedalaman Pontianak, perasaan asing di tempat ini masih sangat terasa karena kami belum begitu banyak mengenal tetangga dan lingkungannya. “Anda mendapat tugas untuk pergi ke kantor pusat. Termasuk perjalanan, kurang lebih waktunya selama satu bulan”, kata pimpinan memberitahu saya pagi ini. “Cukup lama juga ya pak, saya sedikit khawatir dengan istri saya karena sekarang sedang hamil”, jawab saya menyampaikan isi hati. “Kita serahkan saja segalanya ke dalam tangan Tuhan agar semua bisa dilalui dengan baik”, jawabnya menguatkan hati saya. Setibanya di rumah, saya sampaikan kepada istri apa yang saya alami. “Mama harus hati-hati selama papa tidak ada, kalau perlu minta tolong tetangga kita di sebelah. Kelihatannya mereka baik, jadi bisa menemani mama selama papa tidak ada di rumah”, kata saya kepada istri. “Papa jangan memikirkan saya. Yang penting papa dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik.”, istri saya menjawab dengan tenang.
Selama jauh dari istri saya menyempatkan untuk mengetahui keadaannya dengan berbicara di telepon tetangga dekat rumah. Saya bersyukur karena perlindungan Tuhan, dia boleh sehat dan baik-baik saja. Tugas saya di kantor pusat akhirnya selesai. Dengan menumpang sebuah kapal kecil, saya pulang kembali ke rumah. Waktu itu masih pagi ketika saya tiba di rumah. Istri saya menyambut dengan gembira, sayapun lega melihat keadaannya yang baik-baik saja. “Pengalaman yang papa dapati kali ini luar biasa, baik di perjalanan maupun di pekerjaan …”, kata saya dengan semangat bercerita kepadanya. Tetapi saya melihat tidak ada respons di wajahnya. “Mama kenapa diam saja?”,tanya saya. “Coba papa perhatikan ada yang berubah tidak dengan rumah kita..?”, tanya istri saya dengan wajah berharap saya bisa menemukan sesuatu yang baru. Saya kemudian perhatikan dengan seksama ternyata suasana di dalam rumah berbeda dari sebelumnya. Ada bunga-bunga yang begitu indah mengisi rumah kami, beberapa pajangan rumah berpindah letaknya, membuat suasana terasa lebih segar. “Mama lakukan ini semua untuk menyambut kedatangan saya ya..? Maaf ya mam, karena papa tidak memperhatikan apa yang mama sudah lakukan.” kata saya dengan tulus sambil memeluk istri saya dan mengucapkan terima kasih untuk yang telah dia buat. Saya melihat ketulusan yang mendalam dari anggukan yang diberikan kepada saya.
Ayat renungan hari ini mengatakan bahwa hendaklah para suami hidup bijaksana dengan istrinya, agar doa dan permohonan kita tidak terhalang. Rutinitas di dalam hidup terkadang membuat kita gagal untuk melihat sesuatu perubahan yang dibuat oleh pasangan kita, padahal perubahan itu sangat berarti bagi pasangan kita. Mungkin kita lalai untuk saling memperhatikan ataupun memberi pujian kepada pasangan kita, padahal walaupun sederhana, itu merupakan hal yang sangat berarti dalam membina hubungan rumah tangga. Semua istri membutuhkan penghargaan yang tulus dari seorang suami. Pujian yang tulus akan menjadi kekuatan dan energi yang baru bagi istri dalam menjalankan tugas rutin setiap hari dalam rumah tangga. Bila suami dan istri hidup harmonis, istri menghormati suami dan suami mengasihi istrinya, maka doa mereka tidak akan terhalang. Tuhan akan mendengar doa mereka, berkat dari Tuhan akan mengalir, keluarga akan penuh dengan sukacita, dan nama Tuhan akan dimuliakan di dalam keluarga kita. Mari kita memperhatikan pasangan kita dan mengasihi mereka dengan tulus.
Have a wonderful day !